AYODHYĀ ; 02

168 26 2
                                    

AYODHYĀ ; 02

mahakarya agung adalah rasa yang dicipta tanpa arah, tanpa alasan, dan tanpa tujuan- rasa yang dibiarkan menjadi-jadi, tak di batasi ataupun tak dikurangi.

∘₊✧──────✧₊∘

  Apa perjalanan terbaik menurut mu?, sebagian dari mereka perjalanan yang terbaik adalah kemana saja asal dengan yang terkasih, iya bahagia nya sempurna.

  "Kalau beli Kanvas yang ini, cukup muat ga ya di motor nanti, kata teh dey gimana?" tanya Azwin, mereka berdua berdiri di depan sebuah Kanvas besar nan megah, tangan Dea penuh dengan rupa-rupa warna dari cat akrilik kepunyaan Azwin.

  "Bisa, tapi nanti Azwin yang pegang yah" kata Dea, Azwin mengaguk senang ia pun langsung memeluk Dea dan berkata "biasanya kalau sama Kawa, semuanya dibilang gabisa. Makanya aku lebih suka jalan sama Teh Dea, lebih enak!" katanya.

  Dea pun tersenyum simpul, merasakan getaran yang cukup hebat jauh di dalam sana, dan dari sana juga terdengar suara gemuruh untuk meminya waktu berhenti barang sedetik, karna bersama orang terkasih bukanya waktu berjalan lebih cepat?.

  Dea dan Azwin berjalan beriringan menuju kasih, Azwin sudah siap-siap mengeluarkan dompet nya tapi tiba-tiba dicegah "kemarin teh dea baru dapat bonus, jadi teh dea mau traktir Azwin, boleh?"

  Wajah Azwin seketika langsung berbinar, sempat ragu dan ia memutuskan untuk bertanya "beneran gapapa teh?" Katanya.

  Dea pun mengaguk penuh, ia pun membawa belanjaan Azwin di tangan nya, juga Kanvas yang cukup besar itu juga diletakan Azwin di kasir.

   "totalnya jadi 375.000 kak" kata mba kasir, Dea pun mengaguk dan memberikan empat lembar seratus ribu, lantas setelah keseluruhannya dibungkus Azwin pun tersenyum cerah lantas menggandeng tangan Dea. "Thanks for today! makasih traktiran nya buat kenyang banget!" katanya.

  Dea pun mengaguk lantas berucap "Sama-sama Azwin, lukis karya yang banyak ya! nanti di tunggu pameran di museum nya"

   "Mimpinya kejauhan, Azwin gamau punya ekspetasi setinggi itu teh" katanya.

  "Mimpi gratis kok Win, selagi bisa dan selagi numpuk kamu bayangin aja setiap malam, siapa tau diantara ribuan yang ada di sekeliling kamu, salah satu dari mereka ada yang mengaminkan doanya" sepanjang perjalanan keluar toko, Azwin terdiam berjalan berdampingan dengan Dea, sejujurnya Azwin banyak kagum nya dengan Dea sedari ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, menjadi adik kelas Dea dan keduanya dekat karna eskul teater membuat tiap di dekat Dea, Azwin selalu merasa rendah— sebab Dea terlalu sempurna, Azwin merasa kalah sejenak.

  Dea adalah definisi role model, siapapun pasti kagum dengan Dea— bahkan Azwin tahu sejak sekolah menengah atas, banyak surat yang disiapkan di loker Dea untuk sebatas mengungkapkan rasa, atau sebatang coklat yang nantinya Dea bagikan kepada teman-temannya ; Nagara, Kawa dan Gyantri.

  Tapi anehnya soal asmara, Dea tidak pernah memperlihatkan rasa jatuh cintanya, padahal Azwin sudah sangat dekat dengan Dea— walaupun jika boleh jujur ia mendekati Dea, karna ia jatuh hati dan nggan untuk berpaling hati dari temen nya Dea, yaitu Kawa.

   Azwin sudah melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hati sang arjuna yang dipuja nya— Kawa. Ia bahkan sudah mengungkapkan rasanya dari mulai yang diam-diam sampai yang terang-terangan seperti sekarang, namun seribu sayang. Ia tidak pernah mendapatkan hati Kawa, walaupun lima tahun berlalu sudah.

  Ketika ia terlalu lelah mengejar Kawa, maka dalam beberapa minggu ia terus bersama Dea, untuk mengobati rasa sakit dan juga patah hatinya.

   Seperti sekarang, Kawa yang kemarin meninggalkannya di halte ketika hujan melanda— bahkan ia selalu membenci ketika hujan datang, Kawa selalu pergi tanpa permisi membiarkan hatinya yang baru tertata rapih di acak-acak kembali.

   Dan saat hujan tiba, Kawa menghilang dalam waktu yang lama, kemudian hari Azwin harus susah-susah mencari Kawa, Azwin benci hujan.

   Merasa atmosfer hening, saat sudah tiba di depan motor Dea, Azwin mengeluarkan suaranya "Teh Dea, kalau doa tentang Kawa, akan jadi kenyataan tidak ya? padahal setiap malam mimpi, doa, dan harapan Azwin cuman tertuju untuk Kawa, masa dari lima tahun, ngga ada satupun malaikat yang mengaminkan dan menyampaikan nya pada tuhan sih?"

  Seketika Dea pun terdiam, kantung belanjaan hampir saja terjatuh karna ia merasakan ngilu yang teramat mendadak, dengan cepat ia pun langsung menaruh kantung belanjaan di gantungan motor. Dengan cepat pula ekspresi dari Dea diganti menjadi sapuan lembut. "Mungkin ada sesuatu yang bertolak belakang, ada doa seseorang yang lebih kencang?, tapi jangan takut Azwin perjalanan ngga terhenti karna sekarang Kawa belum jatuh hati sama kamu, banyak perjalanan yang harus kamu lalui untuk mengetahui nya."

  Azwin terdiam, ia mengaguk lemas— semeriah apapun harinya, ia berada pada pesta porak suka cita atau diskoria gelora muda yang membuat bahagia, rasanya percuma kalau ngga ada Kawa di momen nya.

  Sementara Dea yang baru saja menyalakan motor dan sudah duduk menoleh pada Azwin "ayo naik, pikirkan Kawa nya nanti dulu ya, sekarang harus cepet pulang sebelum hujan" dengan nafas berat Azwin pun mengaguk, dan duduk di belakang Dea bersama kanvas besarnya yang ia pegang erat-erat.

  Sepanjang perjalanan hening, jalanan yang sudah mulai diterangi oleh lampu jalan, kota hujan yang padat juga lampu rambu-rambu yang berganti warnanya cepat, sementara Dea dan Azwin bergelut dengan pikiran nya masing-masing.

   Dikepalanya sedang ada sebuah pertunjukan teater, setiap malamnya pasti ia selalu mendamba menjadi lakon utama dengan lawan main sang pujaan hati, benarkan Azwin? hanya Kawa yang akan kamu cari meski patah hati berkali-kali.

AYODHYĀ

Ayodhyā | JiminJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang