meet again

11 7 9
                                    

Setelah perdebatan yang cukup sengit, akhirnya aku mengalah dan mengikuti apa yang ketua osis ku katakan. Ya daripada masalahnya semakin runyam, bukan?

Kantung mata jelas tercetak di wajahku. Semalam aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak, entah karena apa. Dan, sialnya pagi ini aku terlihat seperti mayat hidup.

Ngomong-ngomong, sekarang ini aku sedang di ruang osis untuk briefing tentang lomba-lomba di hari ini.

"Pertama, kita laksanain lomba tarik tambang dulu. Satu round maksimal 5 menit. Dan lomba yang lainnya harus sigap dan sesuai dengan apa yang kalian siapkan tempo hari. Oiya, tim dokumentasi standby terus di lapangan, ya." Ucap sang ketua pelaksana kepada para bawahannya di sana.

"Siap, La!" Jawab kami serempak.

"Semangat yok, let's gooo!!"

🌷

Aku sejujurnya muak berpanas-panasan di lapangan seperti ini. Bukan apa, tapi aku memang tidak kuat berhadapan dengan matahari. Tak jarang juga aku pingsan karena kepanasan. Selain itu, menurut riset dari diriku sendiri hawa panas juga membuat moodku turun.

Saat aku melangkahkan kakiku ke ruang osis untuk berteduh, tak sengaja mataku menangkap seorang laki-laki bertubuh tegap yang sedang bersiap untuk lomba tarik tambang tersebut.

Aku memutuskan untuk diam sejenak, mataku terkunci pada pria itu.

Tanganku bergerak begitu saja untuk memotret pria itu, rasanya pesona pria tersebut terlalu sayang untuk diabaikan. Pantas saja ia selalu dielu-elukan sebagai primadona sekolah.

Namun, tiba-tiba saja ia melirik ke arahku, berpose sedikit sebelum aku memotretnya lagi, bahkan ia memberiku kedipan maut!

Uh! Kenapa narsis sekali dia ini.

Tapi, sebentar, ada yang aneh di sini, katanya kakinya terkena 8 jahitan. Perbannya juga masih basah. Kok masih kuat buat ikut tarik tambang, ya? Mana paling depan lagi. Kemudian matanya melirik lagi secara tiba-tiba ke arahku yang sedang terdiam. Oiya, ia juga tersenyum beberapa detik saat menatap ke arahku.

Hei tunggu! Ada apa ini?!

Mengapa jantungku melompat-lompat seperti ini?!

Ah! Lebih baik aku segera pergi dari sini sebelum jantungku yang copot heee~

"Al, itu siapa sih namanya? Yang kata kamu primadona angkatan eh atau apapun itu. Pesonanya gila sih." Ucapku yang masih terengah-engah karena berlarian dari pinggir lapangan ke ruang osis.

Aliya yang sedang memakan sate taichan buatannya sendiri itu pun hampir tersedak ketika mendengar perkataanku.

"Hah lu seriusan gatau? Setau gua sih namanya Bima."

"Ooh Bima, oke juga." Ucapku tanpa sadar.

"Hooh, oke dia mah. Definisi perfect yang sesungguhnya. Siapa sih yang nggak kepincut orang kayak Bima gitu?" Timpal Aliya sambil memainkan alisnya.

"Hahaha, bisa aja lo, kayaknya gue juga mulai kepincut deh sama dia."

"Gausah gila lu, Che. Pacar lu udah nungguin tuh di bawah pohon mangga daritadi."  Aliya melirik kearah jendela tepat di samping pohon mangga yang dimaksud.

Aku memutar kedua bola mataku malas.

"Gue udah putus sama dia."

"HAH, APAAN?! KAPAN? KOK BISA?!"

"Bisa, kenapa enggak? He betrayed me, so yaa mau gimana lagi?"

"Oh my god, how can? Kukira dia baik. Masa perempuan se 'oke' lo ini bisa diselingkuhin, wah." Aliya terlihat sangat tidak percaya saat ini.

"Baru aja semalem, sakit banget, Al. Udah effortless, selingkuh lagi. Masalahnya, dia ternyata selingkuh berkali-kali dan enggak mau ngaku. Dasar cowok Capricorn emang nggak bisa di percaya, buaya semua."

"Ah i see it, Che. Tapi, jangan sekarang, bisa-bisa lu yang malah nanti ketuduh selingkuh duluan."

"Hmm, who cares?" Aku tertawa kecil.

between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang