7

257 49 7
                                    

Sama seperti ibunya, dia pun punya banyak impian. Ada puluhan tempat di dunia yang ingin Jennie datangi. Goa Xibalba di Belize, misalnya. Situs arkeologi Suku Maya itu menyimpan kepingan-kepingan tembikar berusia ribuan tahun dan kerangka seorang perempuan yang telah mengkristal. Xoxocotlan, permakaman tua di Oaxaca yang ramai setiap Dia de los Muertos—Hari Kematian dirayakan pada akhir Oktober. Kanal Panama yang panjangnya delapan puluh kilometer. Pulau Scilly. Knowth. Mongolia. Dia pernah bersumpah tidak akan mati sebelum mendaki Gunung Khuiten di Mongolia.

Dia juga pernah bersumpah tidak akan mati sebelum film buatannya ditampilkan di Festival de Cannes. Berbeda dengan Jisoo, dia harus berusaha keras untuk mewujudkan itu. Dia bukan temuan langka dalam sekian puluh tahun. Selain itu, dia perempuan. Di industri ini, perempuan mudah sekali tersisih.

Dan, bicara mengenai industri, dia punya visi mengenai National Geographic pada masa mendatang. Barangkali, ini terlalu muluk. Namun, jika dia bertahan di institusi tersebut, cepat atau lambat kariernya akan menanjak dan suatu saat dia akan memiliki cukup pengaruh untuk mengubah industri perfilman dokumenter.

Silahkan sebut dia ambisius. Dia perempuan dengan segudang keinginan, memang. Dan, kehadiran seorang anak tidak membantunya. Anak justru menghalangi jalannya. Anak adalah masalah.

Masalah besar.

Apa yang dimilikinya saat ini tidak mudah diraih. Tidak mungkin dia membuang semua hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun demi sosok asing dalam rahimnya yang belum pernah dia temui sama sekali, sesuatu yang bahkan belum berbentuk.

Karena itu, setelah melalui malam yang panjang dan melelahkan, yang penuh pergulatan, Jennie memutuskan mencari klinik khusus yang bisa menyelesaikan masalahnya di Jakarta. Dia membuka laptopnya, lalu mulai menelusuri penemuan Google satu per satu. Ketika itu, langit masih agak gelap. Matahari belum keluar sepenuhnya dari persembunyian. Samar-samar, dari arah taman, terdengar Bi Siti menyapu daun-daun kering.

Jennie tiba di sebuah situs. Klinik pemilik halaman maya tersebut cukup meyakinkan. Klinik itu bersertifikat dan dikelola oleh sejumlah dokter yang punya jejak rekam sangat baik. Perempuan-perempuan bermasalah seperti dirinya datang ke klinik itu. Terapi yang dijalankan di sana aman dan sesuai prosedur.

Lama dia berpikir di hadapan laptop. Makhluk-makhluk kecil dalam hatinya bertarung. Di satu sisi, dia melihat jalan, penyelesaian paling masuk akal untuk masalahnya. Di sisi lain, dia sadar ini bukan perbuatan mulia. Sebaliknya, ini perbuatan yang dicela.

Namun, memangnya, dia punya pilihan apa lagi? Dia tidak rela impian-impiannya lepas dari genggamannya seperti impian-impian ibunya. Bagaimana jika dia berakhir sama? Bagaimana jika dia menjadi malaikat yang menangis kala senja karena menyesal kehilangan apa yang pernah dimilikinya?

Lagi pula, dia berhak mempertahankan apa yang dimilikinya, bukan? Dia berhak menentukan pilihan dalam keterbatasan yang menyudutkannya. Dia berhak melahirkan anak atau tidak melahirkan anak. Dia berhak hidup. Dan, dia akan hidup sesuai keinginannya, sebagai diri sendiri, dengan satu-satunya cara yang dia pahami.

Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku bisa
mengatasi ini. Hari ini juga, masalahku selesai.

Kepada Lim, Jennie mengirimkan pesan teks itu. Lalu, dia cepat-cepat meninggalkan rumah ibunya. Bunyi-bunyian gamelan yang syahdu berkelebat sewaktu dia berlari menyeberangi taman. Dalam serimpi, kebaikan selalu menang. Namun, serimpi adalah tarian dari alam mimpi, sementara dia hidup di dunia nyata. Di dunia nyata, suka atau tidak suka, kebaikan tidak selalu bisa menang.









"Isi formuli formulir ini, lalu kembalikan kepada saya."

Petugas di balik loket menyodorkan sebuah map kuning kepadanya. Jennie membawa map tersebut ke barisan kursi biru di tengah ruangan. Dia duduk di sebelah perempuan kurus berwajah kuyu. Perempuan itu meminjamkan pulpen kepadanya setelah memperhatikannya merogoh-rogoh tas tanpa hasil.

Untuk Kita Yang Memilih Cinta (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang