cahaya yang meredup

554 25 5
                                    

Kawaki menyusuri jalanan kota untuk mencari anak dari bos nya. Beberapa kali dia menanyakan tentang Boruto namun orang-orang tidak ada yang mengetahui nya. Sulit untuk menemukan identitas anak Naruto yang di sembunyikan, banyak nya saingan perusahaan membuat keluarga Uzumaki terancam. Apalagi keluarga Uzumaki tidak ingin jika salah satu dari keluarga mereka terlibat skandal atau berita hoax tentang keluarga Uzumaki.

"Sialan sedari tadi aku tidak menemukan nya, memang nya kenapa sih harus di cari lagian dia sudah besar tidak mungkin dia tidak tau jalan pulang." Kawaki menendang batu krikil di jalanan

Kawaki bersandar di trotoar. angin meniup helaian rambut hitam Kawaki. Tangan nya membuka sekaleng minuman bersoda.

"Dia keliatan lemes banget, ngerasa berdosa banget gw tendang pala nya. Masih idup kagak ya dia?" Kawaki menepuk pipi nya dia tidak boleh memikirkan yang tidak-tidak, kali ini dia harus fokus dengan misi nya.

~~~

Himawari terduduk lemas di kamar nya, netra nya begitu sembab dia menangis terus-menerus dia tidak menyangka bahwa kakaknya menjalankan hubungan terlarang bersama ayah nya "Aku sangat membenci mu kakak, kakak kenapa kamu tega sekali, kenapa kakak menghancurkan masa depan ku."

Himawari meremas dada nya, rasanya begitu sangat sesak bahkan untuk bernafas saja rasanya sangat sulit. Tangisannya tak henti-henti sehingga membuat bola mata menjadi merah "Aku membenci mu."

Langkah kaki nya berjalan lemas. Cuaca begitu sangat cerah membuat Himawari memandangi awan biru tersebut, terlihat mata nya yang sembab tak lama ia memeluk tubuh nya sendiri dia berjalan mengelilingi pemakaman. Langkah kaki nya terhenti ketika dirinya berada di pemakaman ibu nya. Ia terduduk lemas di pemakaman ibu nya. Himawari memandangi sayu pemakaman ibu nya di genggaman tangan nya terdapat sebuket Bunga Matahari "Ibu aku merindukan mu. Andai saja ibu masih ada mungkin hidup ku tidak akan seperti ini, aku sangat menderita bu."

Himawari memeluk pemakaman ibu nya. Tangis nya menjadi pecah dia menangis sejadi-jadi nya. Langit memang lah cerah tetapi tidak dengan hati nya. Himawari hancur, sehancur-hancur nya dalam kondiri yang masih muda Himawari merasa diri nya benar-benar terpuruk "Kakak jahat bu, kakak telah menghianati kita bu, kalo ibu masih hidup ibu tidak akan membiarkan nya terjadi kan. Aku sudah tidak kuat bu, aku menyerah." Ucap nya sesenggukan

Tangis nya berhenti ketika sang kakak menceritakan bagaimana susah nya ibu nya melahirkan dia tidak boleh menyerah begitu saja Himawari berdiri "Aku tidak akan menyerah bu, Hima gadis yang kuat." Ucap nya sembari tersenyum. Gadis yang tadi nya rapuh kini kembali bersemangat "Hima kakak sangat merindukan mu." Sekelibat Himawari mendengar suara kakak nya. "Pendengaran ku seperti nya bersalah."

"Ia aku juga merindukanmu."

~~~

Beberapa hari kemudian kondisi Boruto mulai membaik. Jujur saja dia merasa bosan hanya tidur-tiduran di kasur dia ingin menghirup udara segar "Mitsuki aku bosan aku ingin keluar."

"Tapi kamu belum sepenuh membaik loo..."

"Kamu tahu orang sakit juga harus banyak bergerak, ayo kita keluar." Boruto memohon pada Mitsuki

Mitsuki menghela nafas nya "Baiklah." Kalo di pikir-pikir apa yang di kata kan Boruto ada yang benar nya juga. Lagi pula tidak ada salah nya juga keluar untuk bersenang-senang walaupun hanya sesaat.

Mereka berdua mengelilingi jalanan kota cuaca sangat bagus "hah... udara yang menyegarkan sudah lama sekali aku tidak menikmati." Hidung nya menghirup udara segar

"Aku jadi turut senang kalo kamu juga ikut senang." Ucap Mitsuki sembari tersenyum ke arah Boruto

"ahh... benarkah aku jadi terharu." Boruto terkekeh kecil

Toxic father's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang