•••
"An old wise man said, sometimes you made the right decisions. Sometimes you made the decisions right."
Adalah salah satu prinsip yang jaemin pegang sekarang ini. Hidup dalam dunia 'gelap' begini membuatnya mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup. Baginya bertahan hidup adalah insting dengan cara berpikir sebagai satu-satunya senjata. Sebelumnya jaemin adalah sosok yang impulsif. Dia bertindak dengan apa yang menurutnya benar. Tapi setelah menjalani pekerjaannya yang sekarang, dia tidak lagi menjadikan kebenaran sebagai alasan mutlak ia bertindak.
Jaemin menjadi lebih pendiam dan mengutamakan pemikirannya. Dunia tidak adil—memang, itu bukan hal yang bisa diganggu gugat oleh mahluk apapun. Menjadi 'kakak' untuk banyak 'adik' padahal ia seorang sebatang kara membuat jaemin dulu berpikir serabutan. Asalkan bisa hidup, apapun akan ia lakukan. Dahulu itu saja pola pikir yang tertancap dalam otaknya. Jaemin yang sekarang mungkin terlihat tidak cukup waras, tapi setidaknya itu lebih baik dari ia yang dulu.
Iya. Bayangkan saja dulu seberapa tidak warasnya na jaemin yang dulu itu—
"Bernostalgia?" Tubuhnya sedikit berjengit terkejut. Ia menolehkan pandangan pada teman seperkejaannya itu.
"Ya. Kau terjebak juga?" Melihat haechan mengangguk membuat jaemin tak dapat menahan ledakan tawa.
" Setidaknya lebih baik daripada mati konyol," kilah haechan. Tapi jaemin setuju jadi ia menghentikan tawa nya.
" Wong's brother ... Bukankah itu kelompok dimana xuxi bekerja?"
Jaemin mengangguk mengiyakan, keduanya kembali tenggelam dalam pikiran masing-masing. Setidaknya semilir angin laut dan desir ombak tenang menjadi instrumen alami yang bisa menenangkan kecemasan mereka.
"200 milyar. Kau?" Jaemin melirik haechan dari sudut matanya.
"Sama. Si bangsat Marquez itu mengancam ku dengan keberadaan dongseok," tutur haechan.
"Lebih dari itu, keberadaan anak-anak panti juga sudah mereka ketahui. Aku bodoh meremehkan the goldriders," keluh jaemin.
"Kalau kita tidak meremehkan lawan kita, sudah hancur duluan kita oleh diri sendiri. Kalau mau maju, berpikirlah bahwa kamu lebih kuat dari siapapun." Pemuda tan itu mengeluarkan sebatang rokok untuk ia hisap.
"Kau ada korek?" Jaemin mengangguk lalu merogoh korek dari sakunya dan memberikan korek itu pada haechan.
"Lalu bagaimana keputusanmu?" Jaemin mendengus mendengar pertanyaan haechan.
"Apalagi? 200 milyar dan keselamatan anak-anak panti. Kau pikir aku se-independen itu?" sarkasnya.
Haechan mengangguk sekenanya. Kedua orang itu memilih diam menikmati pemandangan laut lepas yang indah. Santorini memang indah, sangat indah. Rasanya tak ingin pergi dari tempat itu, tapi malam nanti mereka harus pergi mengerjakan misi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
shades of mr. J's lil'bunny [ nomin ]
Fanfiction[ bxb ] idol-fans relationship goes wrong. If.., you're a fan of the biggest and most famous actors, lee Jeno - would you still love him with the hidden fact he actually was a mafia who became fugitives of many countries? well, the sweet youn...