Setelah selesai menjalankan kegiatan OSPEK kami menjalani perkuliahan dan organisasi seperti sediakala.
Tapi tidak dengan hubunganku, kami makin renggang. Angga semakin berubah setelah kegiatan OSPEK. Dia semakin dingin dari hari ke hari. Entah mengapa feelingku mengatakan hal yang tidak baik.
Tiap perkumpulan organisasi kami sering bertemu tapi tidak banyak berinteraksi. Jujur dalam lubuk hatiku, aku sedikit muak harus mengemis-ngemis perhatian pada laki-laki, tapi bodohnya selalu kulakukan.
Aku banyak menceritakan masalahku pada Fahri kala itu. Namun ada yang sedikit berubah pula, aku tau bahwa Fahri sedang dekat dengan salah satu adik tingkat di Universitas kami.
Terkadang kita bertukar cerita, aku menceritakan masalahku dengan Angga, dan dia menceritakan gebetan nya kepadaku. Sebagai sahabat aku juga merasa perlu untuk mensupport hubungan mereka.
Tapi tetap saja aku tidak mau jauh-jauh dari Fahri.
Terkadang aku menginginkan sebuah validasi bahwa aku sahabatnya, jadi aku sering kali menempel padanya. Pernah sewaktu persiapan menjelang kegiatan seminar organisasi, aku hanya duduk berdua di depan kampus lalu adik tingkat itu melihat kami. Tapi anehnya dia malah mendekatiku, seakan ingin akrab denganku.
Ya, beberapa kali kami mengobrol dan lumayan akrab. Sesekali juga dia menanyakan tentang Fahri kepadaku.
Entah mengapa jika ia atau Fahri bercerita tentang satu sama lain membuatku agak kesal sedikit. Padahal aku juga sering menceritakan Angga pada Fahri. Sedikit egois memang, tapi ya bagaimana lagi..
. . .
Hingga suatu ketika, hubunganku menjadi benar-benar hancur.
[continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone Out of Zone
Ficção AdolescenteBukankah seharusnya tidak ada yang dimulai sejak awal, supaya pertemanan kita baik-baik saja? Ku pikir keluar dari zona adalah hal baik, tapi ternyata... aku kehilangan arah.
