Aku menatap Mui yang lagi anteng bersender di kusen pintu dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Tak butuh waktu lama untuk menyadari tatapanku padanya, Mui pun membalas menatapku. Tapi setelah itu, aku buru-buru memalingkan muka.
Bukan tanpa alasan. Hanya saja, dia terlalu imut sampai-sampai aku khawatir jiwa fangirl-ku berontak minta di lampiaskan. Sudah cukup dengan kekacauan yang ku buat hari ini, aku gak mau makin menjatuhkan martabatku lagi.
Tidak di depan para ayank-ayankku sekarang.
"Baiklah, karena penjelasannya sudah cukup, lebih baik kau segera kembali bersama Tokito. Kami akan mengurus yang tersisa di sini." Kata Shinobu mengakhiri jumpa fansku bersama ayank-ayankku.
Ugh, padahal dia adalah sosok yang paling peka tapi malah pura-pura tak menyadarinya untuk menggodaku! Sampai akhir pun, segala yang dia ucapkan masih saja berduri.
"Ano.... sebenarnya ada hal yang membuatku kepikiran."
"Hm?"
Aku lebih dulu mengatur napasku sembari mengumpulkan keberanian untuk menanyakan hal yang paling ingin ku tanyakan dari semenjak mereka menjelaskan kekacauan yang ku buat tadi.
Setelah melalui pergulatan batin antara lanjut di tanyakan atau tidak, akhirnya dengan bersuara rendah, aku mengatakannya, "apa.... ada yang mati karena aku?"
Ku mohon, semoga tak ada yang terbunuh. Entah harus bagaimana aku menghadapi diriku sendiri setelahnya. Dan yang terpenting, bagaimana aku bisa punya cukup keberanian untuk menatap mereka lagi.
"Jangan khawatir. Kau tidak membunuh siapapun."
Ah....
Akhirnya untuk pertama kali, tak ada duri dalam ucapan seorang Shinobu. Malah dia tersenyum dengan sangat teduh di akhir kalimatnya."Yah, meski mansion kupu-kupu jadi punya banyak pasien karena kejadian ini, sih! Berkat seseorang, mansionku akan sangat ramai untuk beberapa hari ke depan."
Tidak, ku cabut lagi pikiranku barusan! Tetap saja sampai kapanpun, segala yang keluar dari mulut wanita itu adalah duri.
Meski begitu, syukurlah.
oOo
Jadi kesimpulannya, aku akan tinggal dengan Mui mulai sekarang---YEAAYYY!!!
Kalau gini caranya, mati beneran sekarang pun aku rela. Oh, tidak! Aku harus menikmati hari-hariku dulu dengan Mui sampai bosan, baru mati. Tapi aku gak yakin, sih, akan ada hari dimana aku bisa bosan sama Mui!
Omong-omong, kayaknya aku adalah fangirl paling beruntung di dunia! Kalau bisa kembali ke dunia asal, akan ku pamerkan hal ini pada teman-teman sealiranku.
Begitulah ku pikir, semua terlalu lancar untukku. Sampai kemudian aku di hadapi pada satu fakta baru;
Siang itu, ketika aku baru selesai berpamitan pada yang lain untuk mengikuti Mui ke mansionnya, seseorang datang ke mansion utama.
Tanjiro.
Baru beberapa saat setelahnya, aku tahu bahwa ia ternyata tak datang sendirian. Nezuko muncul dari punggungnya dan kemudian menyamai langkahnya dengan Tanjiro.
"Hoi, bukannya itu bocah yang nyaris menghancurkan kepalamu, Sanemi-san?"
Dari belakangku, aku bisa mendengar Tengen mengejek Sanemi perihal kejadian tempo hari. Ingatanku pun otomatis bermain ke salah satu scene yang ku lihat di Animenya.
"Benar. Mau apa dia kemari lagi?" Sanemi terdengar tak senang.
Ah, andai saja aku bisa melihat adegan headbutt-nya Tanjiro ke Sanemi secara langsung.
"Kita bertemu lagi." begitulah, Tanjiro tersenyum menyapaku.
"Ha-ha'i, kita bertemu lagi." entah kenapa balasanku malah terdengar gugup begitu.
Mungkin karena gak nyangka bisa bertemu dengannya di sini, plus senyumnya itu lho..... serius, deh! Apa dia gak sadar kalau senyumnya itu berbahaya bagi kesehatan jantung seorang fangirl?
"Omong-omong, ini pertama kalinya kau bertemu lagi dengan adikku sejak kejadian di Gunung Natagomo, kan? Nezuko sepertinya juga merindukanmu."
Aku mengalihkan pandanganku pada Nezuko.
Woaaa~!!
Dia imut banget.
Aku nyaris lupa kalau Nezuko adalah karakter perempuan terimut dari semua Anime yang pernah ku tonton. Apalagi kalau dia lagi dalam mode ciut, alias kecil."Nezuko-chan, senang bertemu denganmu! Woaa~ Melihatnya di bawah matahari kayak gini, ternyata Nezuko-chan jadi lebih---HEEEHHH???!!!"
Tunggu!
Matahari?
Benar. Ini, kan, siang hari yang terik? Kenapa Nezuko bisa berada di luar kotaknya di siang bolong begini?"Sepertinya kalian lupa memberitahu bagian terpentingnya." Ujar Obanai yang entah sejak kapan, tahu-tahu udah nangkring lagi di atas pohon.
"Ah, benar. Kami lupa menceritakan soal ini padamu." Shinobu menambahkan, "Calliope-san, kau punya kemampuan untuk membuat iblis kebal terhadap cahaya matahari. Yang kau lihat sekarang, adalah iblis Nezuko yang sudah kau sihir dengan kemampuanmu itu."
HEEEEEH?!!!
Settingan macam apa itu?! Nezuko memang sudah seharusnya menaklukkan cahaya matahari. Tapi bukan sekarang, dan juga bukan karena bantuan siapapun.
Tak ku sangka kemunculanku benar-benar menyebabkan variable sampai sejauh ini.
"Huh? Kenapa Calli sangat terkejut begitu? Ku pikir kau sudah tahu." kata Tanjiro yang juga sama bingungnya denganku.
Yah, gak heran dia jadi ikutan planga-plongo sepertiku sekarang! Andai saja dia tahu apa yang barusan sudah ku lakukan pada para Hashira di sini.
"Pokoknya, aku dan Nezuko sangat ingin berterima kasih secara langsung padamu. Sebenarnya aku ingin mengatakannya semalam, tapi aku melewatkan kesempatan itu. Calli, terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku dan Nezuko."
Ah.... dia tersenyum seperti itu lagi!
Itu, kan, gak adil buatku yang lagi mati-matian menahan diri buat gak nunjukkin betapa tergila-gilanya aku pada senyumnya itu.Apalagi itu adalah senyum yang sama dengan yang ku lihat dalam diri Cael di dalam mimpiku. Mereka memang tak serupa, tapi aku senantiasa melihat jejak Cael dalam diri Tanjiro.
Yah, karena udah terlanjur sejauh ini, maka biar sekalian aja ku rombak habis-habisan seluruh alurnya! Akan ku pastikan semuanya mendapatkan happy ending yang layak.
"Jangan sungkan, Tanjiro, dan juga.... semuanya. Aku, Calliope, akan menggunakan kemampuan ini dengan baik dan menciptakan ending yang sempurna untuk kalian semua!"
Untuk itu, pertama-tama....
Aku harus menghadapi Muzan!
.
.
.
.
.
.
.Punteeennn >>>>
MC kita mau lewat,
Yang kata Calli senyumnya berbahaya buat kesehatan jantung^^
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down (DEMON SLAYER FANFIC)
ФанфікиBercerita tentang Calliope, seorang gadis biasa berusia 19 tahun yang tahu-tahu nyasar ke dunia asing dimana Iblis dan para pemburu Iblis eksis. Sebenarnya bukan masalah besar andai kata Calli---sapaan akrab Calliope---di perkenankan bisa diam saja...