Bonchapt.

167 17 6
                                    

Bonchap 1:

🔞
[suicidal thoughts, depression, alcohol, etc.]


👠👠👠

Sea mengerjapkan matanya. Pagi ini, langit sewarna dengan kemeja laki-laki itu di kali terakhir Sea melihatnya; berwarna abu pekat yang sedikit lagi jadi gelap⸺seperti warna-warna pada kebanyakan pakaian favoritnya, yang mungkin sekarang nampak senada dengan garis hidupnya.

Sudah lebih dari lima bulan sejak Daniel menghilang, dan selama itu pula tidak ada hari yang Ia lewati tanpa menangis, menangisi Daniel dan menangisi kemalangannya sendiri. Laki-laki itu seperti sengaja menghilangkan jejaknya, Daniel tak pernah ada lagi di mana-mana. Agensi mengaku menerima surat pengunduran dirinya sehari setelah mereka berdua bertemu di apartement, begitu pula dengan teman-temannya, dan semua orang yang mengenalnya dengan tidak sengaja bahkan di media sosial sekalipun, Daniel meng-cut off semuanya hingga tak bersisa.

Sea setiap hari mendatangi unitnya, ke cafe favoritnya, sambil mencoba mengontaknya dengan satu-satunya cara yang Ia bisa dan yang paling sia-sia; menghubungi nomor handphone Daniel yang sudah tidak aktif. Berharap dengan ajaib suara laki-laki itu akan keluar dari sana untuk membalas sapaannya. Belum lagi alamat surelnya yang tentu saja sama nihilnya.

Daniel sekarang tak lebih seperti mimpi pada tidur siang yang singkat. Dia ada kemarin, kemudian seperti terbangun dari tidur yang pulas, laki-laki itu raib entah kemana yang seolah-olah membuat apa yang Ia rasakan sebelumnya menjadi sia-sia. Sea marah, marah sekali dengan perasaan yang telah tiba pada satu titik dimana Ia tidak lagi sanggup berkata-kata dan hanya bisa berair mata.

Setiap menit, jam, kemudian hari hingga bulan, membuat kemarahan itu berwujud banyak hal. Minggu-minggu awal kemarahan itu membuatnya menghancurkan barang-barang sambil memaki, lebih jauh kemarahan itu juga sebentuk keinginan kuat yang membuatnya menyiksa diri sendiri. Rasanya saat itu, telah banyak waktu yang Ia lewati dengan hanya meneguk botol demi botol minuman beralkohol, merokok, melaparkan diri atau menegak apapun untuk mencoba mengganggu kehamilannya. Kemarahan juga membuatnya sering menangis tanpa suara sambil menatap kosong ke arah jendela apartemennya yang gelap dengan linangan air mata, sambil mengira-ngira bagaimana rasanya jika Ia melemparkan dirinya ke sana saat itu juga, mungkin Ia tak perlu lagi menanggung semuanya seperti ini. Kemarahan juga berbentuk kesulitan tidur, yang membuat tubuhnya kurus dan nampak begitu menyedihkan.

Kadang-kadang, Sea jadi enggan memandangi dirinya di cermin. Ia takut dengan pantulannya sendiri, takut akan kenyataan yang baru saja terjadi di hidupnya; wanita kurus tidak terawat, nampak sedih dan merana dengan perut buncit yang balas memandanginya setiap kali Ia mengerling ke sana membuatnya seperti mengalami mimpi yang paling buruk. Sea ingin buru-buru terbangun, jika memang bisa.

Ia rindu hidupnya yang lama. Rindu akan kebebasannya.

Karena sungguh sekarang rasanya terlalu berat. Untuk karir yang Ia bangun dengan bersungguh-sungguh sejak kecil, keadaan ini terlampau buruk. Ia terpaksa meng-cancel semua project dengan alasan yang dibuat-buat. Dan tentu saja semua orang menyadarinya. Mereka semua mencemooh lalu menjauh. Membuat Sea kehilangan apapun yang semula dimilikinya. Ia hanya punya Chloe, sahabatnya yang sibuk namun masih sempat mengurusnya dengan baik, karena sebenarnya keluarga Sea juga tidak lagi utuh. Orang tuanya bercerai dan entah tinggal di mana sekarang. Sea kesepian. Ia semakin lama semakin hancur. Memangnya apalagi yang lebih berat daripada menghadapi kemelut ini sendirian?

Rasanya lebih baik Ia pergi. Kemanapun, asal menghilang begitu saja, asal Ia lenyap dari semua orang. Chloe pernah mendengarnya bicara begini suatu kali yang langsung membuat temannya itu tersedu. ' Kenapa ngomongnya gitu sih? Lo mau kemana memangnya? ' yang segera di balas Sea tanpa ragu, 'gue kepengin mati, Clo. ' Begitulah Sea beberapa bulan sebelumnya.

TREASURE mini series : KARMA  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang