Third Burn

85 9 0
                                    

.
.

Pagi hari...

Burung berkicau nyaring, angin pagi berembus lembut, pantulan surya yang merambat melalui celah gorden membangunkan sosok bersurai pirang dari tidurnya.

Bulu mata pirangnya mengerjap, ada sedikit tarikan dan hembusan nafas sebelum ia menguap kecil.

Hari baru dan Tsukishima Kei memulainya dengan sedikit, ganjil?

Kenapa?

Memori akan semalam sedikit kabur, ada realita yang bercampur dengan bunga tidur. Kei mengernyitkan kening saat dirasanya sesuatu yang salah terbersit di kepalanya. Walau hanya sepersekian detik, setelahnya ia hanya menggeleng.

Ia kemudian meraih smartphonenya, untuk mendapati benda itu dalam keadaan mati.

'Oh lupa dicharge kah?'

Menoleh ke arah jam dinding kamarnya sesaat setelah mengisi daya handphonenya tadi.

06:08 AM

Oke saatnya mandi..

Beberapa menit setelahnya, lelaki jangkung itu telah selesai berpakaian. Mengepak buku dan tas sekolahnya hari ini, ia mengalihkan perhatian ke arah handphone yang tadi dicharge olehnya.

97%

Ia mengernyit lagi. Baru sekitar 30 menit.

"Masih banyak kok..."

Jadi ia dengan cepat menghidupkan handphonenya. Masih clueless dengan kejadian tadi malam. Entah apa.

Yang ia tahu, semalam ia bermimpi buruk. Buruk sekali. Mimpi yang Kei takut kalau jadi kenyataan. Saat dirinya bertengkar dengan sahabat sedari kecilnya, Tadashi.

Yang sudah-sudah, Kei pernah marahan dengan Tadashi. Sebenarnya sering, namun hanya sekedar Kei yang sisi introvertnya kadang bikin dia malas ketemu orang (termasuk sahabatnya) atau si Tadashi yang juga kadang suka sedikit menjauh. Entah karena merajuk sama Kei (inisih sering maklum kang salty) atau karena sahabatnya itu lagi banyak masalah.

Dan yang paling bikin Kei menderita itu kalau Tadashi lagi menjauh. Itu anak bakalan ga mau dekat-dekat sama Kei, jaga jarak dan kadang Kei ditinggal sendirian sambil bengong (karena gak punya teman lain). Akhirnya Kei cuman bisa pundung, sampai si Tadashi balik malu-malu sambil minta maaf (duluan).

'Jadi amit-amit jabang bayik kalau Tadashi marah.. '

Kei bisik-bisik dalam hati.

Handphonenya hidup.

Ekspetasi Kei adalah belasan pesan dan beberapa panggilan tak terjawab dari Tadashi pagi itu, karena Tadashi paling gak suka kalau si Kei ga bisa di hubungi. Apalagi tiap pagi mereka bakal jalan bareng ke sekolah, jadi Tadashi selalu ngechat Kei duluan sebelum berangkat sekolah barengan.

5 menit.

Zonk, sunyi, diam, tak ada notifikasi apapun.

Aneh, Kei kembali mengernyit untuk yang kesekian kali.

"Silent? Engga kok..."

Oke, sekarang Kei sedikit gugup. Masa sih mimpinya semalam itu nyata?

Sembari menuruni tangga dari kamar dan menuju dapur untuk sarapan, Kei masih sibuk dengan handphonenya. Bahkan ia masih menatap lekat layar gawainya itu saat suapan pertama steak hamburg memasuki mulutnya.

Perasaan Kei semalam tidur nyenyak kok. Hanya beberapa mimpi aneh dan pagi ini dia bangun normal kaya biasa. Segar bugar tanpa kendala, tanpa beban. Kei yakin kok yang semalam cuma mimpi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SALT-IES | Tsukishima & YamaguchiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang