dua (+)

225 15 3
                                    

"Ajun happy?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ajun happy?"

Arjun mengangguk sambil melahap puding buah yang baru saja keluar dari kulkas.

"Besok kita coba ditambah mangga ya?"

"Kalau rasanya asem, Ajun ngga suka"

Hana terkekeh, gadis itu meletakkan sepotong puding untuk Junkyu yang baru saja bergabung.

"Nanti pilih mangga yang manis dong"

"Gimana caranya, ayah?"

Junkyu menghela napas, "tanya tante"

"Nanti minta penjualnya pilihin ya?"

"Tapi gimana kok,"

"Ajun, gimana kalo kamu makan dulu itu pudingnya? Jangan banyak tanya" Junkyu melirik dan mulai melahap pudingnya.

Hana terkekeh, mengusap rambut Arjun dengan lembut.

"Kamu ninggalin kantor lagi buat dia?"

"Iya, lagian udah hampir selesai kok"

"Hampir? Terakhir kali aja kerjaan kamu berantakan loh gara gara Arjun,"

"Apa yang berantakan? Lagian saya masih bisa handle itu kok, kamu tenang aja"

Junkyu menghela napas panjang "maaf ya, kalau saya malah bikin kamu keteteran begini, harusnya kamu ngga masuk di hidup saya"

"Saya ngga masuk di hidup kamu kok, cuma di hidup Arjun aja"

Junkyu menatap Hana yang sibuk membantu Arjun yang seperti biasanya belepotan saat makan.

"Sama aja, dengan kamu masuk ke hidup Arjun tuh buka akses buat masuk ke hidup saya juga"

Hana mengerjab "Arjun mau lagi ngga?"

Bukannya menjawab, Arjun justru mengusap kedua matanya.

"Dia ngantuk itu" ucap Junkyu.

"Bersih bersih dulu yuk, habis itu tidur ya?"

"Mau tidur sama tante"

Hana mengangguk pelan sambil membopong Arjun menuju kamar. Sementara Junkyu? Pria itu masih menghabiskan pudding di piringnya dan membereskan beberapa hal yang ada di ruang makan sebelum kembali ke ruang kerja.

...

"Saya mau pamit pulang"

Junkyu mendongak menatap Hana yang membuka pintu ruang kerjanya cukup sempit, hanya menampilkan separuh dari tubuhnya saja.

"Saya dengar Arjun nangis, kamu belum pastiin dia pules?"

Hana menghela napas, sebelum kembali ke kamar, Junkyu sudah lebih dulu berdiri "ngga usah, kamu boleh pulang"

"Biar saya saja"

"Saya saja" Junkyu segera melangkah ke kamar Arjun, menggendong anak laki lakinya sambil sesekali menimangnya.

"Mama!"

Sementara itu, Hana yang mengintip dicelah pintu justru kembali membuka kamarnya dengan lebar.

"Saya sudah ijinkan kamu pulang"

"Mama!"

Bukannya menjawab, gadis itu justru merebut Arjun yang semakin mengencangkan suara tangisnya itu.

"Hana, saya tau kamu capek"

"Biar saya saja, kamu boleh lanjutkan pekerjaan kamu, Jun"

Junkyu menyerah, pria itu hanya diam menatap Arjun yang perlahan tenang dipelukan Hana. Tak seperti saat dia yang menimang nimang, mungkin bisa jadi tengah malam Arjun baru bisa tenang. Itu saja bukan karena Junkyu yang berhasil menidurkan anaknya sendiri. Tapi karena Arjun saja yang sudah lelah menangis.

"Kalau begitu menginap saja"

"Tidak bisa"

"Kamu ngga kasihan lihat Arjun kangen sama kamu?"

"Apa kata tetangga kalau saya menginap?"

"Kamu peduli? Orang orang di apartemen ini saja ngga ada yang peduli punya tentangga kaya saya"

Hana menghela napas panjang, lantas meletakkan Arjun kembali ke ranjang dengan pelan.

"Tetap saja itu bakal buat fitnah"

"Fitnah apa yang kamu maksud? Ngga pantes kalo ada gadis di rumah duda?"

"Ya iya, lagian kita kan ngga ada hubungan apa apa"

"Jadi kamu mau punya hubungan apa supaya mau menginap disini?"

"..."

"Menemani Arjun, maksud saya"

Hana terdiam, gadis itu sibuk bermain dengan kuku kukunya, lebih tepatnya menutup rasa canggung di tengah malam yang dingin ini.

"Maaf"

"Kenapa?" Hana mendongak.

"Kayanya bukan Ajun aja yang suka sama kamu, tapi saya juga"

Mereka berdua saling bertatap, melupakan kalau ada anak kecil yang tengah tidur pulas disampinf mereka.

Tiba tiba ruangan yang dingin ini berubah jadi panas. Terlebih saat tangan lentik itu mengusap tengkuk Hana tanpa penolakan. Tak lupa bagaimana sesuatu hangat tiba tiba mendarat dibibir Hana yang kering. Manik gadis itu masih sama seperti saat pertama kali Junkyu mengungkapkan perasaannya, datar dan kejut secara bersamaan.

Junkyu menarik tubuh Hana mendekat saat seakan tubuh itu ingin melangkah mundur. Membuatnya memejamkan mata saat lumatan kecil dimulai.

Detak jantung Hana berpacu lebih kencang, telinganya memanas bersamaan dengan keringat yang menguasai telapak tangannya. Ini pertama kali bagi Hana, mungkin bukan bagi Junkyu. Tapi rasanya seperti Junkyu baru saja merasakan jatuh cinta lagi.

"Maaf"

Hana mengerjab, "sepertinya kita membangunkan Arjun" gugupnya.

"Tidak" Junkyu melepaskan dekapannya, sambil sekali melirik Arjun yang masih pulas.

"Menginap ya? Temani saya malam ini, kamu juga bisa bawa pekerjaan kamu"

"Harusnya kan saya menemani Arjun karena dia yang rindu sama saya"

Junkyu terkekeh, pria itu mengusap tengkuk Hana kembali, "saya juga rindu sama kamu"

"Modus"

𝐷𝑢𝑑𝑎 - Junkyu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang