3.

10 1 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen
Terimakasih!😁


Haikal, cowok yang terkenal sebagai berandalan itu kini tengah bersandar di sebuah tembok yang cukup kotor. Rasa sakitnya, ia alihkan untuk membela harga dirinya. Belum sempat bernafas dengan lega, sebuah bogeman mentah ia dapatkan. Tersungkur dengan darah yang mengalir di pelipisnya. Tak apa, itu tak seberapa.

Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan, sang lawan mencoba ingin menendang Haikal. Namun, Haikal tidak sebodoh itu. Ia mampu memahami gerak gerik yang di berikan oleh sekitarnya. Sebelum kaki itu mengenai peutnya, ia sudah dulu menahannya dan memutar nya hingga membuat sang lawan kini berada di bawahnya. Haikal dengan emosi yang memuncak, memberikan semua bogeman mentah secara bertubi tubi.

"Ulangin ucapan lo tadi, bangsat. Ngomong di depan gue!"

Haikal bukan tipe cowo pemarah. Cowok itu selalu mempunyai alasan kenapa ia harus marah. Walaupun di sebut sebagai berandalan, tapi Haikal tetap bisa menjaga emosinya. Ia mempunyai kesabaran lumayan tinggi. Dia bertengkar pun hanya dengan logika, tidak di sangkut pautkan dengan amarah.

Dan untuk kali ini, Haikal benar benar menggunakan segala emosinya yang ia tahan. Semua amarahnya ia luapkan. Singa jika sedang tertidur, sebaiknya jangan di ganggu. Lihat, sang lawan benar benar tumbang hingga untuk menjawab apa yang Haikal katakan saja sangat sulit. Pasokan udara nya kian menipis.

"Kal udah!dia hampir mati." Leonard mencoba memberi Haikal pengertian.

"Persetan, apa peduli gue."

"Setidaknya pikirin Angel!kalo lo di penjara, Angel sama siapa?" Bima ikut menyahut dengan lantang.

Saat nama gadisnya di sebut, kepalan tangannya kian mengedur. Apa yang bima ucapkan adalah benar. Jika ia sampai di penjara, Angel nya bagaimana?

"Hari ini lo masih bisa selamat, tapi ga tau besok atau nant. Lain kali, kalo mau bicara di pikir dulu. Mulut sampah lo ga guna!" Setelah berucap, Haikal beranjak untuk pulang. Ia berniat membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menemui Angel.

-o0o-

Haikal memasuki rumahnya, harap harap ayah nya belum pulang. Namun ternyata takdir tidak berpihak kepadanya. Sang ayah, tengah duduk sambil meyeruput kopi. Haikal memberanikan diri untuk masuk, baru selangkah ingin menaiki tangga, suara sang Ayah lebih dulu menghentikan langkahnya.

"Udah pulang?masih inget rumah?" Tanya sang ayah. Haikal hanya diam. Menunggu apa yang akan selanjutnya ayahnya katakan.

"Berantem lagi?"

"Iya" Jawab Haikal seadanya.

"Bersihin badan kamu, biar lukanya nanti saya suruh bi Ningsih untuk mengobati nya."

Haikal hanya mengangguk. Keduanya, tidak sedekat seperti apa yang di perbincangkan orang orang di luar sana. Haikal dan ayah?seperti dua orang asing yang tinggal satu atap. Haikal tidak biasa tinggal dengan ayahnya, di karenakan kedua orang tuanya yang sudah berpisah cukup lama. Haikal yang dulu hidup hanya dengan ibunya, di hadiahi banyak trauma dan kekurangan. Sekarang malah hidup dengan banyak kelebihan, walaupun baginya sama saja. Tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh.

"Haikal masuk dulu."

Reyno hanya melihat punggung sang anak yang kian menghilang dari balik dinding. Gengsi yang di besarkan, tidak akan berakhir bahagia. Semuanya malah semakin rumit dan kacau. Jika bisa, Reyno ingin memeluk putra satu satunya. Putra semata wayangnya yang kini sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa.

"Maafin ayah, nak."

-o0o-

Sekarang adalah hari terakhir Angel di kurung di kamar. Rasanya bosan hanya melihat buku, buku, dan buku. Berkali kali Angel memaki kedua orang tuanya yang kelewat gila. Demi Neptunus, Angel lelah. Kantung matanya terlihat sangat jelas.

"Sampai kapan?gue capek banget." Angel memandang dirinya di cermin.  Tolong, untuk air mata jangan menentes..mata Angel sudah sangat lelah, Angel butuh istirahat. Angel mendongak untuk menghentikan air mata yang sewaktu waktu akan terjun dengan bebas.

Hust, hust

Suara bisikan itu membuat Angel sedikit terkejut. Ia sudah tau pelakunya siapa. Ia berjalan pelan menuju jendela kamarnya, membukanya secara perlahan.

"AAAAA" Angel Reflek menjerit saat melihat wajah Haikal yang kelewat menyeramkan. Wajahnya penuh dengan luka, dan rambutnya yang sangat acak acakkan. Seperti gembel.

"Diem, ntar orang rumah pada bangun. Mau lo ketauan lagi berduaan sama cowok berandal kaya gue?" Haikal membungkam mulut Angel dengan kedua tangannya---Angel segera menepis tangan Haikal.

"Tangan lo bau jengkol, lo abis makan jengkol?"

Merasa terhina, Haikal memukul kepala Angel dengan pelan. "Enak aja lo, gue kesini bawain lo ini. Gue yakin, lo pasti 5L kan." Harel menyondorkan sekantung plastik putih yang berisi jajanan ringan.

"Tau aja lo, tumben peka."

"Ssstt, ada syarat. Ini tidak gratis."

"Ealah, apa cepet?!"

"Peluk gue, 5 menit aja." Haikal kali ini bicara dengan serius. Tak ada gurauan di setiap kalimat yang ia ucapkan. Tatapannya pun begitu serius memandang Angel. Dirinya lelah, dan manusia yang berada di hadapannya adalah obat dari segala rasa lelah hari ini.

Angel dengan senang hati merentangkan tangannya. "Sini sini--- ututu bayiii"

Rembulan, jangan pernah bosan untuk melihat dua ciptaan Tuhan ini mengobati lelah bersama ya.

-o0o-

to be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Per:fectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang