1

18 1 0
                                    

>jangan lupa vote dan komen yaa
Terimakasih!😁


Titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan itu mengganggu Angel yang tengah duduk sendirian di halaman belakang rumahnya, memilih untuk bersantai pada ayunan kayu disana. Wangi khas tanah yang tersapu oleh rintik hujan pun tertangkap Indra penciuman nya. Angel mengerucutkan bibirnya, ia meletakkan ponsel yang sedari tadi ia genggam begitu saja pada permukaan kayu coklat yang ia duduki.

Pandangannya menerawang jauh ke depan, menatap samar air yang menetes dari atap rumahnya mengenai tanaman pada taman kecilnya, menimpa dedaunan hijau yang tak dapat ia lihat dengan jelas karna langit yang sudah gelap.

"Jam segini enaknya makan nasi goreng depan komplek nya si Haikal nih." Monolognya sendiri.

Maka dari itu, ia mengambil ponselnya yang tergelatak, berniat menyuruh sang pacar untuk membelikannya.

Maka dari itu, ia mengambil ponselnya yang tergelatak, berniat menyuruh sang pacar untuk membelikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angel tersenyum senang. Ia berlari ke arah luar, menunggu sang pacar datang membawa makanan yang ia pesan.

Sesuai apa yang cowok itu ketik, 25 menit makanan yang Angel pesan sudah di depan mata. "Nah gini, makasih loh."

Haikal hanya berdehem, memandang gadis yang sudah dua tahun bersamanya. Matanya terlihat sembab, pasti anak itu habis menangis. "Kenapa lo?"

Angel menyerit binggung, "Apa nya yang kenapa?gue gapapa kali?"

"Basi, mau peluk nggak?" Haikal menawarkan diri. Ia tau, gadis-nya tengah tidak baik-baik saja. Mungkin, Angel bisa berbohong kepada dunia. Namun, Angel tidak bisa berbohong kepada Haikal. Haikal jelas tau apa yang gadisnya butuhkan.

Tanpa banyak bicara lagi, keduanya berpelukan. Malam menjadi saksi bisu keduanya membagi kehangatan. Hujan semakin turun deras, seperti mengerti kalau ada satu makhluk Tuhan yang tengah di landa kesakitan. Hujan menemani, menenami hati yang rapuh, pipi yang sama basahnya seperti kota Bandung.

-o0o-

Bulan tenggelam seiring berjalannya waktu, di gantikan dengan Matahari yang bersinar sangat terik. Berbeda dari semalam, pagi ini langit terlihat jauh lebih terang -tidak mendung-.

Angel menurunkan satu-persatu anak tangga, wajahnya kusam. Tidak ada semangat sama sekali di wajah cantiknya itu. Ayah nya, Boy Robertson Wijaya. Tengah duduk sambil menyeruput secangkir kopi.

Tanpa ada niatan untuk pamit dan sarapan terlebih dahulu, Angel tetap melanjutkan langkahnya. Sampai intrupsi Suara dari ayahnya menghentikan langkahnya.

"Lihat anak kamu, seperti anak yang nggak punya sopan santun."

Ibunya, Stella Eleanor Marlowe menyahut dengan suara marah. "Dia juga anak kamu kalo kamu lupa!harusnya kamu yang ngajarin dia sopan santun. Kamu ayahnya."

"Terus apa gunanya kamu sebagai ibu?oh saya lupa, kamu kan kerjanya cuma bisa emosi saja." Sahut Boy tidak mau kalah.

Stella mengepal, jika bukan karna anaknya ia pasti sudah meminta cerai kepada sang suami.

"Kamu-"

"Udah?aku mau berangkat." Angel bersuara, paginya menjadi lebih buruk hanya karna perdebatan kedua orang tuanya.

Berjalan ke arah luar rumah, Tanpa memperdulikan kedua orang tuanya yang meneriakki namanya.

-o0o-

"Woy ngelamun aja lo, jelek." Itu suara Haikal. Angel sedikit terkejut, ia mencubit lengan kekar itu hingga sang empu mengaduh kesakitan.

"Apa si lo kal, ganggu aja." Ucap angel sarkas. Haikal hanya tertawa. Tenang, sudah biasa. Hubungan Haikal dan Angel tidak seromantis yang orang orang pikirkan. Mereka sama sama keras, Haikal sang berandal sekolah dan Angel sang ketua OSIS.

"Hari ini, jangan bikin gue susah." Peringatan dari angel membuat Haikal menggerutu kesal.

"Gue hari ini mau tengkar sama geng sebelah" Haikal berniat memberitahu. Ia sudah menebak reaksi Angel akan seperti apa. Tidak ada raut seperti kekasih pada umumnya, yang akan khawatir dan menghentikan niatnya.

Angel menghela nafas, ia hampir lupa bahwa kekasihnya adalah Haikal. Cowok berandal yang sialnya sangat ia cintai. "Jangan bikin malu, lo harus bisa menang. ntar gue jajanin cilok" Ucapnya, Haikal jelas tersenyum senang. Merangkul Angel layaknya sahabat sejati.

"Gitu dong, baru pacar gue. Sekalian Boba satu"

Angel memutar bola matanya, "Gatau diri, tapi ok"

Ini bukan kisah tentang sang berandal yang jatuh hati kepada sang ketua osis. Namun, dua insan manusia yang sama-sama saling membutuhkan satu sama lain. Menurut Haikal, Angel itu ibarat bumi dan langit. Terlalu luas untuk di isi penuh, dan terlalu indah untuk di sia sia kan begitu saja. Dan menurut angel, Haikal itu seperti bintang dan bulan, yang menyinari hari harinya yang gelap dan suram.

Semakin dunia menghantam, keduanya akan semakin melengket. Angel mempunyai Haikal di sampingnya, begitupun sebaliknya. Angel selalu berdoa kepada Tuhan, sebanyak apapun dosa yang Angel hirup, tolong jangan dengan kehilangan lagi Angel harus menebus nya. Haikal dan Angel sama sama manusia rapuh. Tetapi, jika Haikal dan Angel bersama, dunia pun akan kalah.

Mereka, dua insan yang berharap sebuah kebahagiaan di esok hari.

Semesta, tolong kerja sama nya ya.

-o0o-

to be continued.

Per:fectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang