Piknik

94 2 0
                                    

Hari Sabtu yang dinantikan telah tiba, semua anak-anak mereka telah pergi dengan urusan nya masing-masing dan Chakra baru kembali sampai asrama dengan mobil paman nya yang berdomisili disini.

Semuanya berjalan normal, Jeje dan ayahnya mengangkut barang-barang yang diperlukan ke dalam bagasi mobil sembari menunggu bunda bersiap dengan barang yang lain nya.

"Je, masukin ini ke mobil." Jergan termangu melihatnya, siapa gerangan perempuan cantik ini dengan semangka ditangan kirinya.

"Bunda?" Chakra benar-benar puas, lihatlah betapa cantiknya Alno dengan rambut panjangnya, celana jeans dan atasan kaus pendek berwarna putih miliknya yang kebesaran.

'Chakra sialan awas kau.'

"Hari ini kita bakal jadi orang tua kamu, jadi harus ada ayah bunda nya dong je iya kan Alin?."

"Yes!! ayo bun cepet masuk biar cepet berangkat! Sini Jeje bawain barangnya." Ia merampasnya dari tangan Alin memasukkan nya dalam mobil.

Tak lupa mengunci pintu mereka semua masuk dalam mobil dengan atap yang bisa terbuka membuat Jergan sesekali melihat pemandangan dari atas.

"Awas masuk angin je."

"Nggak bunn." Pokoknya Chakra putuskan akan membawa mereka mengelilingi wilayah sekitar hingga larut malam karena besok hari Minggu keduanya bisa istirahat terkecuali dirinya yang masih membina anak sulungnya.

"Ayah sekarang mau kemana??" Teriaknya dari atas.

"Candi Borobudur." Yah, Alin mulai terbiasa dengan sikap mengejutkan dari Chakra sekarang, sementara Jergan masih kegirangan disana.

Telah sampai mereka disana, rencananya hanya berkeliling dan membeli jajanan yang ada disana saja sehingga ketiganya keluar.

Alin yang disambut pedagang kacamata, Chakra ditawari gantungan kunci yang terbuat dari tanduk sapi dan si bungsu yang ingin membeli kaus I Love Jogja terinspirasi dari kakak kembarnya.

Melewati rintangan dari para penjual akhirnya mereka sampai di gerbang utama candi, dengan selesai membeli tiket mereka putuskan menaiki sesuatu yang mirip dengan golfcart.

Mendapat banyak atensi dari sekitarnya karena memiliki gen tampan dan cantik dengan Jergan yang terus mengomentari bangunan yang terlewat dan kondisi pepohonan disekitarnya.

"Main sama keluarga ya nak?" Tanya seorang lansia padanya.

"Iya pak, mumpung ada waktu luang."

"Bagus, istri cantik, anak ganteng pinter kurang apalagi coba nak." Kurang nyata pak.

"Bapak duluan ya, jaga keluargamu baik-baik." Tak lama setelah mobil berhenti lansia itu pamit dan menghilang entah kemana, segera ia menyusul Alin dan Jergan.

"Untung beli tadi." Alin memakai kacamata yang dibelinya tadi.

Panas terik tak membuat Jergan kehilangan semangat dan berkeliaran kesana kemari dengan kemeja hitamnya, melihat tulisan yang tertera di papan atau hanya sekedar di mintai tolong menjadi fotografer ibu-ibu yang memakai baju sama.

"Je, minum dulu sini pake topinya."

"Udah dipanggil bundanya ya dek? Makasih ya."

"Iya Bu, sama-samaa."

Jergan benar-benar menurut dengan orang tua palsunya, merasa bahagia sekali diajak seperti ini, kapan lagi ia berpergian dengan orang tua ke tempat wisata.

Ia membuka grup chatnya, anak-anak mengiriminya foto tentang kegiatan mereka, bahkan Hanji dan Felix izin akan pulang malam karena ingin sekali pergi ke pasar malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SMASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang