Divya Purnama tersentak saat mendengar erangan wanita di toilet sebelahnya. Terdiam sesaat mencerna apa yang ia dengar, ingin berbalik namun seorang lelaki keluar terlebih dahulu dari bilik toilet wanita itu.
Divya terkesiap saat lelaki yang terlibat masalah dengan mang ujang kemarin ada dihadapannya dengan smirknya yang terlihat mengerikan dimata Divya.
"Menguping?" Tanya rama sambil terkekeh.
Divya tergagap dan menggeleng dengan cepat,"Engga, aku gak denger kok." Balad divya meyakinkan.
Gadis yang berada ditoilet tadi keluar, menatap Divya dan Rama bergantian kemudian berjalan menjauhi mereka.
Rama terkekeh, memajukan badannya kearah Divya, sontak saja Divya memundurkan langkahnya hingga ia tersudut di tembok.
Melirik kanan kiri karena tidak ada siapa-siapa yang bisa membantunya.
"Ma-af" Mohon Divya takut.Jarak wajah keduanya sangat dekat, sehingga Divya dapat merasakan nafas beraroma Mint dari mulut Rama.
Rama menarik tengkuk Divya dan melumat bibir pink yang terlihat menggiurkan dimata Rama.
Divya melototkan matanya tidak percaya dengan refleks menendang pusaka milik Rama.
Rama menggeram dengan muka merah menahan sakit dan marah.Saat melihat kesempatan itu Divya berlari meninggalkan Rama yang tersenyum lebar layaknya seorang psikopat. "Manis," Ucap rama pelan.
Divya berlari menuju kelasnya, tidak disangka hari pertamanya masuk sekolah membuatnya sial seperti ini.
Berbeda didesa divya merasa jika Jakarta terlalu bebas untuknya yang masih polos.
Divya yang anti sosial membuatnya malu untuk mengajak orang lain berteman. Untung ada gadis yang duduk disebelahnya ini yang tanpa canggung mengajaknya berteman.
Sementara yang lain menatapnya aneh karna selalu menundukan pandangan dan bersikap malu.
"Muka lo merah, lo gapapa?" Tanya gadis berambut pendek disebelahnya.
"Aku gapapa Ajeng" Balas Divya meyakini.
Ajeng Amira gadis yang baru saja menjadi teman sebangku Divya itu menyipitkan matanya penuh curiga pertanda ia tidak percaya.
"Serius," bohong Divya. Jelas divya masih sadar untuk tidak menceritakan kesiapapun dirinya dicium oleh lelaki aneh tadi.
"Oke gue percaya," Balas Ajeng.
Ajeng kemudian bercerita tentang sekolah elit itu, dari siswa atau siswi yang famous, troublemaker dan yang paling sering kena bully.
Divya hanya diam menyimak tanpa mau menyela ucapan Ajeng.
"Terus ya gue saranin lo jauh jauh sama yang namanya Gemara Bagaskara." Ucap Ajeng yang membuat kernyitan bingung dari divya.
Pasalnya sedari tadi Ajeng bercerita baru satu orang yang dipintanya untuk Divya jauhi.
"Emang dia kenapa?" penasaran Divya.
Ajeng merapatkan diri kearah divya dan berbisik,"Dia bahaya buat lo yang polos."
Divya tersentak, apa dia masih bisa dikatagorikan polos, kan bibirnya udah ternodai.
menganggukan kepalanya pertanda ia menyetujui permintaan Ajeng.
Bersamaan dengan itu Ibu Tina masuk membawakan selembar kertas.
"Anak-anak sekarang kita ulangan harian ya, buat evaluasi pembelajaran kita minggu kemarin." ucap bu Tina sontak membuat kelas menjadi ricuh karena mendadak.
-----------
Ajeng menarik Divya untuk berjalan dengan cepat."Cepet Div, telat dikit kita ga dapet tempat duduk."Divya mengangguk, melirik kanan kiri melihat kantin yang sangat ramai itu.
"Aku makan di kelas aja," Ucap Divya saat mereka sudah duduk dikursi kantin itu.
Ajeng berdecak, "Enggak, lo harus makan disini bareng gue. Lo kan murid baru, jadi harus mengenal lingkungan sekolah, Termasuk kantin." Titah Ajeng.
Divya menghela nafas, sungguh ia tidak terbiasa dengan keramaian seperti ini. Saat sekolah didesanya Dulu, Divya tetap membawakan makanan dari rumahnya. Jadi jarang bagi Divya untuk berjalan ke kantin berdesak-desakan karena ramai.
"Lo mau pesen apa?" Tanya Ajeng.
Divya berifikir sejenak,"Samain aja deh." Ucapnya.
"oke,lo tunggu disini jangan kemana-mana," printah Ajeng yang di balas anggukan oleh divya.
Divya membelalak saat netranya bertemu dengan tatapan tajam dari lelaki yang menciumnya di toilet tadi.
Dengan cepat ia mentutup mukanya dengan telapak tangan menghindari tatapan tajam dari lelaki mesum itu.
Ajeng meletekan dua mangkung mie ayam dan air mineral diatas meja."Lo kenapa nutup muka?" Tanya Ajeng penasaran.
Divya menurukan tangannya dan menggeleng,"Enggak kok cuman malu aja." Elak Divya.
Sementara itu rama meletupkan permen karet yang ia kunyah, sambil tersenyum miring menatap Divya.
"Gue ada urusan bentar, lo pesen aja entar gue yang bayar." Ucap Rama meninggalkan Galih dan Ojan yang bersorak riang karna makan-makanan gratis.
Rama berdiri, berjalan kearah meja Ajeng dan Divya dengan mata yang masih menatap Layaknya mata predator yang akan menerkam mangsanya.
Ajeng mengernyit melihat rama yang datang kebangku mereka.
"Bérama Bagaskara, Ingat nama gue." Ucapnya tepat didepan divya dengan mata yang ia kedipkan sebelah.
Jarak antara muka Rama dan Divya hanya beberapa senti. Sontak saja aksi yang dilakukan Rama membuat pekikan heboh dari siswi yang mengidolainya.
Divya tergagap dengan cepat ia berdiri dan menarik lengan Ajeng meninggalkan area kantin yang tengah ricuh itu.
Rama terkekeh rendah menatap Divya yang berjalan tergesa-gesa menjauhinya. dengan langkah pasti ia berjalan kembali menuju kedua temannya itu.
"Buset target baru ya ram," tanya Galih saat Rama sudah duduk dikursinya.
"Engga, dia kurang binal buat gue." Balas Rama.
Ojan tergelak mendengar ucapan Rama,"Lagian ngapain dah, iseng banget godain cewe culun." Ucap Ojan menilai.
Galih mengangguk,"Mau lo apain ram?"Tanya Galih.
"Mainin," Balas Rama dengan pasti.
Galih menggelengkan kepalanya,"Hati-Hati entar kejebak permainan sendiri."
Rama mengangkat bahu pertanda ia tidak peduli.
----------------
Jangan lupa vote♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Bérama🔞(Hiatus)
RomanceDivya Purnama gadis lugu yang selalu dibully di desanya memutuskan untuk ikut sang ayah pindah ke Jakarta. Divya mengira hidupnya akan tentram dan aman, namun siapa sangka pertemuannya dengan Bérama Bagaskara lelaki blasteran Amerika indonesia itu...