Prolog

240 17 2
                                    

Junkyu mengusap wajahnya sedikit kasar menatap anak semata wayangnya itu menangis tak henti sejak beberapa menit lalu. Beberapa hal sudah dia coba lakukan untuk memulihkan kesadaran anak laki laki itu. Namun sayangnya, percobaan demi percobaan yang biasa dia lakukan gagal. Hanya ada suara kebisingan di taman yang cukup ramai pengunjung, karena weekend.

"Mama!"

"Kita beli es krim aja ya?"

"Ngga mau, mama!"

"Ajun, dengerin ayah"

Suara tangis Arjun terdengar memenuhi lingkungan taman. Bahkan banyal dari pengunjung disana memperhatikan mereka berdua.

"Ayah janji kita ketemu mama, tapi Ajun diem dulu ya?"

Arjun terisak, tangannya sesekali mengusap pada air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

"Kita beli es krim?"

"Ajun mau ketemu mama" anak laki laki itu mendekat dan memeluk ayahnya dengan sisa air mata yang dia punya.

"Iya, nanti ketemu mama"

"Ajun kenapa?"

Junkyu mendongak, menatap seorang gadis dengan kantong kresek hitam di tangannya.

"Tante!"

Pria itu diam menatap Arjun yang lantas berpindah peluk dengan gadis itu. Gadis dengan tatapan bersinar dan senyum manis yang sering sekali memulihkan kesedihan anaknya.

"Kenapa nangis sayang, hmm?"

Junkyu tersenyum tipis, suara gumaman Hana sering sekali menjadi obat. Bukan cuma untuk Arjun, tapi juga untuk dirinya sendiri.

"Ayah nakal ya?"

"Ajun mau ketemu mama" isaknya.

Hana terkekeh, lantas melepas pelukan anak laki laki itu dengan lembut "gimana kalau makan es krim dulu sebelum ketemu mama?"

"Upin ipin!"

"Ada dong, kamu juga nanti coba punya tante ya?"

"Iya!"

"Ayo duduk di sana" Junkyu beranjak, meraih tangan anaknya untuk diajak melangkah ke kursi taman terdekat.

"Terima kasih ya, Hana"

Hana terkekeh setelah memberikan es krim kesukaan Arjun, gadis itu melirik ke arah Junkyu.

"Kalau begini terus, kamu bakal jawab apa?"

Junkyu menggeleng pelan.

"Bilang jujur?"

"Ngga bisa, saya yang ngga bisa, ini terlalu menyakitkan buat saya" Junkyu menatap Arjun sambil sesekali mengusap puncak kepalanya.

"Tapi nanti, pasti dia juga bakal tanya karena dia juga bakal dewasa"

"Saya pikir itu lebih baik karena masih nanti"

Hana terkekeh kembali, "bagaimana kantor?"

"Melelahkan"

"Seperti biasa?"

Junkyu menoleh "lebih lelah"

Kedua manusia itu tertawa disela anak kecil itu justru mengotiri bajunya dengan lelehan es krim.

"Ayah"

"Kenapa sayang?"

"Ajun bajunya kotor"

Hana mengusap telapak tangan Arjun dengan tisu, "gapapa"

Junkyu tersenyum lebar, melihat interaksi dan kedekatan Hana dengan Arjun yang semakin hari semakin lengket saja sudah membuatnya lega.

"Ayah"

"Iya? Kan tante udah bilang gapapa" Junkyu mengusap sudut bibir Arjun.

"Bukan, Ajun mau coba sepeda"

"Ajun mau latihan sepeda?"

Arjun mengangguk "eo"

"Iya, nanti ayah bantu ya?"

"Ayah?"

"Apa lagi?"

"Itu bulannya udah ada"

Kedua manusia itu menatap ke arah yang Arjun tunjuk.

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?" Pria itu kembali menatap kesal ke arah anaknya, sebenarnya dia lelah dengan anaknya yang selalu bertanya dan ingin tau. Tapi dia juga tidak lupa fakta bahwa anak seusia ini memang sedang melalui fase ini.

"Ini masih terang loh, ayah!"

Hana terkekeh "emang begitu, Ajun"

"Kenapa? Ajun pengen tau, tapi tangan Ajun lengket tante!"

Hana kembali tertawa "ayo cuci tangan dulu, nanti Ajun cari tau di buku ya?"

"Memangnya ada?"

"Ada nanti ayah beliin, udah sana cuci tangan dulu" kesalnya justru membuat Hana terkekeh. Namun beberapa saat setelah melihat Hana dan Arjun pergi, pria itu justru tersenyum. Bukankah hal kecil sejenis ini yang membuatnya bahagia?

𝐷𝑢𝑑𝑎 - Junkyu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang