8. Berkas Rahasia

89 14 3
                                    

Jam 1 malam. Daazan menyelinap pada ruangan utama milik sang bos, ia memengaruhi penjaganya sehingga penjaga itu percaya-percaya saja kepadanya. Ia berjalan begitu pelan, mengawasi setiap CCTV yang akan menyorotnya. Sebisa mungkin para penjaga itu tak melaporkan keberadaannya kepada Gizan.

"Ada apa sang Dark Eyes mengunjungi kantor ini?"

"Mengambil sebuah berkas. Suruhan dari Gizan untuk jalannya rencananya itu," jawab Daazan dengan tepat sesuai yang direncakannya.

Penjaga itu menatapnya sekali lagi, namun akhirnya memberikan kunci lemari berkas-berkas yang disimpan. Daazan tetap diam, sebisa mungkin alibinya tidak akan ketahuan.

Berbohong? Tidak juga. Dia kan betulan mengambil 'sebuah berkas'. Bedanya ini adalah berkas yang pasti Gizan tak ingin ia ambil...

Sebuah berkas seluruh kejahatan Ruby Group yang terus tersimpan, dan kini akan ia kuak, karena dirinya yang sudah terlanjur muak.

Berkas itu tidak berada di lemari depan seperti biasa, ia pasti diselipkan sedikit jauh dari berkas aspal lainnya. Daazan mencoba mengingat-ingat berkas itu diletakkan

10 menit penuh ketegangan bagi Daazan yang mulai panik karena hampir menghamburkan berkas-berkas lain, kertas yang berhamburan ia coba rapikan, ditaruh kembali ke map-nya. Ia terus bekerja tanpa meninggalkan jejak. Ia harus mengambil berkas itu, lantas me–

Brak!

Daazan sontak menoleh, keringat menjulur membasahi pelipisnya. Ada yang membuka pintu, dan orangnya nampak dalam samar-samar kegelapan.

Lampu ruangan kantor itu dinyalakan. Menampakkan siapa saja yang berada dan berdiri di dalamnya.

Dua orang bersaudaralah yang berdiri di ruangan itu. Satunya hanya tersenyum santai dan satunya lagi mulai panik menghadapi situasi terburuknya.

"Saudaraku, apa yang kau lakukan di sini?"

Sang bos memecahkan kesunyian.

"Aku tak butuh basa-basimu!"

"Basa-basi itu penting, untuk mengawali percakapan. Apalagi untuk percakapan kita berdua seperti ini."

Gizan berjalan dekat, membuat Daazan semakin awas. Ia memegang erat-erat berkas yang telah ditemukannya. Tatapan sekilas dari Gizan yang melihat berkas itu, lantas tersenyum.

"Kau sudah terlanjur muak denganku, bukan?"

"Pake nanya😁" -Daazan

"Ya ya ya... Kau itu pendiam sekali, tetapi dirimu penuh dendam, serta aksi tak terduga. Mata merah yang selalu menyoroti gerak-gerikku. Ayolah, bisakah kita berdamai? Bekerjasama kembali?–"

Crang! Sebuah pisau hampir melayang ke arah Gizan, pisau itu berhenti tepat di jakun lehernya. Membuat perkataannya terhenti sementara.

"Jangan berharap aku akan seperti itu lagi! Aku tak ingin mengotori tanganku sepertimu, Gizan."

"Oh iyakah? Bukankah ayah yang menyuruh–"

"DIAM! JANGAN UNGKIT LAGI KELUARGA KITA!" bentak Daazan penuh amarah, semakin memajukan pisau itu ke leher Gizan. "Ck, kau sama sekali tak tahu bagaimana nasib ibu karena perusahaan sialan ini!

"Dasar pria ambisius sialan."

Gizan memutar bola matanya, terlihat santai dengan isu keluarganya yang sudah hancur dari awal. Bedanya dirinya dengan Daazan adalah, Daazan yang penuh dendam atas setiap kejadian yang menyakitinya, kalau dirinya sih, mudah melupakan kejadian apa pun, asalkan ada penggantinya.

Di Hutan Terlarang [YTMC] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang