jangan lupa vote dan komen
Terimakasih!😁•
•
•
Kehadiran sosok seorang ayah adalah figuran bagi sang anak perempuan. Namun bagaimana jika Angel yang sejatinya anak tunggal harus menerima kenyataan bahwa ayahnya tidak cukup menjadi figuran dalam proses pendewasaan nya?Dan menerima kenyataan kalau ayahnya adalah luka pertamanya, bukan cinta pertama nya.
Angel Memasangkan earphone nya, menulikan pendengaran disaat mendengar teriakan kedua orang tuanya dari bawah sana. Matanya terpejam, mencoba untuk menahan segala gejolak rasa sakit dan sesak yang ia rasakan. Meremat bantal dengan sekuat tenaga.
"KAMU YANG GANTIAN JAGA ANGEL!AKU HARUS PERGI." teriakan Stella terdengar.
"KAMU JANGAN EGOIS, AKU JUGA HARUS PERGI."
Angel menghempaskan selimutnya, melepaskan earphone yang terpasang apik di telinganya dengan tarikan yang cukup kuat. Hingga kepala earphone itu lepas dari asalnya. Menuruni tangga dengan tergesa gesa.
"Gausah teriak teriak, ini rumah bukan hutan." Suara Angel menghentikan sepasang suami istri yang tengah adu mulut satu sama lain.
"Kenapa berhenti?kalian berantem cuma karna ngeributin siapa yang hari ini ngejaga aku kan?gausah. Aku udah gede, aku bisa jaga diri aku sendiri. Kalian kalo mau pergi, ya pergi aja."
"Angel, Mamah ada urusan..."
"Urusin simpenan kalian masing masing, aku ga perlu di urus." Sebelum Stella berucap, Angel sudah lebih dulu memotongnya. Ia tau, pasti Stella dan boy akan mencari beribu alasan untuk membuat Angel percaya bahwa mereka pergi memang ada urusan.
Tapi, Angel bukan anak kecil lagi.
Setelah mengatakan itu, Angel kembali menaiki tangga. Ia berniat untuk tidur di kamar alm.neneknya.
"Nek, aku ga tahan.."
-o0o-
Angel baru saja keluar dari perkarangan rumah nya. Ia berniat untuk berangkat lebih awal dari biasanya. Matanya sedikit sayu karna terlalu banyak bergadang untuk mempelajari materi materi yang gurunya berikan.
Hari ini akan di adakan ulangan harian. Angel Selalu merasa takut jika di adakan ulangan seperti ini, takut jika tidak mendapatkan nilai sempurna dan berakhir dirinya di kurung di dalam kamar selama kurang lebih 4 hari. Dan sungguh, itu sangat menyiksa batin dan fisiknya.
Menunggu bus di halte adalah kebiasaan Angel setiap paginya. Rasanya sedikit menyenangkan menunggu Bus sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang. Hingga sebuah motor berhenti di hadapannya.
"Cantik, mau nebeng Abang nggak?" Angel kenal betul suara itu. Siapa lagi jika bukan kekasihnya, Haikal.
"Nggak dulu bang, makasih." Tolaknya mentah mentah. Di balik helm fullface nya Haikal terkikik.
"Pagi cingtaaa kuu" Haikal berucap dengan gembira. Rasanya, beban yang berada di pundaknya terasa menghilang saat melihat wajah seindah rembulan itu.
"Alay, sapa si lo?apa kita kenal ya?"
Haikal berpose seakan akan hal itu sangat menyakiti perasaan nya. "Tega banget lo, jelek."
"Bercanda ealah. baperan amat lo, berandal."
"Nebeng nggak nih?"
"Nebeng dong. Buat ngirit duit"
"Lah emang sama gue ga bayar?ya bayar lah."