00. prolog

1.1K 41 0
                                    

"Lo nikah sama gue"

Bargi terkejut hingga tersedak, minuman nya sedikit tumpah di atas meja. Segera ia lap meja tersebut. "Lo ngelamar gue?"

"Apa perkataan gue terdengar seperti lamaran?"

Bargi menggeleng, benar juga, perkataan wanita di hadapan nya ini lebih terdengar seperti sebuah perintah dari pada ajakan. Belum sempat Bargi menjawab, wanita ini sudah kembali berbicara. "Bukankah yang gue katakan itu sebuah win win solution. Lo butuh wanita buat lo nikahi dan gue juga butuh pria buat gue nikahi."

"Tapi sayangnya gue gak sebutuh lo"

Ellen panik seketika, ia merasa terpojok mendengar jawaban Bargi. Betul, Bargi hanya mencoba menemukan sosok yang ingin di ajak nya menikah kelak. Bukan, keadaan darurat seperti dirinya.

Ellen mencoba mengendalikan diri nya, "Oke, karena dari awal lo udah paham situasi gue kayak apa. Gue akan melamar lo dengan baik"

Ellen membenarkan posisi duduknya sebelum kembali berkata, "Bargi, nikah sama gue dan gue akan memberikan apapun yang lo mau"

Bargi mencoba menutup mulutnya untuk menahan ledakan tawa saat ia mendengar lamaran Ellen. Pria itu mencoba menentralkan dirinya dan mencoba serius dengan mengangkat sebelah alisnya. Ia menatap wajah Ellen yang tak dapat dipahami apa artinya. "Surprisedly, pertemuan ketiga kita gue dapet lamaran gini. Tapi, apa lo gak punya cowok lain yang bisa lo lamar? Ellen, kita baru tiga kali ketemu" Bargi sedikit menekan kata 'tiga' pada penjelasan nya.

"Justru rencana gue adalah menikahi orang yang gak deket sama gue. Lagipula pernikahan ini cuman bakal jadi alat gue naik jadi penerus"

"Jadi, maksud lo pernikahan ini hanya sementara?"

Ellen menjetikan jarinya, "Right, tapi tenang aja sama seperti yang gue bilang tadi. Lo juga bakal dapet bayaran nanti nya"

"Berupa?"

"Seterah lo, uang? rumah? mobil? saham? modal? atau apapun yang lo mau pasti gue kasih. Gak cuman itu, gue juga bakal kasih lo biaya hidup dan semua jenis asuransi"

Bargi semakin tertarik dengan pembicaraan ini, sepertinya sudah lama tidak ada yang menghiburnya dengan asik seperti ini. "Tapi, sayangnya yang gue mau gak akan lo bisa kasih" Bargi menyeringai.

"Lo ngeremehin gue? Udah gue bilang, gue bisa kasih apapun yang lo mau. Whatever"

"Apapun?"

"Yeah, what do you want?"

"Anak"

Seketika Ellen membeku. Jika ia sudah memberanikan diri menghacurkan prinsip nya untuk tidak menikah, haruskah ia juga melanggar prinsip nya untuk tidak memiliki anak?

--

FOR AMBITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang