Tidak ada yang berubah, mood Putri Ghislaine tetap saja buruk meski sudah empat hari pembicaraan tentang pernikahan berlalu. Wanita itu sering uring-uringan jika sesuatu tak sesuai dengan harapan. Selalu kabur dari kelas, bahkan saat ada pertemuan dengan para pejabat Istana. Dia suka menyendiri dalam suasana hening untuk memikirkan keputusan apa yang harus dia ambil.
Raja sudah berusaha membungkam skandalnya dengan memberikan hukuman pada penyebar gosip. Namun, lidah tak bertulang, satu mulut berbicara nyatanya mulut yang lain menyahut. Tidak hanya di dalam Istana, kini masyarakat juga heboh membicarakannya.
Setiap kali pelayannya menceritakan keadaan di luar sana, entah kenapa Putri Ghislaine selalu ingin marah. Jika tidak harus menjaga nama baik, dia yakin sudah merobek mulut para pendosa.
Suara ringikan kuda yang menyalak tiba-tiba membuatnya terkejut. Refleks dia menarik tali kekang, tetapi hal ini membuat kudanya berontak dengan mengangkat sedikit kaki depan dan hampir menjatuhkannya. Napas Putri Ghislaine langsung terengah, jantungnya berdegup kencang. Dia segera membelai leher Blanchart untuk menenangkan hewan tersebut.
Mungkin saja kuda peliharaannya itu tahu jika hatinya sedang gelisah.
Akhirnya setelah tenang, Putri Ghislaine memutuskan menyeselesaikan putaran di pacuan. Dahinya berkerut saat melihat Vivien bersama pelayan lainnya menunggu di dekat kandang kuda. Begitu dekat, dia bertanya, “Ada apa?” Dia yakin, wajah-wajah cemas mereka menunjukkan ada sesuatu penting yang perlu disampaikan.
“Yang Mulia Raja memanggil Anda, Tuan Putri. Katanya .…” Vivien terlihat ragu. Pelayan Putri Ghislaine itu sesekali meremas tangan. “Kata beliau, Anda harus menemui calon suami Anda.“
Mendengkus kasar, Putri Ghislaine membuang pandangan. Wajahnya kembali murung dan dia sama sekali tak beranjak turun dari kudanya. Hati yang tadinya agak tenang, kembali bergemuruh dengan kekesalan. Dengan angkuh dia berkata, “Katakan pada Raja, kalian tidak menemukanku.”
“Tapi, Tuan Putri—” Vivien tidak bisa meneruskan kalimatnya, karena Putri Ghislaine menyentak kuda lalu pergi dari sana. “Putri!” Dia berteriak, mencoba menahan. Namun, seberapa cepat dia berlari, nyatanya dia tak bisa mengejar tuan putrinya.
Jalanan sedikit licin akibat hujan yang mengguyur semalam, tetapi Putri Ghislaine begitu lincah mengarahkan kudanya. Dia harus berterima kasih pada Miss Leonni karena berhasil mendesain baju berkuda khusus untuknya yang terkesan simpel. Hal ini benar-benar membuatnya bergerak leluasa, dibanding saat berkuda memakai gaun khusus sekalipun.
Dia melewati beberapa pengawal yang berjaga di gerbang dinding pembatas. Saat mereka ingin mengejar, Putri Ghislaine segera memberikan kode dengan lambaian tangan jika dia tidak ingin diikuti.
Wanita itu menyentak tali kekang agar kudanya terus berlari. Masuk ke dalam hutan sampai jalanan sekitar mulai sempit oleh pepohonan. Putri Ghislaine dengan lincah menghindari ranting yang menutupi jalannya. Membawanya kudanya ke jalanan berliku yang ditumbuhi semak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal The Princess
RomanceHampir tidak ada perbedaan antara cinta dan obsesi. Keduanya melebur menjadi garis tipis yang sulit dipisahkan. Lalu, bagaimana caranya membedakan? ××× Ghislaine Zenith Lanister bosan akan hidupnya yang dituntut sempurna menjadi Putri Mahkota keraja...