Yang Tak Tercatat

9 1 0
                                    

Letaknya jauh dari pusat Ibu kota Jepang Tokyo. Masuk ke dalam prefektur Hokkaido namun jika kita coba cari tahu di peta maupun secara online maka tidak akan muncul informasi berarti selain desa kecil yang sudah tidak tercantum.

Desa dengan nama Lino, menjadi tempat paling nyaman untuk beberapa manusia hidup layaknya Nichi dan sang Kakek. Begitu pula para penduduk desa.

Dekat dengan pegunungan dan laut membuat para penduduk lebih banyak berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Walaupun terletak di desa kecil tak tercatat, wilayah mereka tetap memiliki fasilitas sekolah yang cukup memadai. 

Jika ditanya apa rutinitas Nichi selama dia hidup di sana, maka jawabannya adalah bersekolah, membantu kakeknya berkebun dan membeli okonomiyaki di kedai bibi Mai yang terletak dekat pintu masuk pasar.

"Bibi kemana semua okonomiyaki kesukaanku? kenapa kosong begini?"

Nichi dan okonomiyaki kesayangannya.

"Kau tengok saja meja di sana, semua sisa okonomiyaki dibeli olehnya"

Nichi langsung menoleh ke arah yang ditunjuk oleh bibi Mai. Sangat disayangkan sepertinya hari ini dia sedikit terlambat sehingga makanan yang sangat ia sukai dibeli pelanggan lain.

Dia mendekat ke arah belakang orang tersebut yang tak lain adalah Seiji, salah satu teman satu sekolah Nichi.

"..."

"Bibi Mai memang terbaik, untung saja kali ini Nichi telat"

Kepalang kesal karena makanan kesukaannya habis malah ditambah Seiji tanpa sadar berkata seperti itu, maka yang terjadi adalah,

"Aduh, Aduhhh telinga kuuuu"

"Enak sekali ya okonomiyakinya"

"Hehehehe Aduh duhhhh ampun Nichiii"

Nichi melepaskan telinga Seiji, Dia kembali memukul kepala Seiji dengan agak keras karena merasa kesal. Jika ditanya apa Seiji diam saja? Tentu.

Tenaga Nichi yang seorang perempuan ini sangat luar biasa. apalagi jika sedang marah atau kesal. Seiji bisa dibilang lebih lemah dibandingkan Nichi.

Saat akan melayangkan pukulan lagi pada kepala Seiji, TIba-tiba pandangan Nichi menggelap dan berakhir pingsan.

"Astaga.."

Seiji menutup mulutnya sambil mundur selangkah, tentu dia ikut terkejut.

"Maafkan kelakuannya ya Seiji, anak ini memang sedikit tidak bisa diatur"

Itu adalah suara dari Hiro, kakek Nichi. Dan juga orang yang memukul punuk Nichi sampai pingsan. Jangan khawatir, ini sering terjadi antara hubungan kakek-cucu seperti mereka. Para warga desa bahkan sudah tidak heran.

"Iya kek, aku sudah hafal Nichi seperti itu"

"Kalau begitu aku dan Nichi pergi duluan Seiji, sampai jumpa" 

Hiro menggendong cucunya itu seperti membawa karung beras sambil berlalu pergi. Dan mungkin Nichi akan terbangun 1 atau 2 hari setelahnya seperti biasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembalinya CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang