Bagian 3 (Aku pingsan, dan siapa dia?)

77 4 0
                                    


Bab 3


 "Bengong terus, ada masalah?" Aku masih menyaksikan sinetron di televisi, yang bahkan tak ku ketahui sinetron itu menceritakan tentang apa.

     Kak Reno menuangkan susu cair dari lemari es, Mom belum pulang dari kantornya. Dan selain itu, ia juga masih sibuk dengan toko kue yang rencananya akan dibuka di persimpangan jalan. Nyonya sosialita. Yeah, itu panggilan yang sangat cocok dengan Mom.

                                       

     "Siapa yang bengong. Laura lagi asyik nonton ini." Kataku menunjuk televisi, yang ternyata sedang iklan. Kelihatan sekali bodohnya. Kak Reno terkekeh dan menyingkirkan bantal sofa di sebelahku, lalu ia duduk.


     "What's wrong?" Tanyanya dengan menatapku. Aku menggeleng dan tersenyum tipis. Kini Kak Reno sedang mengecilkan volume suara televisi. Dan setelah itu berhadapan denganku. Sudah jelas lagi bahwa ia meminta penjelesanku.


     "Enggak ada apa-apa Kak. I swear." Ungkapku dengan setengah hati. Kini Kak Reno mengangguk dan sudah menonton televisi, karena acara nya sudah dimulai.

    

     Aku berdeham beberapa kali, menimang apa yang ingin aku tanyakan sebenarnya. "Kak." Panggilku dengan ragu. Kini Kak Reno sudah mematikan televisi dan memandangku dengan serius. "Kakak pernah nggak ngerasa yang namanya jatuh cinta?" Tanyaku dengan ragu. Wajah Kak Reno tetap tak bereaksi, keningnya berkerut. Dan setelah beberapa menit tawanya meledak.


     "Pernah. Orang gila mana yang nggak pernah jatuh cinta." Ungkap Kak Reno dengan terus menerus berusaha menghentikkan tawanya, kini aku meringis ngeri dan merasa sangat gila. "Khm. Memangnya kenapa bertanya begitu?" Tanyanya setelah tawanya berhenti. Aku diam. Gila, harus jawab apa aku?


     "Cuman penasaran saja sih." Jawabku akhirnya, setelah memutar otak untuk menemukan jawaban apa yang tak membuatnya tak curiga. Kak Reno hanya mengangguk dan kembali menyalakan televisi. Ponselku berdering, dan satu sms masuk.


     From: Alexa


Hai honey, gimana sekolah barunya? Sombong banget sih ga pernah sms gue


     Aku mengulum senyum, seharusnya aku memberikan kabar ku kepada Alexa, aku merasa seakan akan aku ini melupakan teman lama hanya karena menemukan teman baru. Aku segera membalas pesan singkatnya, dan menceritakan tentang dua hari belakangan ini. Tentang sekolah baruku, tentang Fira, tentang guru yang baru saja memaki-ku, Oh ya. Tentang Miller juga.

     Berbicara tentang Miller, aku jadi teringat ketika ia meminjamkan ku pensilnya, baik sekali. Dan teringat lagi ancamannya, aku bergidik ngeri dan melupakan tentang kebaikannya. Kalau saja semua pria memiliki sifat yang humoris seperti Kak Reno, pasti tak akan sulit untuk mencari teman.


     "Lo kenapa sih, Ra? Dari tadi aneh banget." Kak Reno yang mungkin sejak tadi memperhatikan sifat gilaku, kini memprotesnya.


     "Enggak kenapa-napa koq."


     "Dusta sekali."


     "Ya memang. Aku kayaknya sial banget deh sejak pertama masuk sekolah." Ucapku dengan menggebu-gebu. "Bayangkan saja, pertama datang aku menabrak cowok. Bukan. Aku tak menabrak, tapi apa ya. Ah pokoknya semacam insiden kecil. Dan setelah itu, teman sebangku-ku sedang tidak masuk dan harus menjalani setiap pelajaran sendirian, dan kufikir setelah aku berharap bahwa aku akan mendapatkan teman sebangku se-asyik Alexa, ternyata berbanding terbalik dengan harapan. Ya, walaupun awalnya aku mengira teman sebangku ku itu baik, tapi pada akhirnya ia malah mengancamku. Dan setelah kesialan itu, aku dimaki Bu Risna dan menjadi sorotan teman sekelas. Gila. Benar-benar gila." Ceritaku tanpa jeda, yang berhasil membuat Kak Reno menganga.

When I see you againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang