27. I Meet You, and I Miss You

3.6K 502 115
                                    

Hiii loveee!Apa kabaaaar?Semangat nungguin Alan tobat, kan? Atau nunggu ehem minimal sadar diri deh yaa 👀🤭✌️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiii loveee!
Apa kabaaaar?
Semangat nungguin Alan tobat, kan? Atau nunggu ehem minimal sadar diri deh yaa 👀🤭✌️

Antara Utami⬇️

27. I Meet You, and I Miss You

Mau tak mau, dan siap tak siap, Tara harus memaksakan diri untuk bertemu dengan Alan hari ini. Terlebih sungguh, ia mendapat proyek yang sama pula dengan cowok itu, bersama Sunday Wedding Organizer. Mengabadikan momen bahagia pengantin mereka.

Dan demi apa pun, Tara tidak pernah merasa semalas ini untuk bekerja sebelumnya. Ia tidak yakin bisa bersikap baik-baik saja di depan Alan. Sebab sebisa mungkin untuk hari ini pun, Tara harus menjaga jarak dari pria itu. Setidaknya, begitulah keputusan yang ia ambil untuk sementara ini. Karena Tara masih belum tahu langkah mana yang hendak ia ambil, maka memberikan jarak merupakan opsi terbaik menurutnya.

Tiba di parkiran, jantung Tara seakan berhenti berdetak untuk beberapa detik, tatkala melihat mobil Alan yang juga baru saja datang sepertinya dan bahkan berhenti tepat di samping mobilnya. Nada bahaya sudah berdering nyaring dalam kepalanya. Berpura-pura sibuk dengan apa pun itu supaya mereka tidak turun dalam waktu yang bersamaan pun, ia lakukan.

Tara menunduk sambil berakting membenarkan tali sepatunya. Hari ini Tara memilih sneakers, yang dipadu padan dengan t-shirt dan celana jeans panjang. Rambutnya ia kucir kuda, dengan beberapa anak rambut yang dibiarkan menjuntai di kedua sisi wajah.

Cukup lama Tara menunggu, sampai terasa pegal karena menunduk, akhirnya cewek itu pun perlahan menegakkan badan sambil mengintip situasi di luar. Lebih tepatnya mencari sosok Alan.

Syukurnya Tara tidak menemukan kehadiran cowok itu di mana pun, membuat ia akhirnya bisa bernapas dengan lega. Walau sesampainya di lobi Tara dibikin ketar-ketir lagi. Gila, gila. Semakin dekat menuju tempat kerjanya, maka semakin besar pula kemungkinan dia bertemu Alan.

“Pagi, Mbak.”

“Eh, pagi Mbak Ri,” jawab Tara pada Ria yang menyapa.

Mengangguk singkat pada sang resepsionis, Tara kemudian berlalu menuju lift, dengan jantung yang kembali berdetak di atas normal. Ah, menyebalkan. Harusnya dia datang dengan perasaan semangat bekerja pada Senin pagi begini. Bukannya mumet karena hal lain. Pokoknya jangan sampai hal ini merusak pekerjaannya.

Pull and PushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang