Kerak Telor

162 12 13
                                    

"Sial." Sudah terhitung sepuluh kali Chakra mengeluh dengan kata-kata itu sambil menghela nafas panjang di hadapan para anak buah nya yang ikut bosan mendengar itu.

Pasalnya bos tampannya itu sedang memikirkan lawan mereka yang akhir-akhir ini berulah mendekati teritorial yang dijaga ketat olehnya.

"Kagak bisa gua biarin." Ia beranjak meninggalkan sofa dengan jaket di bahu kanan nya, berbekal foto dan tempat yang sering dituju oleh sang musuh Chakra bertekad mencarinya sekarang.

"Mau kami kawal bos?" Salah seorang anak buahnya mengajukan diri.

"Biarin jadi urusan gua." Pungkasnya melengos tinggalkan semua yang diam menunggu Chakra benar-benar pergi dari markas.

"Akhirnya berangkat, bos opertingkingnya nular anjir." Akhirnya suasana kembali tenang, aman dan damai.

Dengan motor sport kesayangannya, wilayah jakarta selatan telah ia capai, mulai mencari di setiap sudut jalan yang dilaluinya, namun hasilnya nihil yah, mungkin ini memang bukan hari keberuntungannya.

Suara perut mengalihkan atensinya, berniat untuk mengatasi itu Chakra memutuskan menancap gas mencari makanan kesukaan nya, kerak telor.

"Pak, saya pesen satu." Ia mendudukkan dirinya di kursi sana, bernafas lega dibawah teduhnya pohon mangga, menatap langit biru dan seseorang yang sedang memakan mangga diatasnya.

Apa? Bukankah itu orang yang selama ini ia cari?

"Alno?" Yang merasa terpanggil menengok kebawah, saling bertatapan selama lima detik, mengedipkan matanya.

"HEH BERANINYA MALING MANGGA ANE!" Betapa terkejutnya Alno sampai dibuatnya terjatuh dari atas sana, tepat dihadapan Chakra dan penjual kerak telor yang pura-pura tak mendengar, ia hanya tokoh figuran disini.

"Aduh, sakit bangsat." Ya tuhan bahasanya.

"MAU KEMANA ENTE HAH?! MANGGA ANE HABIS!" Bapak berkumis menggunakan sarung dan sabuk hijau itu benar-benar terasa ingin menghajar Alno yang masih sibuk meringis kesakitan, dan Chakra hanya diam saja melihatnya.

"TOLONGIN GUE DONG PLIS! NANTI GUE KABULIN PERMINTAAN LU SATU AJA!" Ia mendongak menatap Chakra dengan tangan memohon, nampaknya Alno tak tahu siapa dirinya, yah baiklah jika ingin bertarung kedua lawan harus seimbang bukan, ia harus suportif.

Tangan kekarnya mengangkat Alno dan menaikkannya ke atas motor, lalu memakai helm dan siap untuk pergi.

"INI KERAK TELOR JANGAN LUPA BAYAR!" Ah dirinya lupa, dengan cekat memberikan uang berwarna biru untuk sang penjual kerak telor, memberikan kreseknya pada Alno lalu pergi langsung meninggalkan mereka.

"Pegangan." Alno yang tak mendengarnya dengan jelas segera memeluknya dengan erat, membuatnya sedikit terkejut dengan tangan yang meraba perutnya dengan hangat.

Kesialan tak berhenti sampai situ, dengan cerobohnya mereka melalui sekelompok remaja lainnya yang sedang bersantai dengan jajaran motornya. Tentu saja, Chakra yang lewat dengan kecepatan tinggi itu merasa menantang hingga akhirnya dijadikan target.

"Sial bet, sial." Setelah nya ia terkejut karena sang pengemudi tiba-tiba berhenti di ujung jalan dengan geng yang bergerombol dibelakang mereka.

"Lu tunggu sini, duduk." Chakra membantu Alno untuk turun beralih duduk diatas ban dipojok sana, ia rasa dengan kaki terluka pasti tak nyaman duduk diatas motor saat situasi seperti ini.

"Mampus lu, jalan buntu kan jingan."

"Sok-sok an motor keren lu anjing."

Chakra mulai menghajar mereka dengan brutal, lagian orang saat lapar sepertinya memang berubah sangat sensitif.

SMASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang