7» Cute Doll From a Cute Person

3K 443 307
                                    

Memang sialan Louisa itu. Jennie menghubunginya bukan tanpa alasan. Ia hanya ingin meminta tolong untuk di jemput karna tak enak jika terus-terusan merepotkan Victor. Tapi Louisa dengan segala prasangka buruknya malah berpikir bahwa orang yang mengiriminya pesan bukanlah Jennie yang ia kenal. Melainkan seseorang penjahat yang suka meretas akun orang.

Setelah Louisa memblokirnya, Jennie pun mengadu kepada Victor. Ia juga menyodorkan ponsel Victor dengan raut wajah yang cemberut.

"Ma'af karna sudah membuatmu di blokir. Dua menit lagi pasti dia buka."

"Dia pasti histeris sekali saat mendapatkan notifikasi dari akunmu. Dia bahkan mengirimkan banyak emoji hati yang membuatku sakit mata. Aku kira dia hanya tergila-gila pada Jevano. Tapi ternyata, padamu juga? Aku baru mengirimkannya dua pesan, tapi balasannya sudah enam saja. Saat aku mengaku bahwa aku Jennie, dia justru mengira aku peretas. Bahkan yang lebih gila, dia menuduhku pencuri. Memangnya apa ada pencuri yang punya helikopter? Dia tidak percaya bahwa ponselmu ada padaku. Dia juga tidak percaya bahwa aku berada di rumahmu. Apa kenyataan ini terlalu mustahil untuk dipercayai oleh Louisa? Sungguh dia manusia yang tak bisa di mintai pertolongan."

Sepanjang Jennie bercerita, Victor hanya menopang dagu sambil terus memandanginya. Aksen british Jennie yang kental juga candu untuk didengar. Belum lagi ekspresi wajahnya yang berubah-ubah membuat Victor tersenyum. Gadis itu tampak kesal namun terkesan lucu.

"Jangan terlalu dipikirkan. Memangnya kenapa jika dia tidak menjemputmu? Bukankah disini ada aku yang bersedia mengantarmu?"

"Tapi aku tak ingin membebani mu, Victor."

"Jennifer, kau mendedikasikan waktu delapan tahun untuk mengikuti kemana aku pergi. Masa untuk mengantarmu sekali saja aku merasa terbebani?"

Tanpa menunggu jawaban Jennie, Victor pun membereskan piringnya yang sudah kosong dan mencucinya di dekat wastafel. "Antar kesini jika sudah selesai."

Jennie pun mengiyakan dan langsung bergegas mengantarkan piringnya. Kini mereka sudah berdiri berdampingan. Perbedaan tinggi mereka yang cukup kentara membuat Jennie jadi terlihat sangat mini saat berdampingan dengan Victor.

Untuk sesaat mereka benar-benar tidak terlihat seperti seorang fans dengan idolanya.

"Tinggalkan saja. Biar aku yang bereskan. Kau bisa mandi sekarang. Baju untukmu ada di dalam lemari Rhazelle. Kamarnya ada di samping kanan kamarmu. Nanti pilihlah baju yang labelnya belum di copot."

"Hm... aku tak pernah memakai baju orang lain. Aku juga merasa tak enak jika harus mengambil barang-barang kekasihmu, apalagi tanpa seizinnya. Lebih baik aku menggunakan dress yang semalam aku kenakan saja."

Mendengar pernyataan Jennie membuat Victor berbalik menatapnya. "Are you sure? Dress mu agak sedikit kotor. Saat di club sepertinya kau menumpahkan sesuatu. Aku yakin kau tak akan nyaman memakainya. Apalagi bau alkoholnya cukup menyengat dari dress mu."

Jennie menghela napas. "Lalu bagaimana ini?"

"Kau sungguh tak ingin memakai baju Rhazelle?"

"Tidak. Aku tak enak."

"Baiklah, aku mengerti. Kau mandi saja dulu. Nanti pakaianmu akan aku siapkan."

Jennie mengangguk paham. "Ma'af karna terlalu banyak merepotkan mu, Victor."

"It's okay. Anggap saja perlakuanku hari ini sebagai bentuk pesangon karna kau akan pensiun dari pekerjaanmu."

Setelah obrolan mereka itu, Jennie pun pergi membersihkan dirinya. Sementara Victor pergi menyiapkan baju untuk Jennie. Cukup lama ia berdiri memilih baju yang mana yang paling cocok. Dan setelah dapat, ia pun segera meletakkan nya di sebuah ranjang.

THE ROCKSTAR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang