Muak

48 10 0
                                    

"Matematika ilmu yang menyenangkan sebelum negara x dan y menyenangkan~."

Ia menutup jendela aplikasi di handphone nya itu, menurutnya semua bisa dilakukan jika mempunyai niat dan semangat.

Langit dengan warna jingga menyinarinya melewati jendela kelas, pelajaran telah selesai beberapa menit yang lalu biasanya ia akan bersantai sejenak terlebih dahulu, namun janji menunggu buatnya mengakhiri istirahat sejenak nya.

"Sudah waktunya pulang." Buku-buku di atas meja nya langsung dimasukkan kedalam tas dan bergegas pulang tepat waktu, ia sudah terbiasa dengan ajaran sopan santun dan kedisiplinan.

Vandra menatap pemandangan dari jendela sepanjang perjalanan, ia menghela nafas memikirkan perkataan salah satu penjaga di perpustakaan.

"Aku tahu keluarga mu dari dulu menjunjung tinggi kedisiplinan dan kesopanan, tapi apa kau tak berfikir untuk berani beda? Maksud ku mencoba menikmati masa remaja dengan bersenang-senang, aku yakin orang tua mu menyetujuinya."

Sebenarnya benar juga, ia selalu merasakan senang nya saat belajar dari buku sampai ia lupa dengan senang nya saat bermain bersama teman-teman, ditambah sebentar lagi ia akan masuk sekolah menengah atas, ia takut tak bisa bergaul.

Ia ingin masa-masa SMA yang mengasyikan memulai pertemanan dari awal bersama teman-teman yang tak memandang fisik maupun status sosial.

Ia benar-benar akan berusaha untuk itu, jika memungkinkan.

"Ayolah bahkan pil saja setuju adik nya di-" Sang suami langsung menutup mulut sang istri yang ada di sampingnya dengan roti nya.

"Ayo kita pergi ke restaurant yang sering kita kunjungi, aku sudah lapar sekarang." Ia langsung menarik perempuan berumur akhir 30 an itu ke luar menuju mobilnya di parkiran menjauh dari kantor.

Untung saja ia sempat membungkam mulut istri kesayangannya itu sebelum semuanya terlambat, ia memijit pangkal hidung nya, dimana tempat yang enak untuk berbicara.

"Pintar sekali kamu istriku sayang, kau lupa dengan sadap suara ayah mertuamu di ruangan kantorku?" Ia mencubit pipi wanita yang menjadi orang paling spesial di hidupnya itu, anak-anak urusan belakangan.

Ah iya kenapa ia sampai lupa dengan alat sialan yang terpasang permanen di kantor suami nya itu, ingin rasanya merobohkan bangunan berlantai belasan itu dan membuat nya dengan desain yang baru.

"Tentang yang tadi, aku pasti setuju agar min kecil kita di beri sedikit kebebasan, tapi kita sekeluarga harus bekerja sama dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan."

Kaum terpelajar memang berbeda dengan kaum rebahan yang kerjaan nya baca novel online sambil menyalakn kipas angin ditambah memakai selimut.

Sang lelaki langsung melajukan mobil nya menuju rumah dan berdiskusi dengan keluarga kecilnya dan selusin asisten rumah tangga nya.

Mawar yang langsung mengirim pesan di grup chat keluarga mereka dan menyuruh semuanya pulang dengan cepat ke rumah.

Keluarga Pinus

Mawarmerah
Anak bunda yang ganteng nan savage pulang ke rumah langsung sekarang ya!

PilGans
Demi uang jajan, aku langsung pulang bun!

SavageMin
Mentang-mentang anak kuliah, minta uang jajan seenaknya

PilGans
Baru nongol udah dimarahin, ngajak berantem?

Mawarmerah
Dengerin dulu! Tiga loli mikita setara dengan 125 kalori

AjinTomat
Astaghfirullah udah cukup anak-anak aja yang bego kamu jangan ketularan sayang....

PilGans
Astaghfirullah udah cukup papah sama mamah aja yang bucin kita jangan ketularan @SavageMin ...

Jika terbebas dari pengintaian sang kakek, semua sifat asli keluarga mereka keluar tapi bukan berarti mereka mendoakan sang kakek cepat meninggal.

Tapi hanya ingin sedikit bebas dari bayang-bayang sang kakek yang sudah seperti bayang-bayang mantan.

Ketiganya sudah hampir sampai ke rumah mereka yang sekarang jaraknya hanya tiga kilometer lagi, berbeda dengan arfil yang sudah sampai parkiran kampus nya dan sudah bersiap menghidupkan motor nya.

"Kenapa pil? " Brian muncul dari belakangnya.

"Mogotogor nyaga mogok." Bahasa pertemanan yang agak sulit dimengerti menjadi cadangan bagi mereka walau kadang mereka pun tak mengerti apa yang mereka katakan.

"Gue bonceng sini."

Arfil bernafas lega, sekarang ia tak perlu repot-repot memesan taksi online melalui handphone nya yang ada di dasar tas.

"Sip." Ia langsung menaiki motor beet berwarna hitam itu.

"Jangan lupa PHD nya ya bep." Arfil dengan muka julid nya menatap Brian lewat kaca spion kiri, pantas saja anak ini baik ternyata demi sekotak PHD.

Arfil jadi memikirkan tentang cara sang adik agar bisa menikmati sedikit kebebasan tanpa khawatir restu dari kakek tua bangka itu.

"Kenapa pil?" Brian tahu teman se-PHD nya itu sedang memikirkan sesuatu yang berat, sangat terlihat dari ekspresi nya yang seperti ketindihan mbak kun.

"Gini adek gue kan mau masuk SMA, dia malah terlalu serius nge laksanain wejangan sopan santun dari si kakek, gue pengen dia sedikit bebas yan."

Cowok yang sering disebut iyan itu seketika ingat sekolah asrama yang akan dihuni adik dan teman sejenis nya, berisi teman sebayanya yang ceria, pasti akan membantu adik dari ayangnya itu.

"Gini pil gue tau, adek gue sama temen nya mau ditempatin di sekolah asram-"

"Ya nanti makin kagak bebas lah panjul!" Ucapnya sambil menoyor helm orang yang sedang mengendalikan motor nya itu.

"Untung sabar untung traktir PHD, Sekolah asrama yang ini emang kelihatan nya nyesek sama tegas, tapi kagak ada yang tau kalo dalem nya bebas, mana banyak tukang dagang lagi, pokoknya ah mantap! "

"Nama sekolahnya?"

"Nanti gue kirim file tentang asrama nya"

"MAKASIH INFO NYA YAN!"

"MAKASIH JUGA PHD NYA BEP!"

Wonpil langsung berlari ke ruang rahasia keluarga nya yang hanya bisa di akses mereka ber-empat di bawah tangga di dalam perpustakaan dan yang pasti sangat aman dari penyusup ditambah kedap suara.

"Kenapa telat? " Sang bunda bertanya dengan Vandra dan papah yang duduk di depan dan samping nya.

"Gini tadi iyan ngasih abang file ini."

"Nah punya temen tu yang berguna kaya si iyan-iyan itu, nanti papah beliin makanan buat dia."

Ingin arfil mengumbar aib teman nya itu udah dua kotak PHD di bayarin sama dia sekarang malah ditambah di jajanin papah lagi.

"Iyan, iyan yang mirip YoungK itu bukan bang? Mama jadi fans sama temen kamu itu."

Vandra tak tahu siapa 'iyan' itu tapi yang pasti ia sangat senang sekaligus takut dengan SMA Asrama yang di rekomendasi kan abang nya itu.

"Jadi inget ya, adek harus jadi diri sendiri cari temen yang banyak jangan malu-malu mumpung kamu bebas dari kakek."

"Mah papah cemburu tuh sama bang iyan." Vandra menunjuk papah nya yang sedang melamun sambil melipat tangan dan menyandarkan dirinya ke dinding.

Jujur saja, Vandra muak.

Vandra Armindo

SMASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang