16» Your Lips ft. My Neck

3.3K 452 262
                                    

Padahal, Jennie itu wanita kuat. Tapi kalau Victor sudah memanggilnya "Sayang", entah kemana kekuatan Jennie menghilang. Secara tiba-tiba saja dia melemah. Ia langsung terbuai ketika melihat Victor menatapnya dengan tatapan penuh harap seolah ia tidak akan bisa tidur jika tidak bersama Jennie.

"Seharusnya kau mengambil jarak dariku. Aku masih belum sehat. Apa kau tak takut jika kau tertular?"

"Jika untuk dekat denganmu aku harus sakit dulu, maka tak masalah bila aku tertular. Bukankah kau tahu bahwa obat diciptakan bukan untuk dipajang? Flu yang kau derita tak akan membuatku berhenti bernafas."

Tangannya masih berada dipinggang Jennie. Kepalanya sedikit terangkat, dan bibirnya tampak melengkung senyum manis. Kemudian dengan nada yang lembut Victor kembali menambahkan. "Kita sekamar ya, Minnion ku? Masa kita tidur sendiri-sendiri di masa-masa romantis ini?"

"Masa-masa romantis?"

"Hm,"

"Kita sekamar?"

"Ya."

"Ayo masuk," ucap Jennie sembari menggandeng tangannya memasuki sebuah kamar.

"Heh!" tiba-tiba Louisa berteriak. "Jangan aneh-aneh, ya? Kamar kalian tidak kedap suara!" ucapnya ketika melihat Victor dan Jennie masuk ke dalam kamar yang sama.

"Mau kedap suara atau tidak, itu bukan sebuah masalah."

Victor pun menutup pintu kamarnya. "Jika bukan sebuah masalah, haruskah kita berbuat aneh-aneh?"

Jennie langsung menegur dengan nada yang lemah. "Victor..."

"Bercanda, sayang... Aku masih ingat dengan janjiku." ucapnya sambil berjalan mendahului wanita itu.

Meskipun hanya memperhatikan nya sekilas, tapi Victor menyadari bahwa kamar Jennie sangat luas. Benda-benda mahal juga terlihat dimana-mana. Sebenarnya ia ingin mengamati lebih detail, namun pikirannya langsung buyar ketika merasakan empuk dan wanginya kasur Jennie.

Dengan posisi tengkurap Victor bergumam.
"Jane,"

"Hm?"

"Aku bisa mencium wangi tubuhmu di atas sprei ini."

Jennie menyeringai. "Benarkah?" ucapnya seraya naik ke atas punggung Victor. Ia menindihnya. Victor pun jadi merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh permukaan kulitnya.

"Ya. Jika aku boleh meminta, setiap pagi aku ingin merasakan wangi yang sama yang bisa aku hirup di sprei ku. Apakah bisa?"

"Bisa saja." jawab wanita cantik itu. Ia pun tampak meletakkan dagunya diatas pundak Victor. Kemudian dengan suara yang pelan ia berbisik. "Tapi untuk mewujudkan itu, aku harus sering berada diatas tempat tidurmu. Apakah boleh?"

Victor tertawa kecil. Kemudian ia memutar tubuhnya hingga wanita itu berpindah ke samping. Karna tak ingin membuat jarak, Victor langsung bergegas untuk memeluknya. Di mainkannya rambut Jennie, lalu ia berkata dengan suara yang berat. "Di saat kau kubebaskan berada di atas milikku, mengapa kau masih butuh izin untuk berada diatas tempat tidurku?"

"Ish!" Jennie langsung menekan pipi Victor menggunakan jari telunjuknya. "Pervert. Ku perhatikan, kau sering mengatakan hal-hal mesum akhir-akhir ini. Kenapa?"

"Kenapa malah bertanya padaku? Bukankah kau yang membuatku seperti itu?"

Jennie mengelak. "Kenapa aku? Aku hanya diam."

"Ya, diam-diam mengambil alih isi pikiranku."

"Kenapa kesannya aku jahat sekali?"

"Ya, kau memang jahat. Atas dasar apa kau menjarah hati seseorang?"

THE ROCKSTAR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang