Siapa yang peduli rima
Aku hanya ingin bercerita
Siapa yang peduli aturan
Layaknya lakon mengikuti alur peranAku ingin teriak
Tenggorokanku sesak
Terikat
Tidak ada yang dapat mendengarKemari, aku ajak kau berbohong
Kemari, ikuti langkah kakiku
Lari
Kita harus lariHingga...
Aku melihat pohon besar, daunnya lebat
Tapi aku masih dapat lihat dahan dan rantingnya yang mencuat
Tua, sendirian, ia dapat tumbang kapan sajaNapasku masih terengah
Udara terasa tipis
Aku menghampiri pohon tersebut
Terlihat indah kala siratan sinar senja menyentuh lembut permukaannyaAku berbaring di bawah pohon tersebut
Ia menyapaku hangat
Seakan ia merindukanku
Seakan ia menungguku pulangPerlahan aku pejamkan netraku
Harap-harap aku dapat bermimpi tentang sesutu yang sedikit fiksi
Neverland misalnya
Jika tidak dapat, wonderland juga tak apaAku rasa aku dibangunkan oleh burung terkukur
Sayangnya aku tak memimpikan apapun
Tidak ada neverland
Tidak ada wonderlandHingga...
Yang aku sadari aku, diriku, sudah berada di tanah utopisku
Jauh dari rumah, tidak ada yang mengenalku
Bahkan aku tidak yakin ada manusia selain dirikuAku mencoba berteriak
Aku mengeluarkan semua yang tertahan
Tak apa bila esok ternyata sudah tak punya lagi suara
Setidaknya aku sudah berteriak sepuaskuSangat kencang
Aku berteriak sangat kencang
Kemudian aku menari
Aku bernyanyiIni yang aku inginkan, tanpa aturan
Aku bebas bernyanyi, aku bebas menari
Tak apa jika aku sendirian
Memang dari awal aku menyukai sepi dan sunyi.