☆° Perpisahan Sementara Dan Selamanya (Part 2) °☆

415 31 11
                                    

☆Ledib × Reader's☆
Req from : PotatataZee

Siang hari setelah homeschooling, Ledib sendirian di ruang tengah. Gurunya sudah pulang, dan ayahnya sedang berada di kamarnya. Ia membereskan buku-bukunya, lalu membawanya ke kamar. Rumahnya hening cukup hening hari ini. Sesuai rencana hari ini, ia akan kabur dan pergi ke taman untuk bertemu dengan saudarinya. Pelan-pelan ia membuka jendela kamar, memanjat dan segera keluar dari sana. Beruntung sekali ia tidak membuat suara apapun. Setelah keluar, ia segera bergegas lari dari rumah dan pergi menuju taman bermain.

Di taman, seorang anak perempuan sedang duduk diam di bangku taman. Mengenakan baju sekolah serta menyandang tas. (Y/n) sedang menunggu Ledib, ia diminta untuk datang ke sana untuk bertemu. Beberapa menit menunggu, akhirnya yang ditunggu pun datang. Ledib berlari tergesa-gesa menghampiri (Y/n).

"(Y/n)!" Ia menoleh ke sumber suara, itu Ledib. Ia pun berlari dan segera memeluk saudaranya itu. Melepas rasa rindu mereka satu sama lain.

"Kamu gapapa, 'kan?! Kok kamu gak pernah cerita, sih?!" Ujar (Y/n). Dapat terlihat dari kata-katanya yang begitu panik dan khawatir.

"Aku gak mau repotin kamu sama ibu. Jadi, aku simpan sendiri, hehe..." Ledib menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Saudarinya malah jadi kesal karena respon anak itu.

"Ya mau gimana pun, 'kan, kamu saudaraku! Kakakku! Kamu tetap anak ibu! Kami pasti bantu mau gimanapun juga kok!" Tegasnya. Ledib seketika terdiam, ia sedikit terkejut mendengar ungkapan itu. Sebegitu sayangnya kah mereka padanya?

"Ibu sampai khawatir karena kamu udah gak pernah datang. Ibu takut kamu kenapa-napa. Alasan orang tua kita cerai karena ayah selalu bersikap jahat, ayah selalu mukul ibu." Ledib mematung, ia cukup terkejut mengetahui hal itu. Ayahnya tak pernah cerita padanya alasan mereka bercerai.

"Aku yakin ayah pasti sering mukulin kamu, dan kamu hebat banget bisa tahan sampai sekarang, Dib. Kamu hebat..." Matanya berkaca-kaca, hingga akhirnya air mata itu tak terbendung lagi. Jatuh saja membasahi pipi (Y/n). "Kamu tinggal bareng aku sama ibu aja! Biar kamu gak ngerasain sakit lagi."

Ledib menatap saudarinya lekat-lekat, ia akan sangat senang jika hal itu terjadi. Ia tidak lagi harus menahan sakit pukulan ayahnya yang kejam itu. Ia akan lebih mendapat kasih sayang daripada kekerasan. Ledib mengangguk cepat, ia sangat menginginkan hal tersebut.

"Benarkah...?" (Y/n) mengangguk. Tentu saja ia menerima Ledib, mereka saudara. Ia sangat ingin bersatu kembali dengan saudara kembarnya ini.

"Aku mau-" Belum selesai Ledib berbicara, tiba-tiba saja ada yang menariknya. Kedua anak itu terkejut, ayahnya datang dan langsung memarahi Ledib.

"Apa yang kau lakukan, hah?! Siapa yang menyuruhmu keluar?!" Sang ayah membentak anaknya itu. Ledib sontak terdiam. Bagaimana ayahnya bisa tau ia keluar?

"Berani juga kau kabur, ya? Hebat! Sekarang pulang! Tidak ada kata tapi!" Si ayah menarik tangan putranya, menyeret anak itu untuk pulang. Tentu saja Ledib memberontak, ia sudah muak dengan semua perlakuan buruk ayahnya itu.

"Tidak! Aku tidak akan mau pulang ke neraka itu!!" Peliknya. Sang ayah mengeratkan cengkramannya pada pergelangan tangan Ledib, ia tidak akan melepaskan anak itu sama sekali.

"SUDAH KU BILANG, PULANG SEKARANG!!" Tegas ayahnya. Ia menyeret anak itu bagaimanapun juga. Usaha Ledib sia-sia, tenaganya tidak sebesar ayahnya.

"Lepaskan kakakku!!" (Y/n) menarik tangan Ledib. Sekuat tenaga ia berusaha membantu Ledib yang terus memberontak.

Ayahnya benar-benar sudah muak. Dulu istrinya, lalu putranya, sekarang putrinya ini. Ia menarik Ledib dan mendorong (Y/n) hingga membuatnya terjatuh. Menatap anak itu dengan tajamnya, disertakan dengan amarah yang meluap.

☆Ytmci × Readers☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang