"Halo"
"Ya? Ada apa?"
Terdapat suara bisikan yang terdengar dari balik ponsel pria itu.
"KENAPA BISA KECOLONGAN BEGITU? POKOKNYA SAYA MAU ANDA GAGALKAN! ANDA LUPA TUJUAN KITA DI AWAL BAGAIMANA?" Suaranya meninggi, urat-urat lehernya menegang. Begitu marah setelah mendengar penjelasan laki-laki yang ada di balik telfon.
Dengan angkuhnya, sebelum ia mengakhiri panggilan pria itu sontak berbicara.
"Sekali lagi saya tekankan. Saya tidak mau tau! Kalau sampai itu semua terjadi! Saya tak peduli siapa anda disini dan jika anda masih berani di belakang saya, saya tak segan-segan untuk melenyapkan anda. Mengerti?"
Telfon ditutup. Pria itu mencoba untuk duduk agar kembali tenang.
"Anak tak berguna" ucapnya.
N A R A S I
Sesampainya di fakultas, bertepatan saat ia melewati tangga laboratorium jaringan milik jurusan Computer Science. Sean berpapasan dengan Axel yang baru saja selesai melakukan asistensi labor. Laki-laki itu tampak kusut menuruni tangga, namun masih sempat menyapa Sean.
"Udah selesai asistensinya?" Sean berhenti sejenak menunggu Axel selesai menuruni anak tangga terakhir.
"Udah, gue udah bales chat lo." Ucapnya.
"Barusan" lanjut laki-laki itu tersenyum. Sean pagi tafi memang mengabari Axel untuk bisa bertemu hari ini di fakultas. Nakun tak sempat ia balas karena kelas pagi dan diikuti asistensi tanpa adanya jeda.
"Masih ada lagi?" Tanya Sean, memastikan adik tingkatnya itu tidak mengikuti kegiatan akademik lagi.
"Engga, ngapain, Bang"
"Sini deh" Sean merangkul Axel. Membawanya ke tempat yang lebih enak untuk mengobrol.
Koridor PKM menjadi pilihan Sean. Axel langsung bersandar di tonggak yang kebetulan berada di dekatnya. Matanya sudah sayu karena semalam begadang mengerjakan laprak yang belum ada habisnya.
"Gini, Xel. Greesa bilang Gani gak setuju kerja sama bareng kita. Dalam artian, dia gak percayain Aswangga ke kita. BEM"
Axel yang mendengar kata demi kata dari Sean, kini menatap Sean sendu.
"Trus, kita gimana Bang?"
"Itu dia. Gue bingung. Gue harus nemuin Gani face to face. Apapun caranya dalam minggu ini gue bakal temuin Gani" tekadnya kuat.
"Bukannya kemaren Greesa mau ngebujuk Gani juga? Gani kan susah banget buat diajak ketemuan? Apalagi setelah dia gak percaya sama BEM, bakal sulit buat lo temuin dia. Bakal ngehindar dia mah kalau lo ajak ketemuan"
"Ya gimana? Gue gak tega kalau nyuruh Greesa juga yang menghadap Gani langsung, trus maksa Gani buat setuju. Sekalipun Greesa bisa maksa Gani, gue yang gak mampu nyuruh dia"
Axel terdiam. Ucapan Sean ada benarnya. Namun kebingungan disini ada pada bagaimana cara untuk bertemu Gani. Berada di kampus saja laki-laki itu jarang.
"Dia CS kan? Seangkatan sama lo gak sih?" Tanya Sean. CS adalah singkatan Computer Science, jurusan mereka.
"Engga, beda. Gue nol satu, dia nol dua. Susah cari waktu karena nol satu sama nol dua itu gak pernah satu jadwal"
"Siapa yang satu kelas sama dia? Nana?"
"Nana nol empat"
Jeda. Keduanya sama sama baradu opini dengan pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi | BoysPlanet [ON GOING]
Historia CortaPers dikekang, suara dibungkam. Lalu kemana lagi kami mengadu? Untuk Aswangga kami berkorban. Kembalikan hak kami Kembalikan suara kami Kembalikan teman-teman kami.