"morning".
Sebuah sapaan hangat dipagi hari disertai dengan kecupan singkat di dahi, seharusnya itu menjadi awal yang membuat hinata senang, namun malah sebaliknya.
"Morning". Jawabnya acuh, hinata memilih melanjutkan acara memasaknya, setelah melirik seorang pria yang duduk di meja makan dengan segelas kopi di tangan kanannya.
"Umm...hime, bisa kau ambilkan aku jam tanganku, sepertinya aku melupakannya". Kata pria itu tanpa menoleh kearahnya.
Hinata tak bertanya apapun lagi, hal yang ia lakukan selanjutnya adalah berjalan ke kamar dan mengambil pesanan pria itu.
"Ini". Katanya sambil menyerahkan benda itu pada sang pria.
Pria itu tersenyum lembut, memakai jam tangannya, lalu menyuruh hinata untuk duduk disampingnya.
"Oh iya, kau jadi memotong rambutmu?, Sepertinya akan jauh lebih cantik jika kau berambut pendek".
Hinata terdiam sejenak, "aku....".
Sebuah dering ponsel membuat kata-kata hinata terhenti, ia memperhatikan sasuke yang memberi isyarat padanya bahwa ia akan mengangkat telefon.
"Humm..hime, aku akan berangkat dulu, nanti aku akan menghubungimu, oh iya telefon aku jika kau jadi memotong rambutmu ya". Kata sasuke lalu pergi setelahnya, hanya menyisakan keheningan yang jauh lebih menyakitkan seperti biasanya.
Sekarang hanya menyisakan hinata di meja makan, matanya terfokus pada pancake yang masih tersisa bahkan belum tersentuh di atas piring.
Dengan cepat hinata mengambil piring itu, ia berdecih,. "selalu saja akan berakhir seperti ini". Gumamnya sambil membuang pancake itu ke tempat sampah.
....
"Aku ingin memotong rambutku, hmmm sepertinya sebahu". Gumam hinata sambil menatap wajahnya di depan cermin.
"Umm sayang sekali ya, padahal menurutku lebih cantik jika kau berambut panjang".
Hinata terdiam, ia menatap pantulan wajahnya di cermin.
"Benarkah?".
....
Hinata menatap layar ponselnya dengan hembusan nafas lelah, sasuke belum juga menghubunginya, padahal pria itu berjanji akan mengajaknya makan malam di luar, sadarlah hinata, selalu saja berakhir seperti ini, sasuke yang akan selalu melupakan semua janjinya.
Hinata mengusap rambutnya yang masih panjang, beruntunglah dia belum memotong rambutnya, kalau boleh jujur hinata juga masih suka berambut panjang, sayang saja kalau dipotong sekarang.
Soal tadi pagi, hinata masih marah pada sasuke karena pria itu kemarin melupakan hari jadi mereka, tapi sasuke malah merasa tidak bersalah, tapi pria itu berjanji akan menebusnya malam ini, tapi kemana perginya sasuke, pria itu bahkan tak menghubunginya.
Sekali lagi hinata menghembuskan nafas lelah, ia melihat jam ponselnya yang menunjukan angka 9 lewat 15 malam, apakah sasuke lembur?, Apa seorang CEO juga perlu melakukannya?, Hinata tak banyak berfikir, kakinya terus berjalan sampai di sebuah kafe tempat pertama kali ia dan sasuke berkencan.
Saat ingin masuk ke dalam kafe, kakinya seolah membeku, hinata terpaku ditempatnya berdiri sekarang, dia menemukannya disana, pria itu dengan seorang wanita berambut cherry blossom, sangat romantis dengan suasana yang terasa aneh bagi hinata.
Ya....sasuke tersenyum dan sesekali tertawa kecil menanggapi gurauan wanita itu, semakin hinata melihatnya semakin terasa asing kehadirannya disana, wanita itu, dia adalah orang di masalalu sasuke.
"Sakura". Gumam hinata serak.
Entah kenapa dadanya terasa sesak mengetahui bahwa kekasihnya malah duduk asik bersama mantan kekasihnya?, Lalu apa boleh melakukannya di depan matanya sendiri?.
....
"Hinata, kau tidak menjawab telefonku kemarin, ada apa?".
Hah.... Hinata ingin sekali tertawa, ada apa katanya?, Pria itu bahkan terlalu santai saat bertanya padanya, apa pria itu tak ada rasa bersalah sedikitpun?.
Hinata memutar bola matanya malas, memilih tak menanggapi sasuke, dan masih berfokus pada laptopnya.
"Sayang, kumohon ada apa?".
Kali ini hinata menatap jengkel sasuke, pria itu mencabut earphonenya, dan menatapnya penuh penjelasan.
Sayang?, Kch..apa panggilan itu masih pantas terucap dari mulut brengseknya?, Hinata ingin sekali memaki sasuke habis-habisan sekarang.
"Tidak ada". Namun yang bisa hinata keluarkan hanya kata itu, padahal dia sudah ingin menangis sambil mencaci maki sasuke dengan beribu umpatan, tapi sialnya hinata lebih mementingkan egonya.
"Kalau begitu kenapa kau mendiamkanku dua hari ini hmm?".
Hah...hinata kembali memutar bola matanya, buaya tetap saja buaya, pria itu tanpa tahu malu menggenggam tangannya seolah tak terjadi apa-apa, dasar brengsek.
"Sasuke, bisakah malam ini kita berkencan?, Tanpa ada gangguan, jika bisa aku akan memaafkanmu atas semua kesalahanmu". Melupakan kekesalannya kemarin, hinata sekali lagi ingin memenangkan permainan,. Ia tak akan kalah, apalagi dari musuh lamanya si penyihir merah muda, lihat saja, siapa yang akan berada di garis finish duluan.
Sasuke sumringah menanggapinya, "yes i will dear"
Good...
Permainan baru saja dimulai.
....
Lanjut? Or no
Hinata
Sasuke
Sakura