Penolakan? Jelas.
Bible bahkan pergi tanpa kata.
Jes tidak bodoh, sorot mata serta sikap malu Bible menjelaskan seluruhnya jika anak itu menaruh ketertarikan.
Penasaran,
Terlebih dengan desahan yang mampu memunculkan kembali gairahnya.
Sudah waktunya ia mencari tambatan lain dibanding terpenjara dalam luka lama.
Tak perduli milik siapa.
Jes masih setia berada di ruangan tadi, sembari menyesap kopi yang tersimpan diatas meja depannya.
Kedatangan Jjay membuat atensinya mulai teralih.
Bukan hanya anaknya.
Jjay membawa seseorang disana.
"Jelaskan" Pungkasnya dengan sorot mata tajam.
Langkah itu kian mendekat kearahnya,
Jjay duduk tepat disampingnya dengan penjelasan yang berusaha di utarakan.
"Sifatmu sama persis dengan mendiang ibumu"
"Maksud papa?"
"Tidak pernah cukup dengan satu orang" Pungkas Jes telak.
Tubuh itu bangkit, lebih memilih pergi dari sana meninggalkan Jjay yang hanya terdiam memilih tak mengutarakan apapun lagi. Bibirnya tiba-tiba kelu untuk berkata.
Kali itu Jes tau, jika Bible bukanlah satu-satunya.
Jjay,
Mengkhianati kekasihnya.
•••
Hari terus berlalu namun pikirannya masih mengingat jelas apa yang di utarakan Jes."Ingin mencobanya?"
Bible langsung menggelengkan kepalanya. Berusaha membuyarkan hal yang terus terngiang.
Kelas masih berlangsung tapi sulit untuk fokus,
"Kenapa?" Tanya Fuaiz yang duduk tepat disamping kanannya. Bible menjawab dengan gelengan kepala ,matanya kini kembali memusatkan sorotnya kearah depan.
Getar ponsel orang disampingnya sempat membuat atensi nya teralih.
Gerak-gerik sahabatnya mencurigakan.
Terutama dengan ponsel yang kini Fuaiz sembunyikan.
--
--
--
--Kelas sudah selesai, lengkung senyum kentara terlihat. Bible memang berniat untuk menghabiskan waktu dengan Jjay meskipun tidak di tempat biasanya.
Ia hanya ingin berjalan-jalan menghabiskan waktu dengan kekasihnya. Namun pesan singkat itu membuat senyumnya menghilang.
Bible menghela nafasnya,
Sudah kesekian kali Jjay memperlakukannya seperti ini.
Sikapnya berubah,
Bible merasa sikap baik Jjay padanya kian hari lenyap, langkahnya semakin dekat ke gerbang depan. Kedua orang yang berada tidak terlalu jauh dari jarak pandangnya membuatnya tercengang terutama saat kedua tangan itu bertaut meski sembunyi - sembunyi.
Terlambat, karena Bible sudah melihat.
Sial, Bible hanya bisa menahan amarahnya. Sikap Jjay yang berubah nyatanya telah terjawab.
Sabar, hanya itu yang ia lakukan. Menunggu bibir kekasihnya untuk jujur.
Bible kalut,
Sejenak pikiran gila itu kembali menguasainya, hingga ia nekat pergi menaiki taxi menuju tempat dimana kerap kali datang.
Hunian Jjay,
Bible datang untuk menemui Jes, ayah dari kekasihnya.
Jes yang masih memakai stelan kantor mengernyit heran dengan kedatangan Bible.
"Jjay belum pulang"
"Aku tau" jawabnya.
"Aku masih ada pekerjaan di kantor, mau menunggunya disini?"
Tangannya masih merapikan stelan yang masih terlihat berantakan walaupun hanya sedikit.
"Bukan dia yang aku cari" jawab Bible, ia terlihat memberanikan diri walaupun detak jantungnya tak bisa di bohongi.
Cukup gugup.
"Aku?" tanya Jes.
Bible mengangguk.
"Tawaran waktu itu"
"Apa masih berlaku?"
Jes menatap Bible cukup intens, seringai khas kini mulai terlihat.
"Aku mau mencobanya"
"denganmu, papa"
Ikatan dasi Jes longgarkan, jika seperti itu ia akan membatalkan untuk datang ke kantor dan lebih memilih menghabiskan waktunya disini.
Genggaman tangan sudah ditautkan, Jes membawa Bible menuju lantai atas.
Memasuki kamar pribadinya.
"Jangan menyesal" bisiknya.
Pintu kamar kini tertutup,
Suasana hunian yang hening berganti kian menit dengan desahan gila di balik kamar.
Dimana desahan bukan lagi mengalun untuk Jjay,
Melainkan , untuk Jes.
Bible nekat dengan apa yang dilakukan, dimana setelahnya hubungan lain mulai terjalin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot papa || JesBible
FanfictionHubungan gila Bible dengan ayah mantan kekasihnya.