Kenikmatan dalam kebohongan

3.1K 34 1
                                    

Semenjak pura2 konseling ku dengan pak Wahyudi, beliau menjadi sering menyapaku saat bertemu. Menanyakan kabar atau hanya sekedar memberikan senyum sapa.

Sore itu saat mau pulang sekolah aku diberi tahu ayah tiriku bahwa kucing kesayangan ku mati.

Aku syok dan sedih, sepanjang perjalanan pulang rasanya tidak karuan.

Sampai dirumah aku dengan dibantu ayah tiri ku menguburkannya.

Sepanjang malam aku hanya bisa menangis. Ibu dan ayah tiri ku sdah beberapa kali mencoba menenangkan ku.
Hingga pagi datang rasa kehilangan ku masih terasa.

Sebenarnya aku malas untuk masuk sekolah, tapi ayah tiriku memberiku nasihat kalau aku di rumah saja hanya akan menambah berat rasa kangen ku terhadap kucing ku.

Akhirnya aku ikuti saran ayah tiriku dan pergi ke sekolah dengan raut wajah masih bersedih.

Sepanjang pelajaran hingga waktu istirahat aku lebih banyak termenung dan bengong.

Saat istirahat aku memutuskan utk menyendiri di perpustakaan.
Ternyata itu malah mencuri perhatian pak Wahyudi.

Dia bisa melihat raut wajah sedihku yg memang sulit utk ditutupi.

"Hey, Fandi. Boleh duduk sini ?"

Aku terkaget dengan kedatangannya yg tdk ku sadari.

"Ehh, bapak. Boleh koq, pak"

"Kamu kenapa kelihatannya sedih sekali. Apa.. (pak Wahyudi memelankan suaranya hingga spti bisik2) orang tua mu berantem lagi ??"

Tadinya aku ingin bercerita tentang kucingku tapi setelah dipikir-pikir ini kesempatan ku utk mendapat perhatiannya lebih dalam.

"Eeee y begitu lah, pak. Fandi gak tau harus gimana lagi. Fandi merasa rumah seakan tempat yg mengerikan" well, sangat hiperbola.

"Kamu yg sabar aja, ya.. pasti selalu ada hikmah dari semua kejadian itu. Kamu kenapa tdk menghubungi bapak, kemarin kan sdah bapak kasih nomer saya..?"

Aduhh.. rasanya gemas sekali, begitu menenangkan ditelinga.
Ingin sekali aku dipeluknya lagi tapi tdk mungkin disini.

"Ee saya lupa, pak. Mungkin pikiran saya selalu kemana2 kalo sdah di rumah.."

"Iya, sih. Lagian kita kan baru kenalan resmi kemarin. Pasti saya belum terlalu membekas dipikiran mu hehehe"

OMG bapak Wahyudi idamanku. Bapak yg selalu dalam benak ku setiap hari. Selalu ku sebut nama bapak dalam desah ku. Jerit ku dalam hati.

"Hehehe gaklah, pak. Sekali pertemuan kemarin sdah sangat istimewa bagi saya. Belum pernah ada orang yg memberikan ketenang sehangat itu. Saya seperti merasa pelukan sosok ayah yg tdk pernah saya rasakan sebulumnya. Sosok ayah yg saya rindukan"

"Kamu bisa peluk bapak kalau perasaan mu sedang kacau. Datang saja ke bapak."

Mendengar jawabannya sepertinya membuat wajah ku memerah tersipu malu.
Aku tdk menyangka kalau akau akan seintens ini dengan beliau.

"Mau peluk bapak ??"

Sontak aku merasa grogi dan salting dengan tawarannya.
Aku menjerit dalam hati MAU BANGET PAK !! GAK CUMA PELUK MESUM DISINI PUN AYO !
Tapi aku masih sadar tempat, aku tdk ingin menjadi pusat perhatian anak2 lain di perpus.

Aku bingung hingga bengong tdk bisa menjawab hingga pak Wahyudi menyadarkan ku.

"Hey, koq bengong. Kamu kenapa, Fandi ??"

"Ehhh enggak, pak. Bapak ngajak pelukan di tempat sprti ini saya jadi malu"

"Ohh kamu malu pelukan sama Bapak2 tua disini ??"

"Bukan begitu, pak. Saya cuma gak mau disangka..."
Aku berhenti melanjutkan kalimat ku, aku bingung dengan sambungannya

"Disangka apa ??"

"Disangka caper ke bapak sama anak2 lain. Entar aku diledekin aku ini anak bapak"

"Ya gak papa, kamu cakep koq aku sih fine2 aja.. hehee"

"Hehehehe" aku ikut membalas dengan tawa kikuk

Duh, bapak ini hanya sedang menjaga mentalku apa juga menggoda ku sih. Aku mulai merasa agak heran dengan sikapnya. Tapi aku tetap mencoba berpikir waras mungkin ini salah satu cara pendekatan beliau terhadap anak2 yg sdang memiliki masalah psikis.

"Ehh coba misscall bapak dong. Biar bapak bisa save nomermu.."

"Ehhh iya, pak. Fandi coba"

Aku mengeluarkan hape ku dan mencoba memanggil nomernya via WhatsApp.
Hapenya berdering tanda panggilan masuk dari aku.

"Oke bapak tinggal dulu, ya ?? Kamu harus tetap kuat, harus tetap baik2 saja. Pokoknya kalau kamu butuh teman cerita jangan lupa hubungi bapak"

Beliau beranjak pergi dan sebelum meninggalkan ku beliau sempat mengelus2 kepalaku
Aku merasa melayang karena tindakan beliau itu. Sepertinya aku benar2 jatuh cinta dengan beliau, tidak hanya sekedar mengagumi sebagai fantasi seksual saja tapi ingin sekali aku hidup bersamanya.

Aku tahu aku salah sudah mempermainkan perhatian belaiu dengan kebohongan2 ku. Tapi tanpa skenario palsu ku, aku tak akan pernah merasakan perhatian sedalam ini dari beliau.

Entah apa jadi nantinya kalau sampai beliau tau bahwa cerita2 ku hanya kebohongan belaka.
Mungkin beliau akan sangat membenci ku. Tapi untuk sementara ini, aku hanya ingin menikmati perhatian2 darinya meskipun semua bermula dari kebohongan saja.

Fake CounselingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang