"Ini kayaknya dunia kompak banget kalau masalah nyakitin gue!"
Kanaya berkacak pinggang. Ia menatap punggung kaivan yang entah kenapa bisa berdiri bersebelahan dengan seorang cewek. Sialnya, cewek tersebut cukup tinggi--hampir sebahu Kaivan. Berbeda dengan Kanaya yang hanya sadada cowok tersebut. Ia jadi insecure seketika.
"Dia sekretaris OSIS, Ya. Namanya Alika," beritahu Binar. "Dia juga musuh bubuyutan gue di dunia modeling sejak SMP," tambahnya. Sedikit kesal.
Kanaya menatap Binar sesaat, kemudian fokus ke depan lagi. Namun, yang ia lihat malah membuat kedua matanya melotot. "Kampret! Malah makin dekat banget, cok! Apa-apaan, sih, Alika?!"
"Tenang. Lo kudu hati-hati, Ya. Tuh cewek berbahaya kayak ular. Pick me banget. Sampai nempel-nempel ke Pak Manager buat diiyain colaboration sama artis pendatang yang viral kemarin."
Mendengar pernyataan Binar, semakin mendidihlah perasaan Kanaya. Kesel dan iri bercampur menjadi satu. "Ah, anying. Saingan gue nambah terus setiap harinya, Kali ini spek Alika si ular kobra lagi. Gimana gue mau lawannya coba? Alika sekali nyamperin langsung di notice Kaivan. Lah, gue? Apa gue kurang gatal sama Kaivan, Nar?"
"Bego, ah. Malas."
Kanaya mendesis. Tanpa ba-bi-bu lagi ia pun menghampiri kedunya. Kanaya sudah kepalang cemburu. Ditambah Kaivan dan Alika yang sepertinya sengaja mengatur tempat ketemuan di tempat sepi--yang jarang dijamah oleh siswa-siswi Delton. Untuk apa coba? Enggak bisa gitu di tempat yang sedikit lebih ramai?
"SAYANGGG!" panggil Kanaya. "Lo ke mana aja, sih? Gue cari-cari di kantin enggak ada. Malah berduaan sama dia."
Kanaya melirik sinis kepada Alika.
"Lo juga ngapain, sih, di sini sama dia?" Kanaya tidak sudi untuk mengucapkan nama cewek di depannya tersebut. "Lo, kan, bukan anak OSIS. Tapi, kok, mau ngobrol sama tuh cewek ular?"
"Lo enggak affair, kan, Kai?" Kanaya menatap Kaivan dengan tatapan meminta penjelasannya. "Kalau lo selingkuh gue sakit hati, loh," ucapnya semakin ngawur.
"Kamu apa-apaan, sih? Enggak jelas banget datang-datang langsung nyerocos!" sungut Alika. Kedua alisnya menukik ke bawah. "Cewek aneh!" ledeknya.
"Diem lo!" sembur Kanaya. "Ini perkara rumah tangga. Lo orang ketiga pergi jauh-jauh sana. Hush-hush."
Alika mendelik. "Enggak sopan banget kamu!"
"Bodoamat!"
Kanaya lalu menarik Kaivan untuk pergi. Sedari tadi bibirnya komat-kamit menyumpah serapahi Alika yang mungkin saja tertarik dengan Kaivan juga. Atau lebih parahnya Kaivan juga suka dengan Alika? Tidak akan Kanaya biarkan hal tersebut terjadi. Kaivan hanya untuk dirinya seorang.
"Lo suka enggak sama dia?" tanya Kanaya. To the point. Ia bahkan berhenti dan membalikkan badan. Menatap Kaivan dengan sungguh-sungguh. "Gue akui dia emang cantik, tapi masih cantikan gue, Kai. Jangan sampai lo kepelet sama dia, ya."
"Dengar, ya, Kai, gue bakal seret lo ke KUA kalau sampai beneran suka sama dia. Gue enggak sudi!" Kanaya melipat tangannya di atas dada dengan wajah kesamping. "Kayak enggak cewek lain aja," cibirnya.
"Pokoknya kalau lo jatuh cinta, jatuh cinta sama gue aja!" Kanaya menatap Kaivan kembali. "Gue akan perlakukan lo dengan sebaik apapun itu. Jadi, jangan sama dia. Gimana?" Kedua matanya memencarkan keseriusan.
"Ngatur?" tanya Kaivan membuat Kanaya menaikkan sebelah alisnya.
"Lo siapanya gue jadi berani ngomong kayak begitu?"
Kanaya tertegun. Baru kali ini ia melihat Kaivan yang menatap balik dirinya dengan tatapan tajam--biasanya hanya datar tanpa ekspresi. Namun, dengan cepat Kanaya mengontrol ekspresinya agar terlihat normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna ; Ruang Kosong
Teen FictionKanaya tidak tau untuk apa ia bertahan sampai sejauh ini. Begitu dingin hari-hari yang ia lalui. Tanpa pegangan dan tanpa alas kaki. Hanya bisa tersenyum pura-pura, menganggap tidak ada dunia yang kejam untuk dirinya. "Kamu kalau mau pergi, silakan...