Ch- 4. Engagement Day

21 11 0
                                    

Erangan pelan lolos dari bibir Putri Ghislaine saat Vivien menarik ketat tali pada korsetnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erangan pelan lolos dari bibir Putri Ghislaine saat Vivien menarik ketat tali pada korsetnya. Sejenak, matanya terpejam, berusaha menetralkan napasnya yang agak sesak karena tekanan. Wanita itu berkali-kali menghela napas kasar karena Vivien tak kunjung selesai membantunya memakai gaun. Namun, sepertinya bukan itu saja yang memperburuk suasana hatinya, melainkan dengan pesta pertunangan yang akan dilakukan malam ini.

Ya, pada akhirnya Putri Ghislaine menerima perjodohan yang diusulkan oleh Raja.

Dia tidak lagi mempunyai hak untuk menolak. Terlebih, selain karena skandalnya yang telah menyebar dia mendengar bisik-bisik bahwa Ratu telah mengumpulkan faksi diam-diam di belakang untuk berusaha menggulingkannya. Tentu saja, dia tidak akan rela membiarkan Ratu menang. Selamanya, dia tidak akan melepaskan tahta dan membuat Ratu menginjak harga dirinya. Kerajaan Mercia adalah miliknya sejak awal dan Putri Ghislaine tidak akan membiarkan siapapun merebutnya.

Dia menduga, Ratu telah berani bertindak karena skandalnya bersama sang paman menyebar. Wanita tua itu pasti akan memanfaatkan momen ini untuk menjatuhkan nama baiknya. Entah kenapa, Putri Ghislaine merasa penasaran. Apakah Raja tahu tentang hal ini? Bagaimana dengan para faksi yang telah mendukung tindakan Ratu? Sungguh, dia sangat ingin mengetahuinya.

Sentuhan Vivien yang memasangkan kalung mutiara pada lehernya menjadi akhir bagian dari riasan. Pelayannya itu tersenyum semringah mendapati hasil karyanya berhasil. Hal ini membuat Putri Ghislaine memutar bola matanya malas. Dia berdiri, mendekati cermin buram di bawah terangnya lilin. Dipandangi lagi penampilannya yang menurutnya cantik seperti biasanya—selain payudaranya yang agak menonjol. Itu terlihat sedikit risih.

“Baiklah, mari bertemu dengan tikus bertopeng,” gumamnya dengan embusan napas bosan. Wanita itu segera pergi dari kamarnya, diikuti oleh Vivien yang setia berjalan di belakang.

Putri Ghislaine mengangkat wajahnya dengan angkuh, berusaha menunjukkan sikap tegasnya yang tidak ramah. Tatapan matanya lurus ke depan dengan tajam, tanpa menoleh sedikit pun pada para tamu pria yang sedang mengaguminya.

Seorang pengawal berteriak mengabarkan kedatangannya. Begitu pintu aula dibuka, semua pandangan terarah padanya. Putri Ghislaine berjalan dengan luwes, membelah para tamu dengan gaun merahnya yang mencolok. Hiasan mahkota kecil di kepalanya menambah wibawanya, apalagi dengan sikapnya yang terlihat anggun. Benar-benar pintar memanipulasi, dia tak ingin memperlihatkan sikapnya yang sering ugal-ugalan pada tamunya malam ini.

Tanpa membalas sapaan beberapa orang, dia segera duduk di samping Raja. Ratu meliriknya dengan tatapan memicing, yang membuat alis Putri Ghislaine bertaut sekilas.

“Kau terlihat sangat cantik malam ini, Tuan Putri,” puji Pangeran Nechtan mengedipkan mata dengan senyuman nakalnya.

“Aku selalu cantik setiap hari, Pangeran,” sahut Putri Ghislaine membalas candaan adik tirinya dengan sarkas. Dia tersenyum miring saat melihat Ratu menyenggol pelan sikut Pangeran Nechtan.

Scandal The PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang