Krak!
Mata Putri Ghislaine langsung terbuka ketika pendengarannya menangkap suara mencurigakan. Menyibak selimut, dia bangun sepelan mungkin agar tak menimbulkan suara. Tangannya refleks meraih buku di ranjang untuk penjagaan, lalu melangkah menuju sumber suara yang diyakini dari jendela.
Matanya menelisik awas di bawah temaramnya lilin yang menyala. Napasnya teratur pelan serapi udara yang berembus. Tangannya yang memegang buku, menghunus ke depan dengan sikap penuh waspada.
Akan tetapi, Putri Ghislaine kecolongan. Sebuah tangan membekap mulut yang membuatnya panik. Dia memberontak, berusaha berteriak dengan suara tertahan untuk mencari pertolongan.
“Sssttt, jangan berteriak, ini aku.” Namun, saat suara itu berbisik rendah di telinganya, ketakutan Putri Ghislaine lenyap seketika. Dia mengembuskan napas kasar saat mulutnya kembali terbebas.
Memutar tubuh, tatapan Putri Ghislaine mendadak cemberut. “Tidak bisakah kau datang tanpa membuat kejutan? Aku bisa mati muda jika kau terus-terusan seperti ini!”
Pangeran Drustan, sosok yang baru saja datang itu tersenyum. “Tidak akan seru jika aku tak membuat kejutan. Lagi pula, jika aku ketahuan datang malam Raja akan menodongkan pedang padaku.“
Putri Ghislaine mendengkus, dia ingin tetap kesal, tetapi bibirnya mengkhianati dengan senyuman. Wanita itu kembali duduk di tepi ranjang, mengambil selimut untuk menutupi baju tidurnya yang transparan. “Jadi, kejutan apa yang Paman siapkan?”
Tidak menjawab, Pangeran Drustan malah melemparkan sebuntal kain. Dia berujar, “Ganti bajumu, kita akan ke festival malam ini.“
“Curang!“ keluh Putri Ghislaine, “kenapa kau selalu berhasil membujuk jika aku marah?“ Mata Ghislaine memicing, menyimpan kekesalan.
Sebelah alis Pangeran Drustan terangkat. “Kau tidak mau? Ah, sayang sekali ... padahal ada jadwal teater sekarang.“
Rayuan itu berhasil membuat Putri Ghislaine terbujuk.
Setengah jam kemudian, di sinilah mereka berada. Di lapangan terbuka dekat hutan, tidak jauh dari istana. Berkat jalan rahasia yang ditunjukkan Pangeran Drustan, mereka berhasil kabur tanpa ketahuan oleh pengawal istana.
Tentu saja ini merupakan pelanggaran. Sebagai Putri Mahkota, dia tak seharusnya keluar dari Istana tengah malam, apalagi tanpa pengawalan. Namun, apa daya? Jika tidak seperti ini, Putri Ghislaine tidak akan bisa keluar. Banyak aturan ketat kerajaan yang harus ditaati olehnya, apalagi dengan statusnya yang menyandang gelar sebagai Putri Mahkota.
Bersyukur, Pangeran Drustan selalu membantunya menyelinap ke luar Istana.
Putri Ghislaine tidak menyia-nyiakan kesempatan. Begitu tiba, dia segera membaur dengan masyarakat. Dia berusaha menyembunyikan diri di balik pakaian biasa dan jubah bertudung hitamnya. Menikmati malam menonton berbagai pertunjukan teater yang diadakan. Dia berkeliling bersama Pangeran Drustan, membeli cendera mata yang menurutnya menarik.
Tanpa mereka sadari, mereka harus membayar mahal tindakan tersebut. Karena ada warga lokal yang mengenali rupa Putri Ghislaine dan Pangeran Drustan. Diam-diam, dia membicarakan kedatangan mereka ke orang-orang di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal The Princess
RomanceHampir tidak ada perbedaan antara cinta dan obsesi. Keduanya melebur menjadi garis tipis yang sulit dipisahkan. Lalu, bagaimana caranya membedakan? ××× Ghislaine Zenith Lanister bosan akan hidupnya yang dituntut sempurna menjadi Putri Mahkota keraja...