#4

168 12 0
                                    

episode empat.
[ chs - Daniel x srj - Sea ]

👠👠👠

" Gimana lo yakin kalau dia satu-satunya?"

Daniel seperti mendengar percakapannya dengan Julian terakhir kali begitu Ia membuka matanya.

Laki-laki itu tidak tahu persisnya pukul berapa Ia bangun. Langit masih nampak terlalu legam di sela-sela jendela untuk dapat dikatakan pagi, tapi sisa-sisa ingatan pada kepalanya yang berdenyut-denyut tentang kedatangannya kemari membuatnya hampir yakin bahwa saat ini sudah terlalu terlambat untuk dikatakan sebagai malam. Sedangkan tubuhnya terlampau lesu hanya untuk terduduk dan melirik jam dinding sekilas di belakang ranjang. Maka Ia memilih tetap berbaring, dengan sayup-sayup dengkuran halus milik Sea yang masih memeluk dengan tubuhnya yang telanjang di sampingnya.

Yang semalam terlalu panas. Bahkan dengan alkohol yang tercekok, Ia masih begitu sadar tentang apa yang telah mereka lakukan. Daniel ingat mereka telah melakukannya di atas meja sekali, di sofa dan berulang kali di atas ranjangnya yang empuk. Percintaan yang dilakukan seperti sedang marah, atau memang marah? Sea bahkan tak keberatan melewatkan pengaman. Daniel tahu mereka sudah gila.

Sekarang, sudah semestinya Daniel memejamkan mata, istirahat lebih banyak kemudian bangun kesiangan lalu pergi tanpa sepatah kata sebagaimana kebiasaannya jika berakhir tidur dengan perempuan setelah dari club. Harusnya ini juga akan sama⸺tapi Daniel bahkan ingat, bahwa Ia baru tidur sekitar tiga puluh menit yang lalu. Sekarang, Ia tak punya pilihan selain menatap langit-langit kamar Sea yang gelap, dan mendengar kebisingan dalam kepalanya sendiri yang seluruhnya adalah suara Julian

Bagi Daniel, segala tentang adiknya itu adalah tentang suara.

Mereka terpisah karena kedua orang tua yang bercerai. Julian ikut dengan Ibunya dan tinggal di Jakarta, sedangkan Daniel dibawa bekerja oleh Ayahnya ke Amerika saat mereka berdua masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski terpisah, hubungan mereka selalu erat. Daniel selalu menelpon adiknya itu setiap bulan, menanyakan kabar dan untuk memastikan Ia baik-baik saja.

Jarak usia mereka yang hanya satu tahun, membuat Julian lebih terasa seperti temannya, alih-alih adiknya meskipun Julian selalu memanggilnya dengan sebutan Abang. Setelah tinggal di Amerika tanpa Julian, hidupnya terasa sepi. Daniel tidak punya lagi seseorang yang akan Ia bonceng di sepedanya, tak akan ada lagi orang yang menemanninya di rumah karena ayahnya akan berangkat bekerja sangat pagi dan pulang ketika Ia sudah tidur.

Semua kebersamaan mereka selanjutnya bertahun-tahun setelah itu hanya digantikan dengan pesan dan panggilan suara. Daniel yang di Amerika setelahnya tidak pernah benar-benar hadir secara fisik ke Jakarta, apalagi setelah Ibu dan Ayahnya masing-masing sibuk dengan pasangan baru masing-masing . Daniel merasa sejak saat itu, orang tua mereka meninggalkan mereka sekali lagi. Daniel hanya punya Julian, begitupula sebaliknya.

Lewat sambungan telpon, mereka saling menghibur satu sama lain. Saat ini versi suara anak-anak dari Julian kembali menyapa dalam kepalanya seperti seorang sahabat lama;

' Abang, sepatu lama abang yang ketinggalan di Jakarta, buat adek aja ya? "

" Abang, kado dari Amerika udah nyampe. Makasih ya. Abang mau dikirimin apa dari Jakarta? "

" Bang, hari ini adek ulang tahun, nggak lupa kan?"

" Abang, kalau punya duit kata Ibu simpen aja buat abang sendiri. Duit adek ada kok. Abang sudah makan? "

" Abang, kapan abang balik ke jakarta? Adek kangen, Ibu selalu pulang larut malam." Meskipun berjauhan, hidup mereka kurang lebih sama sama-sama kesepian dan kurang cinta.

TREASURE mini series : KARMA  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang