04 - Sungkan.

1.4K 169 42
                                    

~♥~
Part 04 - Sungkan
~♥~

Sepatu Alana lupa belum terikat satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepatu Alana lupa belum terikat satu.  Alana tersungkur saat mengejar angkot akibat terpijak tali sepatu nya sendiri.

"Sakit.." Alana berjalan terseok-seok untuk kembali menunggu didepan halte bis dekat perpustakaan kecil langganannya membaca.

Lututnya tergores bebatuan dijalan, menyisahkan nanar luka yang cukup dalam sampai mengeluarkan banyak darah. Alana langsung meringis menahan tangis akibat hal itu.

"Udah jam tujuh lebih, aku pasti bakal dijemur didepan bendera lagi." bibir Alana mengerucut bersamaan kalimat itu ia ucapkan.

Nasib sial karna bangun terlalu siang.  Mama nya---Si Karina itu tak mau melepaskannya mengenai pekerjaan rumah. Setelah selesai memasak, ia juga harus mencuci piring. Waktu Alana habis bahkan sebelum bersiap memakai seragam.

Mata Alana berkaca-kaca menatap sepatu hitamnya yang terlihat kotor penuh debu. Alana ingin menangis, tapi malu. Jalanan terlihat ramai pengendara.

"Aku nggak mau hormat didepan tiang bendera lagi.." keluh Alana kesal. Darah yang membasahi kaki nya, Alana biarkan begitu saja.

Alana menenteng helm milik Allaric dan bolak-balik melihat kendaraan yang berlalu lalang berharap angkot lain segera datang.

Merasa lelah karna terus berjalan kesana-kemari. Alana pasrah duduk dikursi halte menghitung jam yang tergantung disana.

"Setengah delapan." gumam gadis itu.

Lima menit setelahnya, Alana terperanjat melihat angkot biru tengah berjalan ke-arahnya dari kejauhan. Tanpa babibu, ia segera memanggilnya dengan lambaian tangan, lantas menaiki angkot itu disertai perasaan lega.

Angkot itu berjalan lumayan cepat, tak perlu menghabiskan waktu lama, Alana sampai di sekolah. Tentu saja gerbang telah ditutup. Alana mengintip satpam sekolah melalui celah gerbang.

Alana ragu-ragu memanggilnya dengan suara pelan. Beruntung satpam yang selalu akrab dipanggil Pak Rudi itu menyadari keberadaan Alana.

"Kenapa telat?" Pak Rudi membuka gerbang dan menutupnya cepat setelah Alana masuk.

"Kesiangan, Pak." jawab Alana pelan.

"Alesan kamu ini udah basi bapak dengernya. Sana ke-ruang piket, minta surat ijin masuk kelas." ucap Pak Rudi.

Alana enggan menyahuti, ia cukup mengangguk kecil dan berjalan menuju ruang piket dengan langkah tergesa-gesa.

"Maka nya pake alarm dong, udah segede gini masa harus diajarin sih?"

Kepala Alana mendadak pening mendengar ocehan anggota osis yang menggantikan guru piket dalam menjaga ruangan. Mereka ini hanya menggantikan tugas selama tiga jam pelajaran tapi songongnya minta ampun. Alana termenung menunggu surat ijinnya segera diberikan walaupun terpaksa mendengarkan omelan para anggota osis itu.

SWEET BUT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang