"Aku pergi duluan, kalian jangan sampai telat masuk kantor. Selama kakek sakit, jangan membuat ulah di mana pun"
"Megumi, kau yakin masiih ingin lanjut menjadi dosen?"
"Tidak juga, aku hanya mengambil pekerjaan ini selama Inumaki-senpai sakit. Kalau dia sudah sehat, aku akan berhenti"
Yuuji terlihat khawatir setelah apa yg mereka ketahui kemarin. Mulai dari kehamilan Megumi sampai fakta-fakta di baliknya. Kini keselamatan Megumi jadi terancam jika seandainya ada seseorang yg tau kalau dia hamil.
Tapi bukan itu saja yang menjadi masalah, keselamatan Megumi juga terancam karena tubuh laki-laki tidak dirancang untuk melahirkan. Sukuna dan Megumi hampir saling bermusuhan karena Sukuna meminta Megumi untuk menggugurkan kandungannya. Sementara Megumi tetap kokoh untuk mempertahankan bayi mereka.
"Woy kok lama banget?" Ucap Sukuna yg melihat Megumi masih dipeluk Yuuji.
Walau pun Sukuna harus membantu Yuuji di kantor untuk menggantikan kakeknya, dia terlihat masih santai dan bersikukuh untuk mengantar Megumi ke kampus.
"Aku berangkat dulu"
Di sepanjang jalan Megumi dan Sukuna tidak saling bicara, sepertinya mereka masih memikirkan perdebatan mereka. Jarak antara rumah dan kampus Megumi cukup jauh, 30 menit jika menggunakan mobil di jalan yg lancar.
"Megumi," Sukuna memulai pembicaraan, "Maaf soal yg semalam. Aku bukannya ingin anak itu mati, tapi aku ingin kau selamat".
Megumi hanya berdeham, tampaknya dia masih tidak mau berbicara dengan Sukuna. Sebenarnya Megumi juga tau bahaya macam apa yang akan dia hadapi dengan bayi ini. Dia sedang memikirkan caranya sendiri untuk menjaga diri dan bayinya.
Tak terasa, mobil sudah masuk ke halaman belakang kampus. Sebelum Megumi membuka pintu, Sukuna menggenggam tangannya.
"Megumi, jika seandainya ada sesuatu yang membuatmu merasa tidak nyaman atau mungin keadaan yg membuatmu mereasa dalam bahaya, kau harus segera menghubungi kami".
Megumi menarik tangannya, "aku tau".
Sukuna terdiam saat Megumi keluar dari mobil. Pikirannya kalut. Dia adalah orang yg selalu bertindak seenaknya tanpa memikirkan perkataan orang lain. Kehidupan manusia pun dia anggap remeh dan tidak segan untuk menghilangkan kehidupan itu.
"Dewa... Aku tau aku pernah bilang tidak mempercayai-Mu, tapi kali ini aku akan berdoa dengan sepenuh hati agar Kau memberikan perlindungan pada orang yang aku cintai."
*****
Suara berbisik dari para mahasiswa yang duduk di kelas tetap terdengar walaupun dosen mereka sedang menjelaskan materi. Itu hal yang biasa bagi Megumi, sudah satu bulan dia mengajar menggantikan seniornya yang merupakan dosen tetap di sana.
'apa senior selalu tidak dihormati seperti ini oleh para muridnya? Ini tidak ada bedanya dengan berbicara dengan batu.'
Megumi hanya bisa mendengus kesal dan tetap melanjutkan pelajaran yang dia bawa. Dia bisa saja mengomel dan menyuruh mahasiswa yang ada di sini untuk menyimak pelajaran, tapi tidak. Menurut Megumi, ilmu hanya pantas didapatkan oleh mereka yang benar-benar menginginkannya.
Tak terasa dua jam telah berlalu dan sekarang saatnya istirahat makan siang untuk Megumi. Dia duduk di kantin kampus dengan satu set makanan dan minuman sehat yang disediakan oleh kampus untuk para pengajar disana.
Sambil menyesap susu putih miliknya, Megumi terus memikirkan perkataan Sukuna tadi malam.
*****
Suara gebrakan meja memenuhi ruang tamu. Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun saat itu.
"Gugurkan kandungan itu, Megumi."
Sorot mata yang tajam itu terarah pada perut Megumi."Tunggu, Sukuna. Aku tau kau khawatir tapi menggugurkan bayi ini bukan jalan keluarnya," Yuuji menggenggam kedua lengan Megumi dan menjauhkannya dari Sukuna yang murka.
Ya, kata murka tidak berlebihan untuknya. Sukuna adalah tipe orang yang akan melibas apapun yang telah membuatnya kesal. Entah itu benda mati, hewan, ataupun manusia. Jika dia sudah menetapkan targetnya, maka yg menghalangi pun akan mati.
"KAU TULI, YUUJI?! Makhluk kecil itu akan membunuh Megumi jika dia lahir!"
"Tuan Jin tidak bilang aku akan mati!" Kali ini Megumi angkat bicara, "itu hanya akan menjadi salah satu efek samping. Hanya efek samping," Megumi menutup matanya dan mengelus perutnya seakan dia tengah berdoa untuk keselamatan dirinya dan bayi ini.
"Kau gila, Megumi. Kau dengarkan perkataan orang ini," Sukuna menunjuk ayahnya dengan kesal, "tubuh pria tidak dirancang untuk menahan rasa sakit melahirkan. Itu hanyalah makhluk kecil yang tidak berharga! Dia hanya parasit."
"TUTUP MULUTMU! Kau bajingan yang paling brengsek yang aku tau!" Megumi menggertakkan giginya, "kalau aku tau kau akan bersikap begini, aku tidak akan menikahimu!"
Sukuna terdiam, dia masih marah dan kesal dengan kenyataan ini. Tapi perkataan Megumi seakan menusuk jantungnya. Manusia brengsek yang kejam seperti Sukuna juga punya hati, kau tau.
Tangan besar dan agak kasar itu memeluk Megumi dan menutup matanya.
"Ssstt, sudahlah. Kau harus tenang, Megumi. Kamu gak mau kan dedek bayinya kenapa-kenapa?" Suara dan perlakuan Yuuji selalu membuat Megumi tenang, setidaknya untuk saat ini.Megumi menurunkan tangan Yuuji dan menatapnya, saat ini matanya berkaca-kaca, "Yuuji.. aku.."
Yuuji hanya mengangguk dan tersenyum simpul, "aku tau. Kita bahas ini nanti lagi ya? Terlalu banyak informasi yang kamu ketahui dalam satu hari hanya membuat kamu pusing. Sekarang kita istirahat dan makan coklat yuk? Katanya coklat bagus untuk naikin mood," yuuji mengelus kedua lengan Megumi.
Manik turquoise milik si rambut hitam menatap lantai sebelum bibir lembut itu terbuka, "apapun yang kalian katakan, aku tidak akan pernah menggugurkan bayi ini," Megumi menatap Yuuji, "ini juga berlaku untukmu."
Sosok lembut itu hanya mengangguk paham dan memberikan senyuman lembut yang dipenuhi kehangatan, "aku paham. Kita akan cari jalan keluar paling aman agar kalian bisa selamat. Tapi aku butuh waktu."
Megumi mengangguk paham sementara Sukuna berdecak kesal. Bagaimana dengan Jin Itadori?
Dia hanya membetulkan posisi kacamatanya dan membuang muka.*****
"Haaa... Kenapa ini terjadi padaku?"
"Kau dosen baru pengganti Inumaki ya?"
Megumi tersentak saat seorang pria dengan mata yang terpejam mendekatinya. Megumi memperhatikan pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kau dosen juga?"
Orang itu terkekeh dan menjulurkan tangannya, "iya, saya dosen mata kuliah filsafat. Boleh aku tau namamu?"
Megumi menggapai tangannya, "saya Megumi Itadori, dosen ekonomi dan kau belum menyebutkan namamu"
"Ah betapa tidak sopannya aku," pria itu terkekeh lagi, "namaku... Suguru Geto"
TBC
AUTHOR NOTE:
Apa kabar kalian? Masih ada yg baca?
(Sorry aku lupa dengan cerita ini hehe)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak dengan Mereka
Fanfiction"Nah Megumi-chan, paman ingin minta tolong. Menikahlah dengan kedua anak paman" "Ya?" Kenapa jadi aku yg harus mengurus dua anjing liar ini?! Hanya karena mereka mendengarkanku, si tua- paman itu memaks- menyuruhku untuk menikah dengan anak-anaknya...