Chera's bestfriend

12 6 16
                                    

...Yaudah pepet Bima aja, Che."

"Emang aku pantes buat dapetin dia?"

🌷

Pulang jam 5 sore setiap hari? Udah biasa sih buat seorang Chera Anandyra. Bahkan di hari libur seperti Sabtu dan Minggu serta hari libur nasional, ia harus tetap datang ke sekolah. Maklum, namanya juga OSIS alias babu sekolah.

Sekilas tentang Chera, sebenarnya ia masuk OSIS karena dipaksa oleh gurunya. Kata gurunya dulu sih gini;

"Kamu itu pinter, tapi sayang jiwa sosial kamu itu minus, public speaking kamu juga masih kurang. Jadi saya daftarin aja deh kamu ke OSIS, nggak keberatan, kan?"

NGGAK KEBERATAN MATAMU!

Disaat itu Chera pengen banget menentang sang guru. Tapi ternyata dikasih taunya pas nama Chera udah tercantum di mading sebagai calon OSIS. Yaudahlah mau gimana lagi?

Ibarat iseng-iseng berhadiah, Chera keseleksi buat jadi OSIS! Menyebalkan sekali!

Tapi ya nggak apa-apa juga sebenarnya, karena Chera juga malas di rumah. Lebih baik mendekam di sekolah daripada harus cepat-cepat pulang ke rumah.

"Halo, bun, Che udah pulang nih. Che dijemput atau pulang sendiri?" Tanya Chera dari telepon.

"Pulang sendiri, ayahmu nggak jelas lagi pergi kemana." Jelas bunda dari seberang sana.

Tuh kan, lebih baik Chera nggak usah telepon Bunda tadi!

"Yaudah deh, bun. Aku otw pulang dulu, ya."

"Iya, hati-hati ya sayang."

Tut

Chera lebih dulu mematikan teleponnya. Disaat ia ingin memesan ojek online, ada percikan air yang jatuh ke atas layar handphone-nya. Tapi sebentar, rintikan airnya semakin banyak, darimana ini?

Ah sial! Bisa-bisanya hujan mulai turun disaat Chera tidak membawa payung ataupun jas hujan, menyebalkan!

Biasanya, disaat hujan seperti ini jarang ada ojek online yang ingin mengambil orderan perjalanan. Taxi online pun mahal harganya ketika hujan. Masa iya Chera harus berjalan kaki menuju rumahnya?

Puk

"ASTAGA! Siapa kamu?!" Chera terkejut tatkala pundaknya ditepuk oleh seorang laki-laki berjaket tebal berwarna biru tua itu.

"Hahahaha, santai dong, Cheraa. Btw lo ngapain di depan gerbang sendirian kayak tunawisma begitu?"
Tanya lelaki itu kepada Chera.

"Yaelah, Sa, pake nanya. Gue ngga bisa pulang ini, duh. Ayah gue ngga bisa jemput, ojol juga ngga ada yang mau." Keluh Chera pada seorang lelaki yang diketahui bernama Aksa itu.

"Taxi online kan ada, Cheraa. Jangan kayak orang miskin deh lo." Ucapnya sambil tertawa gemas.

Ia mencubit pipi Chera sekilas.

"A-aww! Nggak sopan kamu, Sa." Ucap Chera kesal, namun ia tidak berusaha melepaskan atau menyingkirkan tangan Aksa dari wajahnya.

Kalau kalian heran kenapa Chera bisa sedekat ini dengan Aksa, maka jawabannya adalah karena mereka telah bersama sedari dini. Alias mereka telah melewati kelas satu SD hingga SMA sekarang walaupun memang jarang sekelas.

"Hahaha, yaudah nih gua pesenin taxi online. Kebetulan gua lagi ada promo, maklum membership gua udah platinum." Tutur Aksa bersamaan dengan handphone di tangannya yang langsung memesan taxi online menuju rumah Chera.

"Eh, sombong banget lo, ya. Btw lo beneran pesen kah? Seriusan berapa harganya? Nanti mahal juga lagi." Sahut Chera pada Aksa.

"Bawel lo, udah di tolongin juga. Mending ucapin gua terimakasih."

"Iyaa, terimakasih banyak, Kak Aksa. Jadi makin sayang deh sama, Kak Aksa." Ucap Chera dengan nada yang dibuat selembut dan seimut mungkin.

"Sama-sama, tiny Chera." Ucap Aksa sambil mengusak rambut Chera dengan brutal.

"TINY?! WHAT DO U MEAN DUDE?!" Ucap Chera yang tidak terima dikatai "mungil" oleh Aksa. Namun pertengkaran mereka harus berhenti ketika ada taxi yang berhenti di depan mereka.

"Atas nama Aksa, ya?"

Oh taxi pesanan Aksa rupanya.

"Ah, iya pak."

"Dah, balik sana, nanti hujannya makin gede. Itu taxi-nya, udah gua bayar pake e-pay. Hush, sana cepetan." Nadanya memang terdengar seperti mengusir, tapi biarlah. Yang penting Chera bisa pulang hari ini.

Tapi, kok Aksa peduli banget ya sama Chera?

Ada apa sih sama Aksa?

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang