Seorang mahasiswa teknik semester enam sedang melamun sambil menatap kepala teman sekelasnya yang paling tinggi, yang duduk di jajaran kursi bagian depan. Pikirannya masih direnggut oleh gadis maskulin yang berhasil memikatnya selama beberapa bulan terakhir.
Rasanya konyol dia bisa terpikat dengan seseorang hanya karena tak sengaja melihatnya dari media sosial. Apa yang membuatnya tertarik selain pada visual? Dia tak tahu kepribadiannya, pemikirannya, dan masih banyak hal penting yang harus dia ketahui sebelum memutuskan orang itu pantas menerima hati dan perasaannya atau tidak.
Mahasiswa yang selalu mengenakan warna hitam itu tahu ketertarikannya saat ini bukanlah sebatas ketertarikan fisik. Karena dia tahu kalau dia bukanlah orang semacam itu. Mata yang ingin dia gunakan untuk mencintai bukanlah mata yang termasuk ke dalam golongan panca indra.
Itulah sebabnya, sebanyak apa pun wanita cantik yang melintas di hadapannya, dia tak pernah merasa tertarik. Hanya sekedar melihat selama objek itu memang masih berada dalam jangkauan indranya, bukan menatap, karena tak mungkin dia pergi ke mana pun dengan mata terpejam.
Sekarang yang sangat membingungkannya, bagaimana bisa dia merasa sangat mengenal seseorang hanya dengan melihatnya sekali dan itupun sebatas dari layar. Minimal mereka bertemu satu kali untuk berbincang agar dia bisa menilai, setidaknya rasa tertariknya sedikit bisa dianggap masuk akal.
Dia memang sangat rasional, sampai selalu menolak fakta bahwasanya cinta bukanlah salah satu cabang dari ilmu eksakta. Fakta yang tak bisa dia tolak adalah kalau ternyata dirinya memang merasa cocok saat nanti mereka sudah bertemu, belum tentu gadis itu memiliki rasa kecocokan yang sama sepertinya.
Dia selalu memegang prinsip ingin jatuh cinta sekali dalam hidup. Gadis yang selalu memosting foto tidak jelas di cerita Instagramnya itu mengacaukan semuanya, bahkan tanpa usaha sedikit pun, hanya dengan lewat tanpa izin di fyp Tiktoknya di hari pertama dia menginstalnya, sudah membuat usaha mahasiswa itu dalam memegang prinsipnya selama ini menjadi sia-sia.
Cinta tidak bisa ditebak dan bisa jatuh pada siapa saja. Itu adalah perkataan yang selama ini selalu lelaki berhidung mancung itu anggap sebagai bualan. Sekarang, dia membuktikannya. Namun, dia sudah tidak terlalu keras memerangi perasaannya karena selain sudah hampir menyerah, dia tahu cintanya tidak akan jatuh pada sembarang orang.
Sesekali, egonya masih mencoba mensterilkan hatinya karena dia hanya hampir menyerah, bukan sepenuhnya menyerah. Dia tak ingin jodohnya menempati singgasana ratu yang sudah diduduki oleh wanita lain dan dia rida terhadapnya. Dia menganggap saat ini singgasana itu sedang direbut dengan paksa, sedikit pun tanpa kerelaannya.
Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memerangi penjajahnya. Dia hanya akan mengikhlaskan singgasana itu pada satu wanita, yang sampai saat ini dia masih belum tahu, siapa yang ditakdirkan untuk menduduki takhta itu, menjadi ratunya yang akan dia muliakan di sepanjang sisa hidupnya.
Dia kembali mengingat prinsipnya yang lain. Aku akan langsung mengenalimu begitu kau muncul di hadapanku.
Bukan tanpa alasan dia memiliki prinsip seperti itu, karena dia percaya rohnya akan bisa mengenali roh-roh yang memang sudah dia temui dan merasa cocok sejak di alam sana, sebelum mereka ditiupkan ke jasad-jasad dan lahir ke dunia. Karena roh pernah saling berkumpul dan saling menyapa dengan sejenisnya dan memang sudah berselisih dengan yang tidak sejenis dengannya hingga sampai di alam dunia.
Is she really the one? pikirnya.
Sekali lagi, konyol baginya kalau menjatuhkan hati pada seseorang hanya dengan melihatnya dari media sosial. Media sosial penuh kepalsuan tentang keindahan seseorang. Sekaligus bisa menjadi media paling jujur dalam menampakkan keburukan sang pemilik akun.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Couple of Cores
Romance⚠️ Dihapus untuk menghindari plagiasi, karena author belum sempat promosi. Akan dipublikasikan ulang setelah 13 buku Multiplicity rampung. Keputusan Reyndra untuk menginstal sebuah aplikasi berbasis video ternyata mengubah kisah percintaannya. Dia l...