Chapter 3 : Awal dekat

1 1 0
                                    

Alberto melalui hari-harinya seperti biasa, ia kembali menjadi mahasiswi budak kampus dan bekerja paruh waktu. Cuaca hari ini cukup panas membuat Alberto cepat merasa kelelahan, ditambah lagi tugas dari teman-temannya yang menumpuk, membuatnya semakin merasa lelah.

"Toto, sini bisalah... Belikan aku sandwich tuna. Ingat tuna bukan salmon. Oke, aku tunggu!" Seperti biasa, Emeli akan memerintahkan Alberto untuk membeli sandwich kesukaannya.

Alberto segera berjalan menuju kantin kampus untuk membelikan permintaan Emeli. Kantin yang begitu padat dengan mahasiswa maupun mahasiswi membuat Alberto menjadi sangat lamban untuk mendapatkan pesanan Emeli.

"Emeli ini sandwichnya, aku permisi dulu ya." Usai memberikan sandwich milik Emeli, Alberto kemudian beranjak pergi karena ia tidak mau semakin menjadi bulan-bulan temannya pada siang hari yang panas ini.

Atap universitas, merupakan pilihan terbaik yang selalu dipilih oleh Alberto untuk menenangkan diri sendiri. Tidak ada yang pernah menaiki atap ini selain dirinya, apalagi pada cuaca yang sedang panas seperti ini. Alberto menatap langit, selayaknya langit dapat diajak berbincang. Ia menumpahkan segala keluh kesahnya pada langit, baginya langit pasti dapat menyampaikan semua keluh kesahnya pada ibunya.

"Aaaaaaaa......." Teriak Alberto usai menyampaikan keluh kesahnya pada langit.

"HOII.... Berisik !!!" Teriak seorang perempuan yang tengah duduk pada tumpukan bangku.

Alberto terjingkat kaget mendengar suara tiba-tiba tersebut. Namun, suara tersebut tampak tidak asing bagi telinga Alberto.

"SHIA !!" Maki Alberto pada perempuan itu.

"Heiii..... calm down. Lagian situ kurang kerjaan, tempat umum nih." Perempuan itu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju tempat Alberto berdiri.

"Diam Vela ! Disini adalah tempat untukku mencari ketenangan, bukan tempat untuk mendengar suara cemprengmu." Sarkas Al.

"Sialan !" Vela mengambil vape dari saku celananya, kemudian ia memberikan vape tersebut pada Alberto.

"Cobalah ! rasa baru, kamu pasti suka." Vela memberikan vape tersebut kepada Alberto.

"Makasih."

"Ada masalah baru yang mengganggu pikiranmu ?" Tanya Avella

"Ya... begitulah. Hanya masalah kecil yang mengganggu pikiran." Jawab Al malas.

"Haruskah aku yang menyelesaikannya ?" Tanya Avella lagi.

"Tidak perlu, biarkan saja masalahnya berlalu. Aku tidak akan mengambil pusing pada masalah ini" Alberto mengembalikan vape milik Avella usai menjawab pertanyaan Avella.

Vape varian bubble gum milk  Avella benar-benar dapat membantu Alberto untuk menenangkan pikirannya. Terbukti setelah Alberto menggunakan vape tersebut, ia sudah tidak terlalu stress seperti sebelum menggunakannya.

"Al tentang ibumu..." Avella memulai kembali percakapan dengan ragu-ragu.

"Haruskah dibahas di sini ?" Alberto langsung memotong perkataan Avella, sebelum Avella menyelesaikan kata-katanya.

"Lantas akan dibahas dimana ? Kamu sangat susah untuk diajak bertemu. Aku pun masih dalam pengawasan, aku tidak bisa bertemu dan berkeliaran dengan seenaknya." Jelas Avella.

"Aku tau. Jadi, bukti apa saja yang sudah kamu temukan ?" Tanya Alberto.

"Kelompok itu sampai sekarang masih aktif, namun kepemimpinannya telah berpindah tangan dari yang dulu. Atau lebih tepatnya, bisa jadi orang yang melakukan itu pada ibumu adalah pemimpinnya saat ini." jelas Avella.

A Part of War & Love : ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang