Setiap manusia pasti punya masalah. Jangankan manusia, skripsi aja harus ada rumusan masalahnya biar di acc.
~~~MBKM semester 5 kuyy
Me: We asli kayak babi kali anak atas. Dari jam tengah 12 sampe sekarang ga berhenti-henti ributnya. Macam 1000 orang yg datang. Buka pintu pun gada manisnya. Turun tangga pun ribut kali. Macam cuman mereka di kos ini. Arghhhhhhh💔💔
Ngantuk kali aku. Jam 1 ada tamu yg datang, jam 4 juga, jam 5 lagi. Suara koper lagi ribut kaliiiii
😭😭Leon: Ooo
Kirain ank stambuk atas😭
Tegur aja NaMe: Ada ortunya kek nya
Kayak 🐷🐷🐷Amalia: Oalah
Miles: Emang gitu kalo libur Na, pasti cam anjing anak atas.
Apalagi mereka tau anak bawah pada gadak, jadi kesempatan bawa temanMe: Ini keluarganya pun ada
Leon reply Miles' message
Leon: Ha iya bener jg
Gpp tegur aja sih rasakuAmalia: Kalau aku sih bunuh aja Na🙂🙂
Me: Aku lemah lembut... Ga bisa🥺🥺😂
Problematika anak kos memang tidak pernah ada habisnya. Ada saja gitu yang jadi bahan cibiran atau kegaduhan. Kalau di kos ku ya kayak gini, kami itu seperti punya 2 kubu yaitu anak bawah (kamarnya di lantai bawah) dan anak atas (di lantai atas). Memang banyak sekali perbedaan dan permasalahan antara dua kubu itu, mulai dari yang bawa cowok lah, masalah yang turun tangga ribut lah, atau bahkan masalah air, dihidupkan tapi malas mematikan, bahkan masalah sepele perkara buka pintu doang. Kalau kasus ku hari ini benar-benar bikin aku emosi kali. Pasalnya itu aku baru sampai di kos pukul tengah 9 malam dan itu pun baru bisa benar-benar istirahat pukul tengah 11. Tentunya setelah berdebat dengan Gilang yang ku paksa harus segera pulang sebelum malam-malam kali, dan berdebat dengan dia lagi kalau besok aku tidak usah di jemput karena aku ada jadwal bedah di lab. Hal itu membuat aku harus sampai di lab paling lama pukul tengah 8 jadi sangat tidak mungkin kalau Gilang tetap kekeh harus antar aku ke lab. Dan baru saja aku istirahat anak atas sudah ngajak ribut. 1000 orang yang kubilang itu memang benar adanya, asik ada aja yang datang dan ada juga yang turun tangga. Alhasil aku tidak jadi tidur. Sampai di pukul 5 aku memutuskan untuk segera bangun dari tidurku yang tidak ada nyenyak nya itu dan mulai bersiap ke kampus. Memasak nasi, mencuci piring, lalu memasak ikan ala kadarnya versi anak kos. Berkali-kali aku mencoba untuk tersenyum, kata orang dengan senyum beban kita bisa sedikit berkurang itu sebabnya aku mau mencoba cara itu. Akan ku rangkai tidur nyenyak ku nanti kalau setelah pekerjaan lab selesai, lihat saja.
Hari ini jadwal bedah kami untuk membedah penelitian anak S2 kimia. Bedahnya tidak terlalu sulit kok karena yang diambil hanya kulitnya saja yang kemudian nanti akan di kirimkan ke patologi untuk di buat preparatnya. Aku kebagian tugas mendislok tikusnya. Tidak masalah, aku sudah memiliki sedikit keberanian kalau untuk mematikan tikus tersebut. Sebagian temanku kebagian untuk sebagai juru foto, ada juga yang menuangkan formalin ke cup sampel dan ada juga yang mem-veet tikusnya agar lukanya yang sudah di tumbuhi bulu bisa di cukur habis. Kurang lebih ada 24 tikus yang ku dislok hari ini. Lumayanlah membuat tanganku sedikit terkilir akibat terlalu semangat mendislok. Oh iya, dislok sebenarnya lumayan gampang kok, kuncinya cuman satu jangan grogi. Karena kalau kita udah grogi maka tikus tersebut akan susah untuk di kontrol. Ambil kain sebagi penutup kepala tikusnya. Gunakan tangan kanan untuk memegang leher tikus yang sudah dibaluti kain dan tangan kiri memegang ekornya. Lalu tari keduanya dengan berlawanan arah. Udah selesai, gampang sekali, namun sebagain ada yang kejang-kejang karenan aku kurang kuat dislok nya. Setelahnya semuanya habis, aku merinding sepertinya aku punya jiwa-jiwa psikopat. Namun aku segera menyangkalnya, ini adalah hewan penelitian ya memang seperti itulah prosesnya dalam dunia penelitian itu apalagi sebagai hewan uji coba.
Setelah merapikan semua alat-alat bedah dan mencucinya, kami lanjut dengan tugas terakhir yaitu mengasih makan tikus. Namun saat stok pakan habis, aku kembali menghela napas lelah. Mana cuman aku lagi yang tau dimana belinya, jadi mau tidak mau aku mesti pergi lagi ke luar untuk membeli pakannya. Aku pergi dengan Siti, sekalian membawa bangkai tikus ini yang akan kami buang di tempat sampah di belakang S2 psikologi. Tidak lupa juga aku membawa ATM ku karena uang beli pakannya di transfer lewat sana.
Lagi capek-capeknya dari semalam udah kurang tidur lagi eh malah keluar panas-panasan. Tapi bukannya setiap pilihan ada pengorbanan ya kan ya, jadi harus senyum dan ikhlas dalam menjalaninya. Aku percaya, segabut-gabutnya kami yang kata teman stambuk ku yang lain karena ngambil AH, aku percaya ada hikmah yang bisa aku peroleh dari lab ini. Mungkin dengan cerita-cerita yang sudah hampir sebulan ku terima di AH ini.
Kami sampai di tempat penjualan pakan tikusnya. Tidak lupa aku juga sudah menyewa becak yang akan membawanya ke FMIPA. Total belanjaan kami adalah 720.000 ribu rupiah. Awal mula aku ikut kak Yosefin beli pakan ini aku tercengang saking waw, mahal juga makanan tikus ini. Tapi semakin ke sini aku semakin biasa saja, ya namanya juga pelet babi, ya pasti mahal harganya. Siti melanjutkan perjalanan nya menuju metro -surga belanjanya anak USU karena mirip swalayan- untuk membeli pop mie untuk makan siang kami dan aku sendiri ikut naik becak dan menunjukkan tempatnya dimana ke tukang becaknya.
Aku baru bisa istirahat itu di pukul 1 siang setelah makan siang pastinya. Ngantuk dan capeknya kayaknya sudah tidak bisa ditahan lagi sampai-sampai jumpa tikar aja aku sudah hampir terlelap sebelum suara handphone yang lagi-lagi mengganggu wacana tidurku!
"Wah anjir. Susah benar dihubungi anak ini."
"Kenapa sih Gi, orang mau istirahat juga. Ganggu aja kerja kau."
Obrolan ku dengan Gilang memang sangat jarang dari kata romantis nya. Selalu saja ada hal yang kami ributkan padahal hanya masalah sepele. Kurang tahulah ya, mungkin love language ku itu kayak physical touch atau act of service gitu bukan act of affirmation.
"Kenapa?" Tanya ku balik saat suaranya tidak kunjung ku dengar. Oh ayolah, aku sangat ngantuk sekali mau cepat-cepat istirahat rasanya.
"Kayaknya aku mau ke sana lah Na. Gak pa-pa kan?"
"Hah? Ngapain anjir. Gak usah. Aku lagi piket. Gak boleh sembarangan orang masuk."
"Hari itu juga aku ke AH gadak yang marahin. Alay kau."
"Ish Gilang gak boleh loh. Itu kan libur bukan hari kerja."
"Ish. Gilang!" Teriakku lagi saat aku tidak mendengar sahutan dari seberang. Saking kesalnya karena dia mau ke sini, aku sampai bangkit dari tidurku lalu duduk di bersandar ke dinding.
"Yah telat Na. Ini udah di parkiran."
Harus ku sebut apa mahluk macam Gilang ini. Tolong dulu, bantu aku untuk memakinya nanti.
Bersambung
Reina mau istirahat tapi ada aja yang ganggu buat bangun lagi. Hadeuh🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Notes
Teen Fiction"Halah, jomblo! Chat kok di grup! Gadak yang nge-chat ya?" Dia murni tertawa tanpa berdosa. Dimana kalau aku perhatikan matanya menyipit ketika tertawa lebar begini. Dasar! "Kenapa? Heboh kali kau!" *** "Eh dengar y...