Mencari Olympus

17 5 1
                                    

Cahaya matahari mulai menusuk masuk lewat celah jendela, Abigail menyerngitkan kedua matanya yang tertutup. Dan membukanya perlahan.

"Rrr..." Ringkih gadis itu memegangi kepalanya.

Menangis semalaman membuat kepalanya terasa berat dan pusing.

Abigail mulai bangkit dari atas kasurnya. Ia melamun sebentar. Memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Buku... Benar, buku itu!"

Gadis itu berdiri mencari buku biang masalahnya ke segala penjuru kamar, namun nihil usahanya sia-sia, tak ada satu benda pun yang menyerupai buku di dalam kamarnya.

"Pemilik tempat ini! Pasti dia tau dimana buku itu!"

***

"Maksudmu ini?" Tanyanya seraya mengambil sebuah buku dari lemari kayu di pojok ruangan.

Abigail mengangguk dengan cepat. Senyuman lebar kini terhias di wajah gadis itu, memberikan ia secerah harapan.

Abigail kembali ke dalam kamarnya. Ia duduk di atas kasur keras itu dengan senyuman penuh harapan. Jemari tangannya mulai lihai membuka lembaran lembaran buku itu.

"Apa apaan ini?! Isinya hanya tulisan materi materi tentang Yunani!" Abigail membuka lembarannya dengan kasar sambil memukuli buku itu. "Ayo cepatlah muncul portal sialan!! Bawa aku kembali!"

Buku itu diam tak bergerak. Tak menimbulkan suara ataupun pergerakan sedikitpun.

Dengan kesal Abigail melemparkan buku itu ke sembarang arah. "Buku tidak berguna!"

...

...

...

"Okay... Tenanglah Abigail... Tenanglah... Kamu bisa melakukan ini... Meluapkan emosi tidak akan membantumu..."

...

"AARGHH!!! SIALAN!"

***

"Baiklah... Jika pria itu menginginkan hal ini. Kamu pikir aku tidak akan bisa melakukannya huh?!"

Abigail melihat ke sekeliling dan mengambil buku itu. "Jadi dimana dewa-dewa itu?"

...

Abigail mengantongi buku itu ke tas kumuh yang ia temukan di dalam kamar, kemudian ia pergi berjalan keluar dari penginapan.

"Hei! Permisi... Kalau boleh tau dimana aku bisa bertemu dengan Dewa-Dewa Yunani?"

"Dewa siapa yang kau maksud? Ada banyak Dewa di negeri ini."

Gadis itu berpikir dengan keras. Jujur saja ia tidak tau nama-nama dari dewa Yunani. Nilai sejarahnya F ingat?.

"Poseidon! Ya Poseidon!" Untung saja Abigail sempat menonton film berjudul 'Michael Jackson' dengan temannya beberapa Minggu lalu. Kau tau? Seorang demigod (setengah dewa-setengah manusia) dengan wajah tampan bermata biru itu...

"Tentu saja ia berada di Olympus, atau di laut..." Jawabnya tak pasti.

"Bagaimana caranya ke Olympus?"

Pria tua itu menatap Abigail dan kemudian tertawa cukup keras sambil mengikat beberapa barang dengan tali menyambung kearah kuda.

"Apa yang akan kau lakukan di sana nanti? Mengajak para dewa meminum teh bersama? Hahahaha..."

Abigail mengerutkan dahinya keheranan. "Kenapa kau tertawa? Bisa saja jika aku ingin mengajak mereka meminum teh."

"Kalau begitu berarti ini adalah hari terakhirmu... Jangan lupa siapkan lubang untuk jenazahmu juga. Itupun kalau tubuhmu masih utuh."

"Hei Pak... Bisa kau jelaskan lebih jelas? Dari tadi bicaramu tidak ada yang bisa aku mengerti..."

"Yang benar saja? Kau ini bodoh? Sudah jelas tidak ada manusia yang bisa masuk ke Olympus. Kalaupun ada, tidak ada yang pernah kembali hidup-hidup. Tempat suci itu hanya untuk kediaman para Dewa. Manusia rendahan seperti kita tidak bisa menginjakkan kaki di sana. Mereka akan memberi hukuman untuk siapapun yang berani melewati perbatasan."

Abigail tersenyum percaya diri. "Baguslah kalau begitu... Untungnya aku bukan manusia rendahan. Jadi tolong tunjukkan jalannya padaku."

Travel to GreeceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang