part 3

44.9K 840 6
                                    

ZAMORA POV
Aku ingin Andini sembuh aku harus mendapatkan uang bagaimanapun caranya, mungkin aku akan meminjam uang pada kantorku. Yah aku akan meminjamnya besok. Tetapi apakah aku bisa mendapatkannya? Kemarin saja aku baru resmi bekerja diperusahaan itu, masa aku sudah mau meminjam uang saja. Sepertinya aku meragukannya, yah aku ragu aku bisa mendapatkan pinjaman dari kantor. Tetapi kalaupun aku tak dapat pinjaman dari kantor, aku akan mencari pinjaman ditempat lain. Yang terpenting Andini bisa sembuh dan ceria seperti anak-anak lain yang nomal dan seumuran dengannya.

Aku berjalan menyusuri koridor rumah sakit, perutku berbunyi sepertinya aku lapar. Aku memutuskan mencari mini market untuk membeli makanan yang bisa mengganjal perutku. Aku melihat wanita paruh baya berjalan dengan terseok-seok berpegangan pada dinding, saat wanita itu mencoba berjalan lagi tubuhnya terhuyung kebelakang. Aku terkejut, tanpa sadar aku berlari kearah wanita itu dan menangkap tubuhnya yang terhuyung.

"Ibu, ibu tidak apa-apa?" Tanyaku panik. Wajah ibu itu terlihat sangat pucat, aku tak tega melihatnya. Aku menengok kekanan kekiri untuk meminta bantuan tetapi tak ada siapa-siapa, koridor rumah sakit ini sangat sepi karena ini sudah larut malam. Akhirnya aku yang membantunya berdiri menopangkan tangannya dibelakang leherku.

"Kamar ibu dimana?"

"Kamar ibu disitu nak" jawab ibu itu menunjuk arah kamarnya. Ternyata kamarnya bersebelahan dengan Andini, Andini baru saja dipindahkan diruang rawat dan ternyata bersebelahan dengan ibu ini. Aku membuka pintu kamar ibu itu. Tak ada siapa-siapa disitu, apa keluarganya tak ada yang menjaganya? Aku membantu ibu itu menidurkannya diranjang, kulitnya sudah keriput dan sangat dingin.

"Terima kasih nak, kamu sudah baik sama ibu dan maaf sudah merepotkanmu" gumamnya seraya tersenyum lemah. Aku tersenyum lembut mengangguk.

"Tidak ada apa-apa bu, saya ikhlas membantu ibu" aku membantu menyelimutinya.

"Namamu siapa nak?"

"Zamora, ibu"

"Eumm.. kalau boleh tau, apa keluarga ibu belum ada yang datang?" Lanjutku memberanikan diri untuk bertanya pada ibu itu. Ibu itu tersenyum kecut.

"Tidak akan pernah ada yang datang" aku mengernyit bingung dengan ucapan ibu itu. Apa maksudnya tidak 'akan' pernah ada yang datang? Apa ibu itu tidak mempunyai keluarga? Sepertinya ibu itu melihat air mukaku yang kebingungan dengan ucapannya dan ia mulai menjelaskannya.

"Ibu kehilangan satu-satunya harta paling berharga yang ibu punya didunia ini, kesalahan dimasa lalu telah membuatnya membenci ibu," ibu itu meneteskan air matanya dan mengusapnya lalu melanjutkannya lagi.
"Ibu ini bukan orang baik, ibu ini ibu paling kejam didunia. Ibu telah menjual anak ibu pada seorang wanita yang ibu temui di club, pada waktu itu hanya demi uang ibu rela menjadikannya seorang gigolo," aku sukses membulatkan mataku, ternyata didunia ini, masih ada ibu yang rela menjual anaknya. Apalagi anaknya dijadikan seorang gigolo, membayangkannya saja membuatku bergidik. "Pada waktu itu ibu memanfaatkan ketampanannya dan bentuk tubuhnya yang bagus" ibu itu terisak, terbesit rasa geram dalam diriku, tetapi sepertinya ibu ini telah menyesalinya. Tanpa sadar air mataku ikut menetes. Aku jadi teringat ibu, yah walaupun ibu sudah tidak ada tetapi aku telah merasakan kasih sayangnya. Aku bersyukur telah dianugrahi seorang ibu seperti ibuku.

"Ibu boleh anggap kamu sebagai anak ibu? Ibu tak punya siapa-siapa lagi didunia ini" suara lemah itu telah menyadarkanku dari lamunanku. Aku tersenyum meraih tangan ibu itu.

"Dengan senang hati Zamora menganggap ibu, sebagai ibu Zamora. Zamora juga sudah tak mempunyai ibu" jawabku sendu.

"Jangan pernah bilang lagi Zamora sudah tak mempunyai ibu. Ibu sekarangkan jadi ibu Zamora, Zamora bisa panggil ibu. Ibu Liana" aku mengangguk dan tersenyum lembut pada wanita dihadapanku yang sekarang menjadi ibuku.

"Kamu disini nungguin siapa? Siapa yang sakit?"

"Zamora disini nungguin adik Zamora"

"Adik Zamora? Adik Zamora sakit apa?"

"Adik Zamora sejak lahir hanya mempunyai satu ginjal, bu" kulihat ibu Liana terkejut dan menatapku sendu.

"Adik kamu juga mempunyai penyakit ginjal?" Aku hanya mengangguk.

"Juga?" Aku mengernyit.

"Yah ibu juga mempunyai penyakit ginjal, ginjal ibu dua-duanya sudah tidak berfungsi dengan baik lagi nak, mungkin ini balasan yang setimpal untuk ibu karena ibu dulu suka mengkonsumsi minuman yang terlalu banyak mengandung alkohol"

"Ibu boleh lihat adik kamu?"

Hiiii.... author update lagii.. walaupun pendek sih.. tp gpp yh... author berterima kasih bgt yg udh mau vote sm komen apalagi cerita ini di masukin reading list makasih.. bangettttt..
Vote + coment yes;) see you *kecupbasah*

Virgin For Sale With My Boss (EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang