episode 02

12 6 2
                                    

Kantin sudah Sepi, hanya ada beberapa anak dari ekskul bulu tangkis sedang makan bersama, hari ini mereka tanding.

"Bu, ray mau nasi kuning, ya. Dibungkus."

"Berapa bungkus?"

"Malah nanya. sudah lihat aku hanya sendiri, tidak mampu perutku ini memakan dua bungkus nasi—" belum selesai ray mengomel dalam pikirannya tiba-tiba terputus demi mendengar ucapan ibu kantin.

"Nanti kehabisan loh," goda ibu kantin.

ray tersentak.

"oh iya! Aku pesan dua saja nanti aku makan sebelum latihan lalu pulang sekolah."

"Pesan dua deh!" ray berseru, lalu berpikir sejenak. "Dan air mineral dua, yang botol kecil sama gorengan sepuluh ribu, ya, bu."

Nasi kuning ibu kantin emang paling terenak sangat populer di sekolah.

"kamu mau mukbang, ray?" tanya ibu kantin sedikit tertawa.

"haha, ga mungkin bu. Ray belum sarapan tadi pagi karna telat bangun, jadi buru-buru, deh." Ray tertawa sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal itu.

"kamu, sih. kebiasan gitu, telat mulu."

Merasa perlu tempat duduk, ray langsung melihat sekitaran.

"aku boleh duduk di sini, ga?"

tanpa rasa ragu ray langsung saja bergabung duduk dengan ekskul bulu tangkis.

Sebenarnya di tempat itu hanya satu meja dengan empat kursi saling berhadapan— dua kursi bersebrangan terhalang oleh meja. Tapi ray mengambil kursi lain dan menepatkannya di sisi lain. Penampakannya seperti makan bersama keluarga dan ray adalah ayahnya.

"soalnya ga seru kalau makan sendirian," ungkap ray tak lupa untuk senyum ke orang-orang yang kini melihat padanya.

"iya, kak. Gapapa," ucap salah satunya.

"ibu anti... tambah gorengannya sepuluh ribu."

"oke, nak! Jadi semuanya dua puluh lima ribu, ya!" teriaknya dari dalam dapur.

"apa tadi? 'kak' kalian manggil gitu? Santai saja kali kita ini seumuran," ucap ray dengan tersenyum bahkan matanya juga turut tersenyum menciptakan bulan sabit.

"namaku ray pramansyah. Kalian bisa panggil aku ray. Kalau kalian?"

"aku iksan, kak- maksudku ray," ucapnya terputus tapi masih bisa dikendalikan. "ini putra, bima, dan terakhir desi." Iksan menunjuk satu persatu temannya.

"salam kenal, ya, guys! Kalian kelas apa?"

"kami kelas sebelas ips-2, Cuma si bima saja, tuh. Yang kelas ipa," jawab putra bersemangat.

mendengar hal itu ray langsung membisu. "heh... kelas sebelas, ya. Mana aku dah so asik lagi.malu banget anjrit," batin ray

"kalau kau kelas apa, ray?" tanya desi, dia perempuan sendiri di dalam grup itu.

***

Ray kini sudah tidak di kantin lagi bersama anak-anak ekskul buku tangkis. Dia sudah berada di koridor sekolah setelah desi melontarkan pertanyaan tadi, untung saja ada ibu anti—ibu kantin yang tiba-tiba datang membawa piring yang berisi gorengan, nasi kuning bungkus dan botol air mineral milik ray.

Beberapa menit sebelumnya, di kantin.

Saat bu anti baru saja meletakkan semuanya, ray dengan cepat langsung berdiri.

"oh, ya! Makasih ya bu anti. Guys aku deluan, ya. Soalnya sudah telat, nih, buat latihan."

"gorengannya ambil aja! SEMANGAT BUAT TANDING!!" lanjutnya dengan teriak sambil lari secepat kilat.

kini ray telah lari berlomba-lomba dengan waktu yang mununjukkan pukul 08.47 AM menuju lapangan basket. ray sudah menyiapkan mental kalau saja dia bakal dimarahi karna telat.

"untung saja tadi ada bu anti," gumam ray yang masih berlari.

"Ray!" Teriak seseorang dari belakang.

ray menoleh ke belakang tepat sumber suara muncul yang ternyata itu Alrafaeyza andrew—kakak kelas dua tingkat di atas ray, dia sekelas dengan keisha.

"untunglah bukan hanya aku yang terlambat." ray menghembuskan napas lega.

"Ada pembunuhan depan gerbang sekolah."

"Jangan bercanda deh, kak, masih pagi loh," ucap ray sambil menepuk-nepuk punggung andrew.

ray yang teringat ucapan pak igun tadi. "Oh, ya! kita harus cepat ke lapangan pasti yang lain dah nunggu."

ray berlari disusul oleh andrew di belakang.

"di depan gerbang bener-bener kacau. ga mungkin aku salah liat." batin andrew.

***

ray dan andrew tak percaya apa yang mereka lihat sekarang.

Lapangan sepi, tidak ada seorang pun di lapangan. Bola saja masih tersusun rapih. Tidak ada tanda-tanda orang yang baru saja ke sini.

"Kok sepi kak? Apa ga jadi latihannya?"

ponsel ray berdering nyaring bertanda ada yang menelpon. cepat-cepat ray mengambil ponselnya di tas, menampilkan nama kontak 'keyshetan.' di layar ponselnya. cepat cepat ray menggeser ikon hijau.

"Halo, sha. Kenapa? kau mau aku, bantu bersihkan toilet?"

"Bu-bukan gitu, di sini lagi rusuh ada keributan besar. Aku sekarang di dalam toilet, tadi ada orang yang gedor-gedor pintu toilet," ucap keisha terbata-bata. "cepat ke sini!"

setelah itu telpon terputus.

ray menatap andrew. dari tatapannya berkata Apa beneran ada pembunuhan?

"keisha nyuruh ke toilet. ayo, kak."

_____________________________

🍂🍂🍂

Bongkar-bongkar rahasia, yuk!

Ray hampir pernah dikeluarkan dari kelas karna banyak mengobrol dan tertawa. Tapi dia malah minta keringanan. "ray jangan di keluarkan, bu. Lakban aja mulut ray," pinta ray.

Tawaran itu disetujui dan sesuai permintaannya mulutnya dilakban, tapi itu tidak menghalangi ray buat mengajak teman sebangkunya mengobrol, kini mengakalinya lewat surat. dia receh banget dan gampang bergaul. Namanya juga enfp.

id card nya ray nihh:

id card nya ray nihh:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang TersisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang