empat

137 10 0
                                    

"Kamu apain anak saya?"

"Sejak kapan dia jadi anak kamu?"

Hana menghela napas, menghentakkan pelan jelas semi plastik itu ke meja dapur. Matanya memutar saat suara kekehan terdengar disebrang sana.

"Dimana Arjun?"

"Kamu mau pulang sekarang atau saya kunci rumah ini?"

"Iya sayang, lagi otw pulang kok ini"

Hana kembali mengutik jus mangga yang belum sempat dia tuang ke gelas.

"Kalau mau main begitu mending jangan kasih tau Arjun deh, kamu juga sudah janji,

dan anak kamu itu ngga pernah lupa sama setiap janji yang kamu buat"

"Sudah ya marahnya? Saya pulang sekarang"

"Ya sudah, hati hati"

"I love you"

Hana mematikan ponselnya lantas meletakkan sembarangan dimeja makan. Gadis itu menghela napas panjang, rasanya kepalanya hampir pecah. Setelah seharian digempur pekerjaan dan sekarang harus mendengar pria munggil itu menangis tengah malam hanya gara gara sang ayah.

"Ayah!"

"Astaga" Hana meletakkan jus mangga yang belum sempat dia minum, lantas melangkah ke sumber suara. Kali ini tangisan kembali mengisi rumah sunyi ini.

"Kenapa, Ajun?"

"Ayah!"

"Ayah lagi dijalan, kita tunggu ya?"

"Mamah" Isak tangis Arjun seketika memelan saat tubuh mungil itu seakan tertarik dengan pelukan Hana.

"Coba Tante lihat dulu" Hana mengusap rambut Arjun, lebih tepatnya keringat yang tiba tiba membasahi anak ini.

"Arjun mau tidur lagi atau mau minum jus?"

Arjun menggeleng pelan "ayah mana?"

"Dijalan pulang, mau titip sesuatu?"

Dia kembali menggeleng.

"Ya udah, Arjun mau apa?"

Arjun menggeratkan pelukannya, sebelum akhirnya Hana membawanya ke ruang televisi.

"Kita tunggu ayah ya?"

"Iya, Ajun mau nonton film"

"Film apa? Sejak kapan Ajun suka?"

"Sejak kemarin, ayah ngga mau nemenin Ajun bobok terus ayah ngasih nonton sambil menemin kerja"

Hana terkekeh, "emangnya kenapa Ajun minta ditemenin? Ajun takut?"

Arjun menggeleng, "Ajun kangen tidur sama ayah"

Hana terdiam, menatap pria munggil itu mengutik remote yang baru saja dia raih. Mengganti canal televisi dengan gagu namun dapat menemukannya.

Suara knop pintu bukan membuat suara keributan kembali mengisi ruangan ini. Namun bukan itu yang ada dipikiran Hana.

Sang empu menatap ke arah Arjun yang baru saja dibopong sang ayah dengan tatapan berseri. Seakan sudah ditinggal berwindu windu. Kenapa rasanya sendu saat Arjun mengatakan jika dia merindukan ayahnya? Padahal setiap hari mereka ada di rumah yang sama.

"Ayah beli cake"

"Vanilla?"

Junkyu tersenyum lebar sambil mengangguk, membawa anaknya kembali pada tempat awal dia duduk.

"Tante Hana juga di kasih ya?"

Hana tersenyum, mengusap rambut Arjun.

"Tante sukanya coklat, ayah ngga beli itu?"

𝐷𝑢𝑑𝑎 - Junkyu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang