Jika ada orang yang paling beruntung, mungkin orang itu adalah Jennie. Sebab berada di satu mobil yang sama dengan Victor merupakan hal yang mustahil untuk dilakukan oleh penggemar lain. Harusnya kebersamaan mereka ini mampu menjadi momen yang paling membahagiakan di dalam hidupnya. Namun setelah Victor perhatikan lagi, Jennie tampak tidak bahagia sama sekali.
Gadis itu terlihat lesu. Tidak ada yang ia lakukan selain terdiam memandangi sepinya jalan raya. Beberapa kali Victor juga tampak mencuri pandang. Ia ingin mengajaknya mengobrol tapi sepertinya mood Jennie sedang tidak baik. Pikirannya kacau.
Mencoba mencari ide, Victor pun mengaktifkan mode convertible hingga membuat atap mobil Lamborghini nya terbuka. Kemudian lagu Loreen yang berjudul Tattoo pun berputar dengan volume yang cukup tinggi.
"Jangan ditahan. Tidak apa-apa jika ingin menangis. Aku tidak akan mendengar mu." ujarnya penuh pengertian.
Dan benar saja, seketika tangisan Jennie pecah. Ia menangis bukan karna hubungannya berakhir dengan Liam, melainkan karna ia merasa tertampar dengan perkataan mantannya itu. Ia merasa bahwa titik dari masalahnya adalah dirinya. Jika saja ia menjalani kehidupan selayaknya wanita kebanyakan, mungkin hidupnya akan lebih baik dari ini.
"Kau menyesal?" tanya Victor sembari mengulurkan beberapa helai tisu.
"Menyesal karna apa?"
"Karna lebih mencintaiku dibanding mencintai si Liam itu."
Jennie menyeka air matanya. Kemudian ia melirik Victor sejenak. "Mencintaimu itu keputusanku. Aku tidak akan menyesal dengan keputusan yang sudah ku ambil."
"Tapi hubunganmu rusak karna aku." tekan Victor serius.
"Tidak. Kenapa kau jadi menyalahkan dirimu? Hubungan kami rusak karna pengikatnya saja yang tidak kuat. Pengikat yang lemah seperti itu memang tak bisa dipertahankan. Sekarang aku lega bisa terlepas darinya. Dan ya, aku ingin berterima kasih kepadamu karna sudah memukulnya mewakili ku."
Victor tersenyum. "Tak masalah. Aku bisa memukulnya lagi jika dia menyakitimu."
Menggigit bibirnya sejenak, Victor pun mengutarakan sesuatu dengan ragu-ragu. "Tahu tidak? Kau dan helikopter mu sama-sama keren. Aku bahkan tidak pernah terpikirkan melihatmu datang seperti itu. Hanya kau yang bisa menghancurkan sesuatu tanpa menyentuh apapun. Bahkan untuk sesaat, aku sampai tak bisa mengenalimu."
"Kita sangat sering bertemu, tapi kau tak bisa mengenaliku?" tanya Jennie. Nada bicaranya terdengar seperti tidak terima.
Victor terkekeh. "Itu karna Jennie yang sering aku temui sangat berbeda dengan Jennie yang duduk di sampingku ini. Apa sangat jujur bila aku mengatakan bahwa aku pangling ketika melihatmu?"
Jennie tertegun. Ia tersipu malu. "Kau berkata seperti itu hanya untuk menghiburku."
"Tidak. Kau cantik. Aku hanya sedang mengakui itu." jawab Victor sungguh-sungguh.
"Baiklah, terima kasih atas pujianmu."
Victor mengangguk lucu. "Tadi kenapa tak membantah saat dia menyebutmu pengangguran? Kau tak menganggur, bukan? Selama ini kau menghasilkan banyak uang dari setiap pameran foto yang kau lakukan. Bahkan uang yang kau dapat mungkin melebihi gajinya satu bulan."
"Dia tidak akan mengakui pekerjaan seperti itu. Baginya, aku hanya membuang-buang waktu. Lalu soal uang dari pameran fotomu, sebenarnya aku tidak dapat banyak."
"Kenapa tidak banyak?"
"Karna 70% dari penghasilannya, aku kirimkan ke lembaga amal di Palestina."
Sontak saja mata Victor melotot. "Seriously?" ia pun menepikan mobilnya. "Foto aku sekarang! Foto aku!" ucapnya sambil berpose.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ROCKSTAR ✓
Fanfic"Rockstar" -(n) a famous and successful singer or performer of rock music. Bintang rock yang menjadi kebanggaan negara Inggris itu bernama Nathaniel Victory. Dia dikenal dunia sejak menjadi vokalis dari band The Rowdier. Memiliki popularitas yang lu...