kecewa

2.9K 395 26
                                    

Suara bising dari setiap pengunjung terdengar.Saat ini haechan tengah mentraktir jeno di kedai bibi lim, sesuai janjinya saat berburu kemarin

"kapan kau akan menemuiku dengan matemu jeno?" haechan bertanya sembari memakan mienya

"kapan-kapan"

"cih,BIBI AKU MAU TAMBAH YA!"haechan memutar kedua bola matanya malas lalu mengangkat tangannya untuk meminta semangkuk mie tambah kepala bibi lim

"dasar perut karet" cibir jeno.Bagaimana tidak haechan sudah menghabiskan tiga mangkuk berukuran jumbo,sedangkan dirinya saja satu mangkuk pun belum habis

"terserahku,lagi pula ini memakai uangku"

bibi lim datang dengan semangkuk mie pesanan haechan di nampan

"terimakasih bibi,mie buatanmu selalu enak" haechan menerima mangkuk yang diberikan oleh bibi lim sambil menampilkan senyumnya

"jangan lupa untuk membayar hutang kemarin" sarkas bibi lim dengan senyumannya

"ah bibi ku kira kau melupakannya" bisiknya pada diri sendiri

"aw bibi" ringisan haechan terdengar sembari mengusap kepalanya yang baru saja di pukul oleh tangan bibi lim,tidak keras sebenarnya hanya saja haechan yang terlalu melebih lebihkannya

"kau pikir aku pikun"

sementara itu jeno yang melihat perdebatan antara bibi lim dan haechan tertawa,cukup menghibur pikirnya

"tenang bibi aku akan membayarnya" sambil menunjukkan kantong berisi uangnya

bibi lim hanya menganggukkan kepalanya lalu pamit untuk kembali karna pelanggan yang memanggilnya

"chan" panggil jeno

"adwa awapa?"

"telan dulu makananmu bodoh"

"ada apa?"

"aku ingin bertanya"

haechan mengangkat sebelah alisnya menunggu apa yang akan di katakan jeno selanjutnya

"bagaimana perasaanmu saat renjun tak ada disisimu ah maksudku-"

"kau merindukan mate mu jenooo~" haechan berucap sembari menggoda lelaki di hadapannya ini

"TIDAK"

"benarkah?kau tak perlu berteriak seperti itu kalau kau memang tak merindukannya"

"itu hanya refleks"

haechan hanya menganggukkan kepalanya seolah percaya apa yang dikatakan lelaki dihadapannya ini

"jeno kau pernah mendengar rumor tentang seorang enigma?" seketika pandangannya serius melihat ke arah jeno

"tentu,kenapa kau tiba-tiba ingin tau tentang sosoknya?" tanyanya

"aku curiga matemu seorang enigma"

"bagaimana kau bisa beranggapan seperti itu sedangkan kau sendiri belum bertemu dengannya?"

"hanya firasatku"

"haechan sosok enigma itu hanya mitos,kau harus tau itu"

"tapi aku percaya bahwa enigma itu ada jeno,kau tau tentang ramalan itu dimana saat bulan merah muncul akan ada sesosok penguasa atau mungkin yang kita sebut sebagai enigma itu akan muncul.Kau tau bulan merah itu hanya muncul 1000 tahun sekali dan beberapa bulan lagi kau berulang tahun tepat saat bulan merah itu muncul"

"kau terlalu mengarang haechan"

"hei aku tak mengarangnya,kau ingat saat mendapatkan surat ancaman yang diberikan para pemberontak itu?mereka akan menyerang tiga pack besar saat bulan merah muncul disaat yang sama dengan ulang tahunmu,kemungkinan sosok enigma ini yang akan menyelamatkan kita dari kehancuran.Lalu apa kau tak curiga dengan matemu sendiri?aku cukup merasa janggal dengan kau bertemu dengannya dihutan terlarang,lalu kau jeno sosok alpha dominan bisa tunduk dengan mudahnya dengan matemu serasa mustahil sebenarnya bagiku"

jeno terdiam mencerna ucapan haechan berikan padanya seolah yang haechan memang benar adanya.Sepertinya ia harus bertanya kepada jaemin,sejujurnya dari awal ia juga selalu penasaran dengan sosok matenya tapi saat bertanya kepada Jaemin lelaki itu selalu menjawabnya dengan perkataan yang sama 'belum saatnya kau tau' selalu seperti itu

haechan yang melihat jeno terdiam memilih melanjutkan makanannya,ia tau pasti jeno sedang memikirkan perkataannya tentang sosok matenya

makanan keduanya telah habis, mereka memilih untuk kembali
"bibi ini uangnya" haechan meletakkan beberapa lembar uang dengan koin dimeja lalu melangkah pergi dengan jeno duluan yang keluar dari kedai bibi lim

"kau akan langsung pulang?" tanya haechan kepada jeno

jeno menganggukkan kepalanya

"baiklah aku juga harus menemui renjunku"

"ekspresimu sungguh menjijikan" cibirnya sambil menutupi muka haechan dengan tangannya

"YAK JENO"

jeno tertawa melihat ekspresi haechan yang tertekan

"kau menutupi wajah tampanku sialan" bibirnya manyun dengan dahi yang mengerut

"stop berdrama haechan,ekspresimu sungguh menjijikan"

"sialan kau" haechan berjalan lebih dulu meninggalkan jeno yang masih tertawa di belakang sana

"yakk haechan tunggu aku" jeno mengejar haechan yang meninggalkannya

☀️🌙

Tak terasa matahari sudah kembali beristirahat digantikan dengan bulan yang menyala di langit hitam dengan hamparan bintang-bintang disekelilingnya

jeno berjalan menuju kandang kuda,ia akan mengajak enzi untuk ikut bersama dilihat dari jarak rumahnya menuju tempat janjinya bertemu bersama jaemin lumayan cukup jauh

jeno membuka engsel pintu kayu itu lalu membawa enzi untuk mengikutinya.Dielusnya kepala kuda berwarna putih itu,seakan merasa dimanjakan enzi menjilat pipi jeno

"ayo kita pergi sekarang enzi"
jeno kemudian menaiki kuda putih itu,mengusap kepalanya sebentar lalu menghentakkan tali yang dipegangnya untuk menjalankan kuda tersebut

jeno telah sampai di padang rumput ditempat janji pertemuannya dengan jaemin,Jeno pun turun dari kudanya lalu memapahnya untuk mengikutinya

"kau tunggu disini" jeno mengikat enzi di sebuah batang pohon yang tidak terlalu besar dengan erat agar kuda tersebut tidak dengan mudahnya melepaskan ikatannya

jeno berjalan menuju tepi bukit untuk menunggu jaemin disana.Mendudukkan dirinya sambil melihat pemandangan yang berada di bawah sana

hari sudah semakin larut tetapi tanda-tanda lelaki dengan rambut hitamnya itu belum juga menampakkan batang hidungnya.Jeno menunggu sambil tiduran dengan matanya yang melihat kearah hamparan bintang diatas sana

"sudah berapa lama aku menunggu pria itu?!" kesalnya,jeno kemudian bangkit untuk duduk

"apa ia melupakan janjinya?saking bersemangatnya aku sampai meninggalkan makan malam untuk bertemu dengannya" jeno berucap lirih,rasanya ia kecewa kepada jaemin karna ia melupakan janjinya sendiri.Jeno memilih bangkit untuk berdiri,ia akan memilih pulang karna hari sudah semakin malam

jeno berjalan menuju kudanya "maaf enzi kau pasti bosan menungguku" ucapnya sambil mengusap kepala kuda putih itu,lalu jeno membuka ikatan kudanya yang terikat dengan batang pohon

kemudian menaiki kudanya lalu pergi meninggalkan tempat janjinya bersama sosok sang mate dengan membawa rasa kecewa didalam dirinya

-----------

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧⁠*⁠。

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang