|||
Mau tak mau Razka melangkah masuk ke ruangan kelas tersebut. Ia menghela nafas, sebenarnya apa yang ia lakukan saat ini? Setelah menerima pesan singkat dari Raden dirinya langsung bergegas. Razka pun merasa aneh dengan dirinya sendiri, padahal bisa saja ia mengabaikan pesan tersebut kan?'Tolong beliin gue roti'
'Anter ke kelas'Berkali-kali Razka memandangi dua bubble chat tersebut, aneh bukan? Sejak kapan Raden sudi mengatakan kata 'tolong'?
Kelas Raden sungguh keterbalikan dari kelas Razka. "Katanya kelas ter-rapi se IPS, kok kayak begini" gumamnya pelan.
Bagaimana tidak, siswa disana menggabungkan semua meja menjadi satu ditengah-tengah kelas, lalu dijadikan bak kasur tempat tidur oleh mereka. Bahkan bantal dan boneka pun ada disana, entah siapa yang membawanya.
"Ada Raden?" Kebetulan siswi di meja guru sedang memandangnya, mungkin aneh juga melihat Razka celingukan memandang sekitar seorang diri.
Siswi itu mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas, guna mencari keberadaan orang yang Razka ucapkan.
"Lang, Raden ada gak?" tanya siswi itu kepada Elang yang kebetulan bermain game di bawah kolong meja guru. Razka sedikit tercengang melihat keberadaan Elang disana, tidak habis pikir.
Elang berdehem, masih fokus pada layar dihadapannya. "Kenapa?"
Siswi yang memegang gitar itu pun menggeram, "Noh di cari adeknya.. anterin sono malah ndeprok disini, curut lo sembunyi dikolong?" omel perempuan itu.
"Oh.. Raden di ruang OSIS, Ka" ucap Elang tanpa menoleh sama sekali, rasanya perempuan tersebut naik pintam saking kesalnya.
Razka mendengar jika Raden tidak berada disini pun memilih untuk pergi. Sama sekali tidak menghiraukan panggilan Elang yang menyuruhnya untuk menunggu.
"Anterin goblok! Seenggak nya lo berguna dikit" Itu yang terakhir Razka dengar dari perempuan tadi yang sedang memaki Elang.
Mungkin Elang bisa membantunya menerobos orang-orang di hadapannya ini. Sungguh sesak Razka dibuatnya. Kenapa anak IPS ini suka sekali bergerombol menutupi jalan. Razka mau lewat saja kesusahan.
"WOI MINGGIR SEMUA KASIH JALAN ADEKNYA RADEN MAU LEWAT!"
Razka melotot tak percaya, karena ucapan Elang barusan seketika anak-anak bergerombol itu minggir ke pinggir lorong. Memberinya ruang yang luas untuk lewat. Hanya karena terlontar nama Raden di ucapan itu, mereka semua langsung menyingkir dan menunduk takut.
Razka sempat berbalik melihat Elang yang menyembulkan kepala dari balik pintu kelasnya, mengedip sebelah matanya sambil mengacungkan jempol. Sebagai tanda anak itu sudah membantunya.
Sudah cukup Razka berjalan seperti bintang disana. Ia sama sekali tidak tau apa kedudukannya disana, padahal satu sekolah pun tau jika dirinya dan Raden sering adu tinju saat bertemu. Bukannya seharusnya Razka tersemat sebagai musuh Raden?
Razka mendengus, tidak ada gunanya ia memikirkan hal bodoh seperti itu. Tujuannya hanya satu, memberikan sekantong plastik ditangannya ini kepada Raden. Hanya itu, bahkan seharusnya saat ini Razka sudah hampir selesai mengerjakan 20 soal fisika jika ia tidak menuruti pesan dari Raden. Ditambah keberadaan Raden yang tidak ada dikelas, membuat Razka membuang sia-sia waktu istirahat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHATULISTIWA
RandomBagaimana jika Raden acuh dan berdiam diri memandangi pemuda bername tag Atharrazka Rajendra dipukuli begitu saja dihadapannya? Tentu saja itu yang ia lakukan sekarang, sambil sesekali menyesap batang nikotin yang membuat nafas Razka semakin terc...