"Assalamualaikum"salam ketiga pria berbeda usia yang berpakaian sederhana memakai kemeja beserta sarung.
"Waalaikumsalam,Monggo masuk kyai"balas kyai Zikri_pemimpin pesantren An najah.
Ketika pria yang tak lain adalah kyai Faqih,Gus Ali dan Gus Azam pun memasuki ndalem kyai Zikri selaku teman lama kyai Faqih.
"Ini kedua putramu yai?"tanya kyai Zikri setelah ketiga lelaki itu duduk.
"Iya kyai"balas kyai Faqih.
"Ini Gus Ali yang dulunya sering kamu ajak sowan kesini dulu kan?"tebak kyai Zikri menunjuk pada Gus Ali yang duduk disamping kiri kyai Faqih dengan menunduk.
"Iya kyai, lalu mana putrimu Ning Liyana?"tanya kyai Faqih.
Gus Ali menunduk seraya bergumam dalam hati tak suka pada abahnya yang langsung to the poin.
"Putriku itu sedang mengajar pasti sebentar lagi Liyana pulang"balas kyai Zikri.
"Silahkan di minum kyai"ujar nyai Isma istri dari kyai Zikri menaruh empat gelas teh hangat beserta camilan di atas meja.
"Nggih nyai niki malah merepotkan njenengan"balas kyai Faqih.
"Tidak merepotkan kyai. Saya malah begitu terhormat atas kedatangan njenengan dan putra pesantren ini"balas nyai Isma lalu kembali ke belakang menyingkir dari keempat pria yang tengah saling mengobrol.
"Assalamualaikum"salam seorang gadis berkulit putih bertubuh tinggi dengan memakai abaya warna denim yang baru saja memasuki ndalem.
"Liyana sini nduk"ujar kyai Zikri mengarahkan putrinya untuk mendekat.
Bukannya menunduk Ning Liyana berjalan dengan menatap kedua Gus itu tajam seolah ingin memakan kedua Gus itu hidup hidup.
"Perkenalkan ini adalah teman Abah yang dulunya sering berkunjung disini kyai Faqih namanya. Dan itu Gus Ali putra sulung kyai Faqih yang dulunya sering bermain denganmu. Dan di samping kanan kyai Faqih adalah Gus Azam putra bungsu kyia Faqih"jelas kyai Zikri.
Ning Liyana menatap kedua Gus itu dengan tatapan tak suka.
"Bagaimana Gus dengan putriku?"tanya kyai Zikri menunjuk pada Gus Ali lalu berganti pad Gus Azam.
Gus Ali dan Gus Azam saling berpandangan dengan tatapan mata tak setuju. Mereka sama sama tak suka dengan sikap sombong yang baru saja Ning Liyana tunjukkan.
"Cantik kyai"puji Gus Ali dan Gus Azam barengan.
"Gus, njenengan bisa bicara dulu dengan Liyana di tempat sana. Kita bisa mengawasinya dari sini"ujar kyai Zikri.
"Mas sampean mawon. Kulo belum siap menikah"ujar Gus Azam dengan suara pelan menatap mas nya jahil.
Dengan berat hati gus Ali pun beranjak lalu berjalan menuju tempat yang berjarak 5 meter dari tempat tadi.
"Ku mohon jangan melamarku. Aku tidak ingin menikah muda. Aku ingin berkarya. Aku masih ingin berkarir"ujar Ning Liyana to the poin dengan suara pelannya takut sang Abah mendengar perbincangan mereka.
"Baiklah"balas Gus Ali lalu berjalan dan kembali duduk di samping kiri kyai Faqih.
Kyai Faqih menatap raut wajah gus Ali yang sepertinya tak ada sedikitpun aura ketertarikan pada Ning Liyana.
"Yasudah kyai. Kami bertiga harus pamit karena masih ada beberapa pesantren yang akan kami datangi. Terimakasih atas sambutan hangat njenengan. Semoga pertemanan kita masih berlanjut baik"ujar kyai Faqih berpamitan.
"Terimakasih kyai telah berkenan silaturahmi ke ndalem saya. Maaf atas ketidaknyamanan atas perlakuan putri saya"balas kyai Zikri merasa tak enak hati dengan melirik kearah Ning Liyana yang tampak puas tak ada sedikitpun penyesalan telah menolak seorang Gus Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Setelah Akad
RomanceMenikah tanpa melihat calon istri? Berani mengkhitbah walaupun tau bahwa calon istrinya adalah wanita buta,tuli,bisu dan juga lumpuh? Menikah tanpa tau satu sama lain?